Part 3

485 58 59
                                    

Alda langsung beranjak dari tempatnya. Ia berlari meninggalkan Kantin. Tak peduli beberapa pasang mata terus memperhatikan dirinya atau Veira yang memanggil-manggil namanya. Saat ini ia hanya butuh ketenangan.

Ia memasuki toilet perempuan dan masuk ke dalam bilik toilet paling ujung. Ia mengunci pintu bilik tersebut dan duduk diatas penutup kloset. tangannya menangkup seluruh wajahnya. Ia menangis. Menangis sejadi-jadinya.

Bayangan dirinya yang sedang tertawa bersama Juna kembali berkelebat di dalam pikirannya.

Lelaki itu.

Lelaki kerdus itu.

Telah membuat hatinya hancur berkeping-keping.

Alda kembali menangis. Kali ini ia tak berusaha menyembunyikan. Air mata yang keluar dari matanya begitu banyak. Sampai-sampai ia cukup kerepotan menghapusnya.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar dari balik pintu toilet. Alda segera menghapus sisa-sisa air mata disekitar matanya dan bergegas keluar dari bilik toilet yang ia tempati. Ia berlari keluar dari kamar mandi.

Baru seperempat jalan Alda berlari, ia kembali dikejutkan dengan sosok di hadapannya sekarang. Ia menunduk, tak mau menatap mata orang yang berdiri di depannya.

"Alda, Kok lo nunduk gitu? Apa lo gak kangen sama gue?" tanya Juna. Alda tak mengacuhkan ucapan Juna dan ingin berbalik meninggalkan Juna, namun lengannya ditahan.

Alda mencoba membebaskan tangannya dari pegangan Juna. "Lepasin gue," ucapnya. Dengan pasrah Juna melepaskan pegangannya pada Alda.

"Kenapa lo muncul lagi di hadapan gue? Gak puas buat nyakitin gue?" seru Alda mengepalkan tangannya seraya menatap mata Juna dalam-dalam.

"Ayolah Al. Cewek yang gue pernah pacarin tuh gak ada yang sebaik lo. Gue nyesel gak pernah hargain lo. Mau jadi pacar gue lagi?" tanya Juna berusaha mengalihkan pembicaraan.

Alda menatap Juna sinis. "Segampang itu kah lo nyesel? Gue gak akan tertipu untuk kedua kalinya. Gak akan pernah!"

"Ayolah Al. Kali ini gue gak kayak dulu lagi. Gue janji bakalan berubah."

Alda mendengus pelan. Janji? Sudah berapa kali lelaki ini mengucapkan kata janji? Dan kenapa disaat itu juga dia mengingkari janji tersebut?

"Bodo amat. Pokoknya gue gak mau."

Baru saja Alda berbalik untuk meninggalkan lelaki kerdus-always kerdus-tubuh Alda tertarik dan didorong begitu saja oleh Juna sampai membentur dinding.

Dengan jarak yang begitu dekat, tentu saja Alda bisa merasakan hembusan napas Juna. Alda ingin mendorong tubuh Juna namun apa daya, bahu Alda dicengkram dengan kuat oleh Juna sampai dirinya meringis kesakitan.

"L-lo mau apa?" tanya Alda dengan suara tercekat tiba-tiba. Juna tak menggubris pertanyaan Alda. Malah ia semakin mempersempit jarak di antara mereka.

Mata Alda terpejam. Dalam hatinya ia terus berharap ada seseorang yang menolongnya dari jeratan binatang buas ini.

"Mundur!"

Alda merasa bahunya tak lagi dicengkeram oleh Juna. Saat ia membuka matanya perlahan, Juna tak lagi berada di hadapannya. Ia sudah terkapar di lantai dengan luka di ujung bibirnya.

Ada yang menonjok Juna. Ya, Alda begitu yakin dengan hal itu.

Ia mengadahkan kepalanya berusaha melihat orang yang menolongnya. Namun, orang itu begitu berbeda dengan apa yang ada dipikirannya.

"Lo gak papa?" tanya lelaki itu dengan tatapan khawatir.

"Raihan?"

Kenapa dia lagi?

Another FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang