Part 7

11.8K 222 9
                                    

"Ohh, tumben kau tidak dikerumuni cewek-cewek di kelas?" tanya Rachel yang baru menyelesaikan suapan pertamanya.

"Udah gue usir, males gue, mentel-mentel banget" kata Peter cuek sambil lanjut makan. "Enak banget loh makanan lo, btw. Sering-sering ya masakin buat gue" lanjut Peter.

"Oke, selama gue ngak kehabisan stock makanan" kata Rachel.

"Bentar lagi masuk pelajaran Sir Sean" gumam Peter sambil melihat jam tangannya.

Rachel hanya diam mendengar nama 'Sean'. Ia masih kepikiran kejadian sewaktu di resto itu.

"Oh ya, nanti gue balik bareng lo lagi ya. Skalian bantu-bantu beresin kamar lo" kata Peter.

"Beneran? Lo mau bantu gue? Yess, makasih banget" kata Rachel yang kesenengan dan secara tidak sadar memeluk Peter.

"Ekhem, di sini bukan tempat berpelukan" kata Sean yang sudah masuk ke kelas sebelum jam masuk.

Rachel langsung melepas pelukannya dari Peter dan Peter cuma senyum-senyum. Rachel cuma bisa menunduk karena diteriakin sir sialan itu.

"Baiklah, kita mulai pelajarannya" kata Sean.

"Maaf ya, gue saking senengnya jadi gini" bisik Rachel ke Sean.

"Ok, gak papa, sering-sering aja, gue seneng kok" goda Peter lalu ia senyum-senyum.

"Peter, Rachel, jangan pacaran di kelas" kata Sean dari depan yang masih melihat bukunya.

Setelah ditegur yang kedua kalinya. Mereka sekarang sudah duduk diam dan mendengar Sean menjelaskan. Tak lama kemudian, pelajarannya pun usai. Hari ini memang cuma masuk 2 jam pelajaran saja.

"Yok cepetan, udah ngak sabar. Sir, duluan ya" pamit Peter yang langsung menarik Rachel. Rachel cuma senyum ke Sean. Sean membalas senyum Rachel juga.

"Keknya aku harus mampir ke ruang musik bentar deh" kata Rachel yang jalan di samping Peter.

"Mau ngapain? Lo ikut extra musik?" tanya Peter yang menoleh ke Rachel.

"Iya, gue mau nanya audisinya kapan" kata Rachel.

"Oke, gue temenin. Btw, lo ambil yang bagian apa di musik?" tanya Peter.

"Nyanyi sih. Soalnya gue gak bisa main alat musik. Tapi kalo nyanyi mungkin lumayan" kata Rachel.

"Eh, lo bisa nyanyi?" tanya Peter.

"Ya, mungkin. Udah ah, lo nanya mulu daritadi. Mendingan sekarang lo nemenin gue ke ruang musik" kata Rachel.

"Iya iyaa" jawab Peter.

Mereka pun jalan ke ruang musik. Sebelum masuk, Rachel nampak Sean di dalam ruang musik itu sambil ngobrol dengan Hailey. Karena ia harus nanya jadi ia tidak memperdulikan Sean.

"Lo nunggu depan bentar ya, Pete" kata Rachel

"Hai, Hailey. Aku mau nanya boleh?" sapa Rachel, membuat Hailey dan Sean menoleh ke arahnya.

"Tentu saja. Ada apa?" tanya Hailey.

"Audisinya kapan ya? Soalnya tadi aku lihat di kertas pengumumannya ngak dicantumin tanggal audisi" kata Rachel yang sedikit melirik ke arah Sean.

"Ohh, kami belum tahu. Tapi jika sudah ada pengumuman, aku akan kasih tahu kamu atau kau bisa sering-sering untuk cek mading biasanya akan ditempel di sana" kata Hailey yang menjelaskan.

"Oh, ok kalo begitu" kata Rachel.

"Oh ya, btw, kenalin ini sir Sean. Ia yang akan mentorin khusus untuk penyanyi dan gitaris. Kau orang baru bukan? Setidaknya kau harus tahu" jelas Hailey.

'Whatt? Apalagi? Dia mentor? Bagaimana ada hubungannya mate dengan musik? Oh iya! Dia pernah bilang dia guru ekstra tapi ngak musik juga kali' mikir Rachel.

"Oh, hai sir. Kalo begitu saya balik dulu ya, soalnya udah ditungguin di luar. Bye, Hailey. Permisi, sir" pamit Rachel.

Rachel dengan cepat keluar dari ruang musik itu dan ia menyesal harus daftar di ekstra ini. Dan ia juga tak habis pikir, kenapa Sean bisa jadi guru ekstra di bagian musik.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Peter.

"Mungkin tidak. Gue hanya terkejut kalo sir Sean adalah seorang guru s.musik juga. Apa hubungannya mate dan musik?" repet Rachel.

"Oh iya, memang. Ku pikir kau sudah tahu. Dia memang seorang mentor juga. Dulu dia seorang penyanyi dan seorang pianis. Jadi jangan heran dia juga mentor" kata Peter.

"Kau tahu?" kata Rachel.

"Ya, dia guru paling terkenal di sekolah ini karena ketampanannya. Jadi ngak heran semua orang tahu tentangnya" kata Peter yang berdiri di samping Rachel.

"Mm.. ya ya, gue akui" kata Rachel. Yang membuat Peter terkejut dengan jawabannya. "Ya udah, ayo" lanjut Rachel.

Sebelum mereka ke tempat Rachel. Mereka mampir dulu ke toko Cal. Karena Rachel lapar dan Peter juga. Jadi Rachel mengajak Peter ke tempat Cal.

"Hi, Cal" sapa Rachel ke chef yang sibuk membuat pesanan customer lain.

"Oh, hi, Rachel. Hari ini kau bawa pacar?" tanya Cal yang masih sibuk.

"Bukan. Ini teman kuliahku. Oh ya, aku pesan yang hari itu ku pesan ya. Dua" kata Rachel.

"Siap, bu boss" jawab Cal.

Rachel pun duduk di salah satu bangku dekat sana sambil menunggu pesanannya.

"Sepertinya kau dekat dengan penjual itu" itu bukan pernyataan tapi sebuah pertanyaan dari Peter.

"Ya, Cal teman baik ayahku" jawab Rachel singkat.

"Dan dimana ayahmu?" tanya Peter.

Rachel mendadak shock dengan pertanyaan Peter.

"Ohh, maaf. Gue tidak bermaksud. Gue lupa" kata Peter.

"Tidak apa-apa" kata Rachel.

Setelah itu mereka hanya diam. Sampai akhirnya Rachel dipanggil oleh Cal untuk menerima pesanannya. Lalu mereka langsung ke tempat Rachel.

"Aku memang tidak salah mengambil keputusan ini" kata Peter.

"Oke, baiklah. Tidak usah mengomel, Pete. Gue tahu. Maka dari itu, aku sangat senang kalau kau akan membantu. Ayo ayo, kita bereskan" sahut Rachel dengan keras.

Mereka pun memulai bekerja sama mulai dari nyapu, keluarin barang-barang dari box lalu ditaruh ke tempat lain, dan yang terakhir nyuci piring. Mereka lakukan pekerjaan itu hampir sekitar 5 jam. Tak terasa. Sekarang sudah jam 6 sore.

"Akhirnya selesai juga" kata Peter yang melemparkan tubuhnya ke sofa kecil empuk milik Rachel.

"Kau capek? Mau minum apa?" tanya Rachel yang sudah beranjak ke dapur.

"Sudah, duduklah dulu. Kau harus istirahat. Nanti sekalian makan diluar aja" kata Peter yang melihat Rachel mondar-mandir.

"Ya ya, gue mandi dulu. Kau tunggu di sini. Setelah itu kita pergi makan" kata Rachel yang tak lama kemudian hilang di balik pintu kamarnya.

Tidak perlu menunggu lama, Rachel sudah keluar dari kamarnya dan ia sudah berganti pakaian dengan pakaian rumah. Hanya kaos dan celana panjang mirip piyama.

"Yuk, gue laper. Gue traktir hari ini. Sebagai tanda terima kasih gue" kata Rachel.

Mereka pun cari resto di sekitar rumah Rachel. Ada resto Jepang yang terkenal di sana. Jadi mereka pun memutuskan untuk makan disana saja.

================================

Hula hula, part ini selesai. Gue nunggu vote dan commentnya ya. Part selanjutnya bakal ada kejutan seru. Jadi pastiin buat ninggalin jejak kalian dulu. See you, xx

WHAT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang