Rena terbangun dari tidurnya akibat suara berisik diluar. Ia melirik jam di dinding kamarnya. Pukul 1 dini hari karna ia penasaran rena mencoba untuk menajamkan telinganya untuk mendengar perdebatan diluar.
"Ratna.. Ratna dimana kau?" terdengar di telinga rena suara teriakan dani ayah rena memanggil ibunya.
"eh mas kamu kemana aja?" kini terdengar suara ratna, ibu rena.
"aahh bukan urusan mu"
"mas istigfar, aku ini istri kamu mas"
"aaahhh persetan dengan itu, sekarang aku minta duit"
"buat apa mas?" lirih ratna
"bukan.urusan.kamu.ratna" pekik dani dengan penuh penekanan.
"berapa yang kamu minta?"
"10 juta"
"apa? sebanyak itu? buat apa mas buat apa?"
"sudah cepetan mana?"
"aku gak punya uang sebanyak itu" ucap ratna dengan isakan.
"alahh bohong kamu"
"mana sini kalung yang kau pakai itu"
"apa? nggak aku nggak bakal kasih kalung ini"
"udah sini cepat" dani merampas kalung yang dipakai ratna
"jangan mas, mas mau kemana kalung itu" ucap ratna memohon.
Tangisan ratna semakin kencang setelah kepergian deni yang dengan santainya melenggang keluar rumah, rena yang sedari tadi melihat kejadian itu di balik pintu kamarnya segera menghampiri ibunya itu.
"ibuuu" rena menghambur ke pelukan ratna yang terduduk lemah dilantai.
"ehh rena kok belum tidur sayang?"
"ayah jahat bu" ucap rena seakan tidak memperdulikan pertanyaan dari ibunya. Ratna hanya merespon dengan mengusap lembut rambut rena yang berada dalam pelukannya.
"ayah berubah, gak sayang ibu sama rena"
"enggak sayang ayah nggak jahat kok"
"udah lah bu gak usah belain ayah kalau ayahnya aja gak peduli sama kita, buktinya aja ayah gak pernah pulang sekalinya pulang ngambil kalung ibu kan"
Ratna hanya bungkam mendengar omongan rena, anaknya sekarang sudah dewasa dan tumbuh menjadi gadis yang cantik ia tidak mungkin mengecewakan rena anak kesayangannya.
***
Hari ini serta sebulan yang lalu semenjak kejadian itu ia tidak lagi rena yang dulu periang dan ramah, sekarang ia melangkah malas di koridor sekolah. Tidak ada lagi senyum mengembang dan sapaan hangat olehnya kepada orang yang dikenalnya. Semua berubah.
Saat pelajaran berlangsung pun rena sama sekali tidak mendengarkan guru yang menjelaskan di depan. Tatapannya kosong meskipun matanya ke arah papan tulis itu. Nada yang merasa ada sesuatu yang aneh dengan rena belakangan ini memilih untuk terdiam sampai sahabatnya itu siap menceritakan masalahnya kepadanya.
Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini terdengar ke penjuru sekolah. Tanpa semangat rena merapikan buku serta alat tulisnya kedalam tas.
"ren gue balik, mau bareng gak? Nada yang sudah berdiri dari tempat duduknya berkata kepada rena. "duluan aja nad gue nanti aja" seru rena yang masih merapikan bukunya.
"yaudah gue duluan ya, bye" katanya dan berlalu keluar kelas.
Setelah cukup lama terdiam dikelasnya rena akhirnya memutuskan untuk pulang. Ia menyusuri koridor yang tampak sepi. Memang bel pulang sudah berbunyi sekitar tiga puluh menit yang lalu hanya ada beberapa siswa yang masih ada keperluan yang berlalu lalang dikoridor.
Dengan langkah gontai rena menyebrang jalan tanpa melihat kanan kirinya ia melangkah untuk menuju halte bus disebrang jalan.
Tiiinnn Tinnn Tiinn suara klason mobil pick up tidak terdengar di telinga gadis itu. "woy lo mau mati ya!" bentak pengumudi mobil yang hampir saja menabrak rena. Rena masih terdiam di tempat itu. Di tengah jalan yang masih riuh oleh kendaraan. Tiba tiba seseorang menarik tangan rena menuju halte bus. "lo mau mati!" maki cowok yang menarik rena. Tanpa berniat melihat orang dihadapannya rena hanya menunduk melihat sepatunya.
Keheningan tercipta diantara mereka.
"terserah lo mau denger apa engga, intinya kalo mau mati jangan disini, bikin repot" Ujar cowok berseragam abu abu itu dan melangkahkan kaki meninggalkan rena. Baru saja beberapa langkah ia tapaki terdengar suara orang terjatuh dibelakangnyan.
***
Rendy Point of ViewDengan langkah santai aku melangkah menyusuri koridor yang sudah sepi. Sambil memainkan kunci motor aku hendak menyebrang jalan menuju parkiran.
Bunyi bising klaksong mobil membuatku menoleh ke asal suara. Terlihat seorang gadis hanya terdiam ketika dimarahi oleh pengemudi mobil yang hampir menabraknya. Gadis itu masih berdiri di tengah jalan. "dasar nyari mati" desisnya dan langsung melangkah menarik gadis itu menuju halte bus. "lo mau mati!" cecarku kepada gadis dihadapanku yang hanya menunduk.
Sebentar. Kayak kenal, ketika aku pertegas lagi penglihatanku. Rena. Ya gadis di depanku sekarang ada rena cewek tempo hari ia temui di perpustakaan dan di panti jompo oma.
Aku hanya terdiam mengamati gadis itu, ia masih saja tetap menunduk. "terserah lo mau denger apa engga, intijya jangan mati disini, bikin repot" Kata terakhir yang aku ucapkan kepadanya dan langsung melangkah meinggalkan gadis itu. Beberapa langkah aku pergi suara orang terjatuh terdengar ditelingaku. Benar saja, rena sudah terduduk depan halte. Dari sini aku melihat pundaknya naik turun. apa dia menangis?, apa lagi ini tuhan.
Dengan malas aku menghampirinya lagi dan ikut bersimpuh di depannya. Melihatnya yang kini menangis dengan diam. Cukup lama hingga tangisannya mulai mereda. Rena mendongakkan kepalanya. "Ren--Rendy?" ucapnya gagap dengan mata terkejutnya.
Aku hanya terdiam menatapnya, matanha bengkak, wajahnya pucat, dan sisa sisa air mata masih mengalir di pipinya. Sangat mengenaskann keadaanya sekarang. Tiba tiba ia meringis sambil memegangi perutnya. "kenapa?" tanyaku dengan wajah datar.
"gak tau, paling maag gue kambuh" Ucapnya santai seraya berdiri dan membersihkan rok belakangnya yang kotor. Melihatnya berdiri aku juga ikut berdiri berhadapan dengannya.
"hmm oh ya btw makasih ya tadi udah nolongin gue hehe" ujarnya diakhiri tawa garingnya.
"lo gak pulang? udah mau ujan nih, atau lo mau nunggu bus juga?" ucapnya menatap nanar jalanan didepannya.
"ikut gue" aku pun menarim tangan rena menuju tempat parkir untuk mengambil motorku.
"eeh ehh mau kemana gue mau pulang" serunya sambil memukul mukul pelan tanganku yang menarik tangannya. Aku yang masih menarik tangannya tidak sengaja mengukir senyum kecil akibat tingkahnya yang masih kekanak kanakan. Dan kembali memasang wajah datar dihadapannya dan menyodorkan helm kepada rena "pake". Ia yang bingung menatap helm dan aku bergantian. Karna jengah aku langsung memakaikan helm itu ke kepalanya. "naik" perintahku dingin kepadanya. Rena tetap masih berdiam ditempatnya. "naik rena apa mau gue naikin" ketusku kepada rena yang memasang wajah bodohnya. Tidak lama rena menurut dan duduk di atas motorku. Setelah itu aku melajukan motoku ketempat yang sudah aku pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love You R
Teen Fictionkenapa di saat aku melihat semua tingkah lakunya membuatku semakin tertarik untuk mengenalnya lebih jauh? Dia adalah Renata Adelia -Rendy Adiatama- Cowo yang terkenal dingin mengapa jadi cowok paling menyebalkan yang pernah aku temui dia adalah Rend...