"Hey! Ada apa dengannya?"
Ariana sama sekali tidak mendengarkan pertanyaan Justin. Sedangkan Justin semakin bingung dibuatnya. Dahinya berkerut. Andrew yang melihat keadaan ini segera mengambil majalah dan mendekati Justin.
"Ini tuan" katanya
Justin menerima majalah tersebut. Dan apa yang ia lihat membuat wajahnya berubah penuh kemarahan.
"SHIT!!!!" Justin mengeluarkan semua makian yang dikuasainya,sambil meremukan majalah itu. Rhein dan Andrea terlihat semakin pucat dan menundukan kepala mereka dalam-dalam.
"Selain majalah ini,tentang design kamar yang di tempati Nona Ariana dan untuk siapa kamar itu anda renovasi Nona Ariana sudah tahu" bisik Andrew
Justin yang berusaha meremukkan majalah itu....terpaku. Dia langsung menatap Andrew tak percaya.
"What.....?" Andrew hanya bisa tersenyum lemah.
"Dan Tuan,mengenai ayahnya. Nona Ariana juga sudah tau" bisik Andrew lagi sambil menundukan kepalanya dalam-dalam. Wajah Justin berubah pucat seputih kertas.****
Ariana tidak tahu sudah berapa jauhkah ia berlari dari rumah itu. Dia sama sekali tidak menyadari hujan lebat yang turun membasahi tubuhnya. Dia seperti kehilangan semua indera perasa. Dia bahkan tidak sadar kemanakah kakinya melangkah.
"Jika ayahnya tidak bisa menerima hukuman itu seharusnya anaknya yang menggantikannya"
"Tuan Bieber sengaja mendesign kamar ini untuk Nona Kendall"Kata-kata itu terus terngiang-ngiang diotaknya. Bagaikan kaset yang selalu diulang-ulang diotaknya. Anak seorang pencuri. Hukuman mati. Pencuri kekasih orang. Tidak pantas. Tidak pantas dia disini. Dia benar tak pantas untuk berada di tempat ini.
Air mata yang sedari tadi mengalir,mengalir lebih deras lagi. Tubuh Ariana yang mulai lemas,terduduk lelah di tengah derasnya hujan.
Derasnya suara hujan,tak sanggup meredam isakannya yang terdengar begitu pilu. Ariana mengeluarkan semua rasa sakit, ketidakberdayaannya dan tentu kepedihannya.
Justin mengejarnya,terpaku melihat pemandangan didepannya. Ariana menangis. Basah kuyup. Hatinya sakit sekali melihat hal itu. Tanpa sadar,air mata Justin jatuh.
Justin menutup matanya lalu mengutuki dirinya sendiri di dalam hati. Kenapa ia membuat Ariana menjadi seperti ini. Memaki kebrengsekannya. Ia berharap ketika ia membuka matanya semua ini hanya mimpi.
Tapi ketika ia membuka matanya,ia menyadari bahwa semua ini bukan mimpi. Ariana masih duduk di hadapannya dengan air mata yang sudah lama mengalir dari mata indahnya.
Dia berlari mendekati Ariana,begitu didekatnya ia menarik Ariana hingga berdiri dan memutar badannya untuk mengahadapnya. Dan dalam sekejap bibir mereka sudah bersatu.
Ariana hanya diam. Tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Jika saja dia tidak dijatuhi dengan semua bom ini bersamaan,hatinya akan luluh. Tapi dia benar sangat sangat lelah. Justin menciumnya penuh dengan perasaan. Namun Justin bisa merasakan tubuh Ariana kaku dalam pelukannya dan dinginnya bibir Ariana. Bukan karena dingin akan hujan. Tapi dingin karena rasa sakit yang sangat dalam. Perlahan Justin melepaskan ciumannya dan menatap Ariana dengan penuh perasaan.
"Ariana?" Panggilnya lembut. Ariana menatapnya tanpa ekspresi.
"Ini sebabnya kau membenci keluargaku. Pencuri. Aku anak seorang pencuri rupanya" bisiknya.
"Ariana,ini sama sekali bukan seperti itu" bujuk Justin berusaha menjelaskan. Ariana tersenyum tanpa ekspresi.
"Jadi,ayahku bukan pencuri dan sedang menunggu hukuman mati?" Tanyanya.
Justin tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
YOU ARE READING
Their Curse | jariana [COMPLETED]
FanficWhen they are stuck in a stupid curse and at the same time love grows between them but only one is aware of it. "Are you a cigarette? Because the more I smoke the more my heart will get sick. It's like loving you. The more I love you,the more my he...