10 Month

25.7K 1.7K 52
                                    

Andai saja wanita tua itu bersedia menceritakan yang sebenarnya padaku.

Sial.

Oh God, makan malam berdua saja dengan pria itu benar-benar membuat tenggorokanku seakan tercekat.

Thorn tidak mengatakan apapun. Basa-basi, atau setidaknya mengucapkan satu kalimat pun.

"Siapa?" Aku terlonjak bangun saat kudengar suara pintu kamarku yang di ketuk.

Hening. Tidak ada tanggapan.

Kuputuskan untuk tetap menunggu dan pintu kamarku terbuka lebar dalam sekejap.

Thorn yang bertubuh jangkung kini berdiri di ambang pintu. Dengan hanya mengenakan piyama.

Apa dia berniat tidur di sini?!!

Kusingkap selimut dan bergegas menghampirinya. "Ada apa?" Tanyaku.

Thorn menutup pintu di belakangnya dan melewatiku begitu saja.

"Layla, kemarilah." Perintahnya.

Aku segera mengikutinya.

Ketika Thorn duduk di sofa aku memutuskan untuk tetap berdiri di dekatnya.

"Duduklah," kata Thorn lagi.

Aku mengangguk. Menuruti apa yang ia katakan.

Mungkinkah Thorn baru saja mandi. Pandanganku menelusuri rambut hitamnya yang basah dan agak berantakan.

Meski tetap tak sedikitpun mengurangi ketampanan pria itu.

"Aku tidak akan berlama-lama. Dengar, selama sepuluh bulan kedepan. Kau akan menjadi isteriku-"

Aku ternganga. "Isteri??" Shock akan ucapan Thorn untuk yang kedua kalinya.

Kenapa aku sampai lupa dengan bagian ini!

"Ya, Layla Mc Adams. Isteri sahku." Thorn mempertegas lagi perkataannya. "Apa kau keberatan?"

Tentu saja aku keberatan. Meski Thorn nyatanya adalah pria tampan yang kaya raya. Namun tidak semudah itu bukan.

"Bukannya aku keberatan-" ucapku. "Hanya saja, mengapa aku. Kau baru saja menolongku dari tempat itu dan... apakah kau memang sengaja membeliku untuk ini?" Tanyaku.

Thorn memandangku tanpa ekspresi. "Layla, maaf jika aku menyinggungmu. Tapi apakah ten million dollars yang kukeluarkan tidak sepadan dengan sepuluh bulan waktumu?"

Kali ini aku tidak sanggup membantahnya. Setidaknya, dalam ucapan Thorn, secara tidak langsung menyiratkan kalau ia lah pemilik sahku. Dan ia bebas melakukan apapun yang ia mau kepadaku.

"Diammu kuanggap sepadan Layla." Ujar Thorn.

Ya, aku memang tidak mampu menyanggahnya. "Lantas, apa yang harus kulakukan selama sepuluh bulan itu?"

Thorn mengambil rokok dari kotak yang dibawanya, kemudian membakarnya. "Tidak ada." Jawabnya singkat.

"Tidak ada??" Aku mengulangi ucapannya.

"Aku tidak akan lama ada di kota ini." Tutur Thorn.

"Lantas?" Ugh aku tidak tahu harus mengatakan apalagi kini.

"Aku hanya singgah untuk sementara waktu di sini sampai pekerjaanku selesai. Dan-" Thorn mengepulkan asap dari mulutnya. "Aku membutuhkan seseorang untuk mengurus keperluanku selama aku di sini."

The hell. Sepuluh juta dollar hanya untuk mengurus keperluannya?!!

"Mengapa kau harus mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk mendapatkan seseorang yang mau mengurusmu. Kau bisa mendapatkan gadis manapun yang kau mau dan- ada Arnera bukan?"

Thorn Mc AdamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang