Kemarin pagi, tepatnya setelah Harris jogging, sifatnya mendadak berubah. Selalu nurut, rajin belajar, pokoknya yang tidak pernah Harris lakukan langsung terlakukan kemarin. Penyebabnya hanya satu: Harris akhirnya tau siapa nama dia.
Namanya Char. Harris tersenyum sambil mengacak-acak rambut Aika, Adiknya yang berumur 14 tahun. Walaupun gue nggak tau Char siapa–karena aneh kalo Char doang, kedengerannya kayak merek pembalut–tapi bodo amat, akhirnya gue tau juga nama dia!
"Apaan sih, rambut Aika jadi berantakan 'kan!" protes Aika sambil merapihkan lagi rambutnya.
"Nanti kita ke salon kalo gitu," Harris tersenyum pada Aika.
"Ha? Ke salon? Ngapain?" Aika menatap Harris bingung.
"Katanya rambut kamu berantakan?" tanya Harris balik.
Aika membelalak. "Yee, gini doang pake sisir juga rapih! Kenapa tiba-tiba baik gini deh dari kemaren?"
"Because i found my charm." jawab Harris lalu berjalan menuju teras rumahnya dengan senyuman.
Aika tidak mengerti apa maksud Kakaknya itu, pokoknya yang Aika tangkap adalah, Harris menemukan charm ... pembalut? Atau apa? Tapi karena muka yang ditunjukkan Harris tadi adalah senyam-senyum, Aika menyimpulkan kalau Harris tidak membicarakan pembalut. Maka Aika hanya mengangkat bahunya lalu kembali membaca komiknya.
Di teras rumah, Harris memakai sepatunya dengan cepat, lalu mengambil minuman yang sudah disiapkan Ayahnya di meja ruang tamu. Pagi ini, ia akan jogging lagi. Harris sudah berjanji pada dirinya sendiri, kalau ia tau siapa nama perempuan yang setiap hari ada di belakangnya, ia akan menyapanya. Dan jika Harris menyapanya, ada kemungkinan besar mereka akan berkenalan. Ya, aneh juga sih kalo nyapa tapi nggak kenal.
Harris bergeming di teras rumahnya, jadikah dia menyapa Char? Atau tidak usah dan menunggu Tuhan berkehendak saja? Tapi, Harris sudah janji pada diri sendiri! Disaat seperti inilah Harris sebal dengan dirinya sendiri. Tolol, asal janji-janji aja sih lu, Har! Harris mendengus. Tapi kalau ia tidak menyapanya, kemungkinan ia tidak akan mengenal Char sampai akhirnya Char menikah. Oke, itu lama.
"Loh, Har? Kamu biasanya jogging nggak sepagi ini," komen Ayahnya yang sekarang sedang berdiri di depan pintu, memperhatikan anak pertamanya. "Biasanya juga nggak se-semangat ini." lanjut beliau.
Harris tersenyum pada Ayahnya.
"Kemaren dapet pencerahan,""Ketemu Matahari?" tanya Ayahnya.
"Matahari ... siapa?" Harris mengernyit bingung. Kayaknya gue nggak pernah kenal sama yang namanya Matahari?
"Matahari 'kan cerah,"
Harris terdiam, lalu terkekeh. "Terserah Ayah deh," balas Harris, "Udah ya, aku jalan!"
Ayahnya mengangguk sambil menatap punggung Harris lalu bergumam, "Harus diselidiki nih."
Dari dulu, Harris memang sering jogging di pagi hari. Dan dari dulu, suasana di pagi hari memang tidak ada bedanya–ya, begitu-begitu saja. Sepi, dan sejuk. Warga komplek memang biasanya lebih memilih untuk tidur daripada jogging seperti yang Harris lakukan. Bahkan, Pak Rudi–satpam kompleknya–sampai kenal dengan Harris karena sepertinya hanya Harris yang rajin jogging di pagi hari. Harris pun tak masalah memiliki kenalan seorang satpam.
Sampai akhirnya, Harris melihat dia yang juga sedang jogging.
"Pak Rudi!" sapa Harris seperti biasa.
"Eh, Harris! Semangat terus ya!" seru Pak Rudi.
Harris tersenyum. "Harus dong, Pak! Yaudah, saya duluan ya!"
Tetapi, sebelum ia benar-benar meninggalkan pos satpam, Harris selalu meneliti taman terlebih dahulu. Biasanya, dia sedang beristirahat disitu dengan barangnya yang berserakan. Harris juga sebenarnya suka mengulur-ulur waktu didepan pos satpam–menunggu dia yang sedang membereskan barang-barangnya, dan berharap mereka memiliki rute jogging yang sama.
Ternyata, rute jogging mereka memang sama. Lebih tepatnya, Harris sengaja menyamakan rute jogging mereka.
Harris terus berjogging, sambil memikirkan bagaimana ia menyapa dia yang ternyata bernama Char. Harus Harris ingat, menyapa Char tidak semudah menyapa Pak Rudi. Apalagi Pak Rudi adalah seorang satpam, sangat hal biasa bukan menyapa satpam? Sedangkan menyapa Char ... mungkin Harris harus membuat rencana.
Kemarin pagi, Harris sudah sengaja berhenti di dekat rumah dia–ya, Harris tau rumahnya yang mana–dan niatnya ingin berbasa-basi seperti; "Rumah lo dimana?", "Lo punya adek?", "Lo masih SMA 'kan ya?". Tapi, itu semua tidak jadi karena lidahnya yang tiba-tiba kelu dan Char yang sudah mendahuluinya. Bodo lah, yang penting kemaren gue tau namanya.
"Kak Char! Jogging apa jalan?" tanya seorang laki-laki dari rumah Char dengan suara yang besar, sehingga sampai di telinga Harris. "Kok kayak siput gitu!" lanjut laki-laki itu.
Harris mengerutkan keningnya, itu yang kemaren 'kan? Adeknya tuh? Atau Kakak? Tapi masih bocah gitu. Harris berhenti, lalu menoleh ke belakang. Dilihatnya Char yang sedang menggerutu sambil mengetik sesuatu di iPod-nya. Rasanya Harris ingin mencubiti pipi Char yang sangat menggemaskan itu.
Ah, tapi kenal aja nggak. Pepatah mengatakan; tak kenal maka tak sayang. Harris mendengus sebal. Gue nggak kenal sama Kendall Jenner tapi dia mau tuh pacaran sama gue. Dan apa yang Harris batin tadi hanya imajinasi.
Harris tadinya sempat berpikir bahwa yang Char lakukan di balik iPod-nya adalah memfoto sepatu atau bermain game (namun kalah, makanya ia menggerutu). Ternyata dugaannya salah saat Adiknya Char berseru lagi, "Yee, malah nge-chat! Cepetan!"
Harris menahan tawanya mendengar seruan dari Adik Char tersebut. Lagi-lagi ia menoleh, ingin melihat apa yang Char lakukan sekarang–dan ternyata Char sudah tidak lagi dibelakangnya. Harris menoleh ke sebelahnya, ternyata Char sudah lari sampai di sebelahnya.
Tanpa disengaja, pandangan mereka bertemu. Untuk kedua kalinya. Tunggu, apa Harris baru saja menghitung berapa kali matanya dan mata Char bertemu?
Namun, bukan itu yang mengejutkan Harris. Melainkan lengkunhan bibir Char yang membentuk seulas senyuman tipis–sangat tipis. Ya, Char tersenyum pada Harris.
Astaga, baru senyuman tipis saja Harris sudah gugup!
] [
a.n
hello, hello, it's me again! semoga chapter ini nggak terlalu aneh dan semoga suka yaa. p.s i suck at writing author's note, tapi pengen ... hehe. yaudah deh, jangan lupa tinggalkan jejak!14 Juli 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Routine | ✓
NouvellesSudah menjadi rutinitas di pagi hari kalau Charlotte akan bertemu Harris, begitu pula sebaliknya. Sudah menjadi rutinitas juga kalau mereka hanya akan saling melihat, namun tak pernah menyapa. Copyright © 2016 by flyingyellowthing