Brewing

264 3 2
                                    

Ben masih bingung. Dengan arti dari puisi yang di berikan.

"Saya kurang paham Mba, karena Puisi ini mengenai Cinta. Di luar dari apa yang saya pelajari mengenai Filsafat."

Dee tersenyum. Melihat tanggapan Ben yang bingung bila berbicara apa itu Cinta. Sebab Ben sama sekali tidak paham dengan konsep Cinta terhadap Manusia. Yang dia pahami hanyalah Kopi dan Ilmu tentang apa itu kehidupan.

"Kamu ini kenapa ? kamu tau Filsafat ? jelaskan apa yang kamu pahami tentang Cinta, menurut buku-buku yang kamu punya"

Ben tertegun menghadapi pertanyaan yang di lemparkan kepada diri nya. Bukan berarti Ben belum pernah cinta kepada Wanita. Hanya saja tidak semua Cinta bisa dianggap sama bukan ? setiap Cinta punya karakter nya masing-masing yang tidak bisa di jelaskan melalui Teori manapun.

"Mba, boleh saya minta Tolong ?"

"Dengan senang hati Ben"

"Tolong ambilkan Foto yang paling bagus dari Machiato ini. Tapi hanya boleh diambil satu kali tanpa pengulangan."

Dee langsung mengarahkan kamera yang dia gunakan. Tanpa pikir panjang Dee mengarahkan lensa tepat kepada segelas Machiato. Tiba-tiba, Ben melayangkan tangan nya tepat ke arah lensa.

"Loh... ko di halangi sih Ben ? Foto nya jadi gak jelas kan"

"Itulah Cinta yang saya ketahui Mba. Setiap orang hanya mendapatkan satu kesempatan, meskipun hasil Foto itu tidak Sempurna. Tapi yang mengarahkan Lensa adalah Mba Dee sendiri, anggap saja Tangan saya tadi adalah ujian yang di berikan Tuhan, untuk masalah Cinta yang Mba alami"

Dee tersenyum penuh tanya. Menatap seolah melihat kembali apa yang tidak dia dapatkan dari seorang Lelaki manapun yang dia kenal.

"Terima kasih Ben, maaf saya harus buru-buru pulang ada urusan lain yang harus saya kerjakan. Kapan kita bisa ketemu lagi ?"

Ben dengan senang hati. Memberikan kartu nama kepada Dee sebagai tanda awal perkenalan.

"Ini Mba saya ada kartu Nama. Mba bisa hubungi saya kapan saja, kalau saya tidak sibuk pasti akan saya balas"

"Merci"

"De rien"

Dee melangkah menuju pulang. Dengan perasaan yang sangat tidak dia duga, seorang Anak remaja memberikan dia secerca harapan untuk kembali menjadi Wanita yang seutuh nya. Di lain pihak Ben merasakan kehangatan mata seorang Ibu yang penuh dengan kasih sayang, yang tidak dia dapatkan seumur hidup nya. Ben mulai sedikit percaya dengan kebetulan dan takdir, yang dia yakini tidak ada keberadaan nya.

Ben kembali menuju tempat kerja nya. Memenuhi pesanan para pelanggan yang hampir terlupakan oleh Ben. Suatu kejadian menarik terjadi saat Ben akan menggunakan Milk Jug tiba-tiba gelas yang Ben genggam jatuh menuju lantai. Kejadian yang tidak pernah di saksikan seluruh Cafe.

"Yaelah Ben. gelas aja cemburu liat lo deket sama Cewek, apalagi pacaran bisa-bisa meledak Mesin kopi hahahaha"

Aga teman satu kerja Ben tertawa terbahak melihat kejadian yang amat sangat langka. Sebab Ben baru pertama kali terlihat kosong pandangan nya, Sehabis berbicara dengan seorang Wanita.

Mentari mulai membunuh perlahan dengan harapan yang sama. Purnama mulai mengisi menutupi ke kosongan cahaya.

Ben mulai bergegas pulang, ada yang tidak beres pada diri nya. Tatapan nya kosong pikiran nya hanya ada Dee. Wanita paruh baya yang berhasil mencurui perhatian nya.

Ben menerjang malam dengan Vespa. Dengan harapan kepala nya bisa terbentur dengan benda di sekitar jalan, untuk meluruskan apa yang salah pada kejadian ini.

"Udah pulang kamu Ben ?"

"Iya yah. Maaf ya yah, Ben pulang nya malem lagi"

"Yaudah istirahat sana. Ayah masih sibuk sama urusan Kantor nih"

Ben menuju lantai atas untuk istirahat sejenak dari rutinitas nya. Hati nya masih Shock menerima apa yang sebenar nya sedang terjadi.

unctiO

Filosofi Kopi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang