Chapter 5

107 10 0
                                    

Hi😁 apa masih ada yang nungguin cerita ini?
Author minta maaf karena lama banget updatenya😅😅
Okeey, happy reading💞 jangan lupa buat vote dan comment klo kalian suka yaa😘 Semoga pada suka yaaa

⚫⚫⚫

Airin sudah mengganti seragamnya dengan kostum cheerleader. Tepat saat ia hendak meraih gagang pintu, perutnya bergejolak lagi. Airin berlari ke wastafel dan memuntahkan isi perutnya.

Airin meringis mengetahui sebab mengapa perutnya berulah seperti ini, dia punya maag. Sedangkan gadis itu tidak menyentuh makanan dari tadi pagi.

Saat istirahat makan siang, Airin berpapasan dengan Mrs. Wanda ketika dalam perjalanan menuju kantin, wanita itu menyerahkan setumpuk berkas setebal satu jengkal pada Airin dan memintanya untuk memfotokopinya. Sedangkan wanita itu berlari menuju kamar mandi sambil memegangi perut dan bokongnya. Dan Airin, sayangnya harus rela kehilangan jam makan siangnya.

Setelah menyeka wajahnya dengan air, Airin memandangi wajahnya di cermin. Dan dia benar-benar pucat.

"Kenapa lama sekali, Airin? Kiran sudah mulai mengoceh tak jelas."
Ussy muncul dari balik pintu ruang ganti, dan menghampiri Airin yang sedang bertumpu pada wastafel.

"Airin? Kau baik-baik saja?" Ussy yang mulai khawatir karena mendapati wajah Airin yang pucat pasi, membantu Airin untuk duduk di kursi dekat loker-loker pakaian.

"Aku rasa maag ku kambuh, tapi aku masih bisa menahannya." Airin memijat pelipisnya yang kini mulai terasa pusing.

"Kau serius? Atau kau mau kuantar pulang?"

"Tidak usah, aku tidak apa-apa. Ayo keluar, sebelum barbie membuat telinga kita berdua tuli diusia dini." Ussy tersenyum geli, dan menghela nafas mendengar celotehan Airin.

Airin punya pikiran yang bebas, itulah kenapa Ussy menyukai Airin, dan memutuskan untuk menjadikan gadis berambut coklat itu sebagai teman baiknya pada awal sekolah lalu. Pikiran Airin yang tidak bisa ditebak dan kelewat jujur itu, sering kali membuatnya tertawa.

"Baiklah, biar kubantu kau berdiri."

⚫⚫⚫

Airin's POV

Kurasa semua orang dapat mengerti arti tatapan Kiran yang ditujukan padaku itu. Karena sekarang mereka mulai melirik dengan was-was aku dan Kiran secara bergantian.

"Kau membuat latihan kita tertunda 10 menit. Atau kau lupa bahwa kita hanya punya waktu seminggu lagi sebelum hari perlombaan?" Aku yang berada di barisan belakang, mau tak mau mengangkat malas kepalaku, yang kini terasa sangat pusing.

"Kalian bisa mulai tanpa aku, kan?" Darisini aku dapat melihat sebelah alisnya yang terangkat angkuh, dan gadis itu mulai berjalan kearahku dengan dagu yang diangkat tinggi.

"Aku mulai mempertanyakan apakah kau serius disini atau tidak." Ucapnya begitu kami sudah berhadapan.

Oh.. Yang benar saja, lalu bagaimana dengan Cassie yang selalu datang ketika latihan sudah setengah berjalan? Kiran hampir tak pernah mempermasalahkan itu. Dia hanya cari alasan untuk berdebat denganku. Dasar pembuat onar.

"Aku disini sekarang, bukan? Ayo mulai latihannya." Kataku malas, karena dengan keadaan kepala yang semakin pusing dan perut yang terasa perih, aku khawatir tidak akan bisa menahan emosiku.

Because it's You (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang