Part 9

9.5K 199 3
                                    

Rachel POV'

Setelah gue selesai makan, pas banget Sean masuk ke kelas untuk mengajar. Gue gak tahu ini kabar buruk atau kabar baik. Tapi guru bahasa di kelas kita gak bisa hadir. So, dia yang gantiin. Tapi ya udahlah ya. Gue lihat dia jalan menuju ke mejanya dan gue cepat-cepat tutup kotak makannya itu.

Ya, univ di sini memang tidak sama dengan yang lainnya. Biasanya kau akan dengar kalo dosen tidak datang, mahasiswa dipulangkan. Tidak sama dengan di sini. Tapi gue bersyukur juga karena univ ini menghargai kita sebagai murid mereka.

Sean POV'

Sewaktu aku masuk ke dalam kelas. Aku melihatnya sedang menutup tempat makanan yang ku berikan. Aku senang, tapi gak bisa untuk mengekspresikannya sekarang. Karena ini di kelas. Aku memang punya prinsip untuk tidak mencampurkan urusan sekolah dan yang di luar sekolah.

"Selamat pagi, karena Pak Rusli tidak bisa hadir hari ini. Jadi, saya yang akan menggantikannya. Dan berhubung saya juga tidak tahu cara mengajar bahasa. Jadi saya bebaskan kalian. Jika ada keperluan di luar kelas, seperti mau ngumpul tugas ke dosen lain atau lainnya. Bisa minta izin ke saya terlebih dahulu" jelasku dan aku pun duduk lalu membuka laptop untuk menyelesaikan tugas.

Rachel POV'

Gue lihat dia sedang sibuk dengan laptopnya. Karena gue bosen jadi gue memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

"Pete, gue mau ke perpus nyari buku buat di baca. Mau ikut gak?" tanya Rachel ke Peter.

"Ngak deh, soalnya ada yang mau gue beresin" kata Peter.

"Ok" jawab Rachel.

'Sekarang masalahnya, gue yang takut sekaligus gugup buat minta izin ke depan' pikir Rachel.

Ia pun menarik nafas dan berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke tempat Sean.

"Sir, permisi, saya mau izin ke perpustakaan buat nyari buku bentar" ucap Rachel.

"Oh, silahkan dan btw, thanks" jawab Sean singkat.

Setelah mendapatkan izin, ia pun pergi dari kelas dan menuju perpustakaan. Tiba-tiba ia kepikiran kata 'Thanks' dari Sean. Dari jawaban 'Thanks' itu ia bisa mengambil kesimpulan bahwa memang Sean lah yang memberikan sup itu.

Ia segera mencari rak yang berisi buku-buku yang ingin ia cari. Karena setelah mendapatkannya ia harus kembali ke kelasnya lagi.

"Hi, Rachel" ucap suara dari belakang.

"Sir? Kau ngapain?" bisik Rachel sesaat setelah ia menoleh ke arah suaranya.

"Aku cuma mau bilang, thankyou udah mau makan supnya. Dan berarti permintaan maafnya diterima kan?" tanya Sean.

Sean POV'

Jujur saja sebenarnya, aku tidak ingin menemuinya. Karena seperti yang sudah ku bilang. Aku tidak suka mencampuri urusan sekolah dengan luar sekolah. Tapi aku tidak sabar, dan kalo menunggu nanti. Takutnya tidak ketemu.

Karena memang setiap pertemuanku dengan Rachel itu tidak disengaja. Jika kalian berpikir aku mengikutinya. Jawabannya itu tidak. Itu terjadi begitu saja. Jadi kalo mau menunggu untuk bertemu dengannya lagi. Aku tak tahu kapan. Dan aku tidak mempunyai nomornya.

Lagipula aku juga tidak bisa menghubunginya jika aku ingin bertemu dengannya.

"Aku cuma mau bilang, thankyou udah mau makan supnya. Dan berarti permintaan maafnya diterima kan?" tanyaku yang takut. Karena ini cukup berbahaya.

"Ya. Bisa ku terima dan terima kasih juga supnya. Berkat kau, perutku sekarang agak mendingan" kata Rachel yang sedang mengambil buku yang ia inginkan.

"Baiklah. Tapi bolehkah aku meminta nomormu? Bukan untuk apa-apa tapi mana tahu ada sesuatu penting, mungkin aku bisa menghubungimu" tanyaku dengan cepat.

Sewaktu aku melontarkan pertanyaan itu, aku benar-benar mengumpulkan keberanianku terdahulu dan siap-siap atas jawabannya. Ia menoleh ke arahku sekarang dan ia menyipitkan matanya.

"Itu privasi. Hargailah privasi orang lain, sir" EXACTLY! Kalimat itu ku ucapkan bersamaan dengannya. Aku tahu ia akan menjawab pertanyaanku seperti itu.

"Kau mengikutiku. Dan kembalilah ke kelas. Ini berbahaya" kata Rachel yang berjalan menjauh dariku.

Peter POV'

Aneh. Ini benar-benar aneh. Tak lama setelah Rachel pergi dari kelas. Papaku, Sean, juga ikut keluar dari kelas. Sebenarnya aku sudah penasaran dari hari pertama, apa yang terjadi di antara mereka berdua.

Karena aku sudah pernah bertanya ke Rachel kenapa ia seperti tidak nyaman dengan Sean. Dan ia hanya menjawab tidak apa-apa. Tapi ketidaknyamanan ini terjadi lagi tadi. Sewaktu ia meminta izin ke Sean. Dia seperti takut dan gugup.

Jadi aku pun memutuskan untuk mengikuti, Sean, ayahku. Ya! Dan kau tahu apa yang kulihat. Sean sedang menuju ke perpustakaan. Dimana Rachel berada. Aku masih mengikuti Sean.

Dan seperti yang ku duga. Sean menemui Rachel. Ayahku mengenal Rachel dan alangkah terkejutnya aku, mereka terlihat dekat.

Dan berarti, inisial 'S' yang tadi berada di note kotak makan itu, Sean.

Rachel POV'

Aku sekarang dengan cepat berjalan menjauh dari Sean. Itu terlalu berbahaya. Memang sebenarnya semua orang akan melihatnya biasa saja. Karena mungkin orang lain akan mengira, Sean ada urusan dengan muridnya.

Tapi tidak denganku, aku terlalu gugup dan takut. Tidak tahu mengapa, tapi aku merasa takut karena aku merasa ada sesuatu yang salah.

Untunglah aku sudah menjauh dari Sean dan ku lihat ia sudah tidak ada di tempatnya tadi. Aku pergi ke tempat petugas perpustakaannya dan meminta izin untuk meminjam buku ini selama 3 jam. Ia memberiku sebuah kartu, lalu aku segera pergi dari perpustakaan dan menuju kelasku.

Sewaktu aku sampai di kelas, aku melihat Sean sudah kembali sibuk dengan laptopnya dan semuanya terlihat biasa saja. Dan aku melihat Peter, ia kelihatannya sibuk dengan pikirannya. Karena ia melamun. Bahkan ia tidak sadar kalo aku sudah di sampingnya.

"Woi, mikirin apa?" tanya Rachel yang berbisik di telinga Peter.

"Mikirin lo" jawab Peter singkat.

Deg! Apaan lagi nih?

"Seriusan, mikirin apaan?" tanya gue sekali lagi.

"Gue serius" jawab Peter singkat lagi.

"Tahu ah, nanti jadi ke rumah gue gak? Gue mau masakin lo lagi. Sebagai permintaan maaf gue karena tadi gue gak bagi supnya. Soalnya tadi gue sakit perut. Beneran deh, suer. Jadinya bener-bener enak banget sup itu" tanya Rachel yang tersenyum melas ke arah Peter.

"Ya udah, akhirnya merasa bersalah juga" kata Peter yang tersenyum melihat tingkah Rachel.

"Yeay, thankyou" kata Rachel yang memeluk Peter dan sesaat kemudian dilepasnya.

Sadar atau tidak sadar. Tapi Sean sedang melihat tingkah Rachel.

================================

Hola hola, rasa-rasanya ini cerita jadi agak mirip sinetron-sinetron gitu hahaha, maafin yak, otaknya memang masih muat segitu. Kalo suka, jangan lupa votenya ya soalnya perlu banget sih menurut gue. Maaf juga kalo banyak typo bertebaran. Seperti biasa karena langsung publish gak dibaca ulang. See you di next part, xx

WHAT?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang