Bagian X : Kebohongan Gigantis

1.4K 227 24
                                    

.
.
.
.
.
.

Sedan SUV berwarna putih itu melaju dengan kecepatan sedang membelah jalanan kota Jogja yang saat itu cukup ramai. Setiap kali ada tempat yang menarik, laju kecepatannya akan berkurang karena sang pengendara sibuk menjelaskan berbagai hal pada penumpang cantiknya.

"Ini Gudeg Mbok Darmo yang legendaries itu." Ujar Kim diiringi tawa renyah dengan nada penuh kebanggaan sambil menunjuk sebuah warung makan sederhana namun dengan jumlah pembeli yang membludak hingga antriannya memenuhi jalanan di depan warung makan tersebut.

"Antriannya. Panjang banget." Gumam Yuki dengan nada takjub.

"Kapan-kapan saya ajak kamu makan di sana. Tapi kita harus berangkat pagi supaya nggak terlalu antri seperti itu." Jelas Kim sambil meneruskan perjalanannya.

"Sekarang kita mau kemana?" Tanya Yuki, untuk kesekian kali. Karena sejak dokter muda itu menjemputnya di rumah sahabatnya, Kinan, Dokter Kim belum memberi-tahu tempat yang menjadi tujuan mereka.

"Suatu tempat yang saya yakin, akan membuat perasaanmu lebih baik." Jawab Kim penuh misteri diselingi senyuman manis.

Yuki membalasnya dengan senyuman, meskipun penuh tanya di dalam hati. Dan setelah menempuh 2,5 jam perjalanan menaiki perbukitan, mereka hampir sampai di tempat tujuan.Kim memarkirkan mobilnya di sebuah pelataran parkir yang tersedia di sana.

"Ayo kita turun," ajak Kim. Yuki pun menurutinya dengan turun dari mobil.

"Tempat apa ini?" Tanya gadis itu dengan tatapan terpesona. Sejauh hazel-nya memandang, yang terlihat hanya hamparan pohon pinus dan rimbunnya pepohonan hijau lainnya.

"Ini baru awalnya," jelas Kim masih dengan nada misterius. "Sebentar lagi kamu akan melihat yang jauh lebih indah dari ini."

Yuki mengerutkan keningnya yang disambut Kim dengan tawa lebar.

"Yuk, kita jalan. Kamu kuat, kan?"

Gadis itu mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Kalau kamu capek, bilang ya. Nanti saya gendong." Kim langsung buru-buru melangkah mendahului Yuki, sebelum gadis itu melihat rona merah yang sesaat menghiasi wajahnya.

'Apa sih omonganku ini...' runtuk pemuda baby face itu dalam hati.

-----000000------

The Pasific Palace
Jakarta

Pemuda itu berjalan dengan tertatih menuju sebuah restaurant tempatnya membuat janji dengan seseorang. Tidak dihiraukannya tubuhnya yang masih terasa nyeri akibat diserang oleh orang yang tidak dikenal. Namun Al merasa, semua masalah yang belakangan menimpanya pasti saling berhubungan.

Pemuda itu menunggu di tempat yang sudah dia reservasi sebelumnya. Menunggu kedatangan seseorang yang harus memberinya penjelasan, sejelas-jelasnya perihal mantan kekasih yang sudah dia campakan.

Tidak perlu menunggu lama karena orang yang ditunggu Al sudah datang. Dia adalah Mulan. Junior Yuki semasa menimba ilmu di bangku Perguruan Tinggi. Dari mulut Mulan-lah, Al mengetahui sepak terjang Yuki di masa lalu sebagai gadis yang tidak baik reputasinya.

"Hai, Al..." Mulan menyapanya ramah, bahkan sempat memeluk dan saling berciuman pipi sebagai tanda kedekatan mereka.

"Kenapa? Abis kecelakaan ya?" Tanya Mulan saat melihat kondisi Al yang babak belur di beberapa bagian tubuhnya. Dan yang paling terlihat adalah lebam di area wajahnya.

"Sorry gue ngajak ketemuan mendadak." Ujar Al, sekedar basi-basi pembuka percakapan.

"It's okay. Ada apa?" Tanya Mulan lagi.

A Gift From GOD ( AL/YUKI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang