***
Fio
Bilang gak yaa... Entah kenapa hati gue selalu mendorong gue untuk bilang yang sebenarnya tentang nara ke steffi tapi nara gak pernah ngizinin. Tapi gue gatega liat steffi nangis terus liat steffi terpuruk kayak gini. Steffi selalu berusaha tersenyum walaupun senyuman itu terlihat palsu. "Steff aku kangen" kata gue didepan rumah steffi. Gue beraniin diri buat datengin rumahnya. Steffi diam mematung didepan gue. Matanya bengkak. Rambutnya kusut. Wajahnya ditekuk. Rasanya ingin gue peluk. Ingin gue hibur. Ingin gue ajak ke taman supaya dia bisa tersenyum lagi. Tapi...
"fio.." Steffi akhirnya angkat suara. Suaranya terdengar rampau. Hancur. "Maaf" kataku sambil berusaha mencairkan suasana yang dingin ini. "Aku yang salah" steffi memeluk gue Erat. Gue segera membalas pelukannya. "Aku sayang kamu fio..." Steffi akhirnya jujur tentang perasaannya. "Steff... Ada yang mau aku bilang" gue melepas pelukannya dan mengandengnya masuk ke rumahnya. Steffi menyingkirkan buku besar yang tergeletak di ruang tamu. Sepertinya gue gak asing dengan buku itu. "Steff.." Gue mulai berbicara. "Apa?" Steffi sepertinya acuh tak acuh. "Sebenernya.. Alasan nara mutusin kamu karena dia.. " gue gak sanggup ngelanjutin kalimat gue. "Karena?" Steffi menaikan sebelah alisnya. "Dia udah ilang rasa sama kamu" yap. Akhirnya gue berhasil mengatakan itu. Walaupun gue tau steffi bakalan sakit yang mendalam. Steffi terdiam. Mungkin butuh waktu untuk mencerna kata kata itu. "Maksudnya?" Suara steffi terdengar kecil. Sepertinya sebentar lagi air matanya akan turun. "Dia udah punya pacar lagi disana" kata gue. "awalnya dia gak suka sama cewe itu tapi cewe itu terus terusan ngejer dia akhirnya nara move on ke dia" jelas gue. Walaupun sebenernya gue gak sanggup ngomong ini. gue terlalu jahat untuk bilang yang sejujurnya ke steffi. "Jadi?" Steffi menatap gue. "Maksudnya?" Gue gangerti apa yang steffi maksud. "Nara tega" steffi menatap kearah luar dengan tatapan kosong. "Steff.." Gue berusaha menenangkannya. "Fio kenapa nara nyebelin banget sih??" Steffi berkata dengan berapi api. Air matanya mulai mengalir. Gue hanya bisa memeluk dia. Gue bingung apa yang harus gue lakukan. "Steff jujur sama perasaan kamu.. Kamu masih sayang sama nara?" Gue berkata hati hati. "Enggatau. Rasa aku buat dia memudar gitu aja fio. Aku gabisa maksain kalo aku masih sayang sama dia" steffi tertunduk. "Nah.. Itu yang nara rasain juga ke kamu" gue tersenyum. Steffi terdiam. "Tapi kenapa dia gak jujur? Kenapa dia gak mutusin aku aja pas tau dia udah gaada rasa lagi sama aku?"
"Aku gatau steff..." Gue hanya bisa memeluk steffi dan memeluk lagi. Mungkin itu yang bisa menenangkannya. "Aku disini buat kamu" gue mengusap air matanya dan membelai rambutnya. "Makasih fio..." Steffi tersenyum perlahan.
Gue gak tega ngelihat orang yang gue sayang nangis. Dan apalagi semua garagara gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance
Teen FictionKetika cinta mulai bosan. Ketika cintaku mulai memudar. Dan ketika "selamanya" sudah tak berlaku lagi.