07: C h a r l o t t e

68 24 6
                                    

Charlotte tau dan ia sadar, kalau perkenalannya hari sabtu minggu lalu dengan dia–yang ternyata bernama Harris–sangat tidak elit.

Pertama, ia jatuh. Kedua, pasti ia terlihat sangat bodoh dengan luka kecil di lututnya. Ketiga, ia salah memakai sepatu (Charlotte malah memakai sepatu yang sudah kumel dan tali sepatunya pernah ia gunting dengan asal-asalan). Keempat, ia juga salah memakai pakaian karena saking terburu-burunya, Charlotte malah memakai baju dan celana rumah–yang sama sekali tidak seharusnya ia pakai untuk jogging. Tapi setidaknya, Charlotte masih memakai baju. Kelima, tidak ada–empat saja sudah cukup membuat Charlotte merasa tidak elit.

Tapi bagaimanapun itu, Charlotte bersyukur ia jatuh. Kalau tidak mungkin sampai menikah Charlotte masih tidak mengenal Harris.

Saat ini, Charlotte sedang berjogging menuju tempat istirahatannya–taman dekat pos satpam, kalian ingat 'kan? Dan belum sampai sana, mata Charlotte menyipit dan dahinya berkerut untuk melihat apa yang ia pandang saat ini. Harris, dengan muka cemas dan bukan dengan pakaian siap jogging, sedang mengobrol dengan Pak Rudi–entah membicarakan apa.

Sebenarnya, Charlotte merasa biasa saja dengan Harris yang dekat dengan Pak Rudi–yang notebenenya sebagai satpam. Yang Charlotte bingungi, jika dengan satpam ... apa yang bisa diobroli? Apa yang pernah mereka lihat saat berjaga di malam hari? Berapa mobil yang memasuki komplek? Atau ... bagaimana muka seorang maling? Yah, apapun itu, Charlotte tidak tau.

"Where do the good boys go to hide away, hide away?" Charlotte ikut bernyanyi saat lagu yang terputar di iPod-nya saat ini adalah Hide Away yang dinyanyikan oleh Daya. "I'm a good, good girl who needs a little company."

Charlotte jadi teringat Harris lagi. Ini sudah seminggu sejak mereka berkenalan, dan jogging bersama (hanya sekali mereka jogging berasama, fyi, sisanya mereka masih malu-malu kambing). Mulai sejak itu, mereka sudah mulai saling menyapa saat bertemu. Namun, masih jarang bagi mereka untuk mengobrol. Mungkin, karena terlalu gugup, masih canggung, dan bingung ingin membicarakan apa lagi.

Akhirnya Charlotte sampai di kursi taman, lalu seperti biasanya, Charlotte menggeletakkan semua barangnya seenak jidat. Setelah sudah, ia menyenderkan badannya di kursi sambil meminum minumannya.

Matanya kini fokus pada pos satpam yang hanya menunjukkan figur Pak Rudi–Charlotte mulai berpikir kalau tadi bukanlah Harris, mungkin hanya imajinasinya atau orang lain yang mirip dengan Harris.

Telinga Charlotte masih tersumpal earphone yang sedang memutar lagu dari iPod-nya, sedangkan kaki dan kepala Charlotte sekarang ikut bergerak mengikuti irama lagu. Tidak lupa, mata Charlotte masih fokus pada pos satpam. Omong-omong setelah ia berkenalan dengan Harris dan jogging bersama itu, Charlotte masih saja lari di belakang Harris karena gugup. Harris juga tidak mengajaknya lagi, jadi, yah, mungkin waktu itu Harris khilaf.

"Charlotte!"

Charlotte menolehkan kepalanya ke sumber suara. Dilihatnya Harris yang sedang berlari menuju Charlotte. Namun, Charlotte tidak bergerak sedikitpun untuk menghampiri laki-laki itu–bahkan Charlotte tidak membalas panggilan tadi. Charlotte hanya menoleh, lalu kembali ke pandangannya semula.

"Woy, Charlotte!" Harris memanggilnya lagi dengan nada sedikit geram.

Sama seperti sebelumnya, Charlotte hanya mengabaikannya. Bedanya, kali ini Charlotte menggerutu, ini halusinasi gue kenapa keliatan nyata banget dah? Ya, Charlotte kira figur Harris yang sedang berlari menujunya sambil memanggilnya hanyalah halusinasi semata.

Sampai akhirnya, Harris sampai di depan Charlotte lalu duduk di kursi kosong sebelahnya. Charlotte mengerutkan keningnya, beneran Harris apa bukan sih? Charlotte dapat melihat muka lelah Harris, dan sekarang ia sedang mengatur nafasnya.

"Gue panggilin malah bengong!" semprot Harris sambil menatap Charlotte.

Charlotte bergeming. "Hah?"

Bodoh sekali Charlotte mengira tadi hanyalah halusinasi. Dan bodoh sekali Charlotte hanya membalas ucapan Harris dengan 'hah?'.

"Gue daritadi manggilin lo," Harris dengan sabar menjelaskan. "Terus lo-nya malah diem aja."

"Gue kira itu bukan lo," balas Charlotte cengengesan.

Harris memutarkan bola matanya. "Bodo amat," ujarnya, "Sekarang ada masalah yang lebih penting."

"Kenapa?" tanya Charlotte penasaran.

"Lo liat Aika nggak?"

"Aika siapa?" potong Charlotte.

Harris tidak dapat menahan senyumnya. "Oke, gue yakin lo cemburu, tapi dia itu Adek gue," jawab Harris, "Balik ke pertanyaan awal. Lo liat Aika?"

"Gue aja nggak tau dia gimana wujudnya," Charlotte mengangkat bahunya.

Harris menghela nafasnya. "Dia cewek, tingginya sepundak gue–atau lebih pendek kali–rambutnya panjang tapi kagak panjang-panjang amat, abis itu dia masih SMP."

"Banyak kali cewek yang kayak lo deskripsiin itu," jawab Charlotte santai, padahal laki-laki sebelahnya ini sedang panik setengah mati.

"Ya, pokoknya mirip sama gue," balas Harris lagi.

"Iyalah, 'kan Adek lo." Charlotte terkekeh.

Lagi-lagi Harris menghela nafasnya. Mukanya menunjukkan puppy eyes yang sangat menggemaskan di mata Charlotte. "Serius, Char. Lo liat nggak Adek gue?"

"Nggak, gue nggak liat," Charlotte menggeleng. Lalu, dengan muka makin penasaran, Charlotte bertanya lagi, "Emang Adek lo kenapa?"

Charlotte memang tidak tau apa yang terjadi, tapi dapat dipastikan kalau ini bukan masalah sepele. Apalagi, raut wajah Harris benar-benar menunjukkan kecemasannya.

Charlotte tidak benar-benar mendengar jawaban Harris, yang pasti, kepanikkan dan seruannya sudah tidak dapat dihindari lagi.

"Lagian lo jadi Kakak kok nggak becus sih?!" Charlotte meninggikan suaranya, dan terus mengomeli Harris.

"Gue juga nggak tau! Ya, bisa aja gara-gara dia galau nggak diajarin gebetan, dia main ke taman," ucap Harris yang lagi-lagi menghiraukan omelan Charlotte. Astaga, kenapa mikirnya malah itu? Nggak ada yang lebih realistis apa?

"Yakali!" balas Charlotte, "Masa segitunya. Lebay amat."

"Bi–"

"Ya, pokoknya salah lo!" potong Charlotte, lalu lanjut mengomel.

] [

a.n
kali-kali nggak mau nulis author's note ah (terus ini ngapain masih nulis ...). gmn? gmn? ga kependekan 'kan?

19 Juli 2016.

Morning Routine | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang