3rd Person Point of View
Rasa pusing menerkam ketika Ia bangun di ruangan bermandikan cahaya kota Jakarta dengan bau khas yang sangat memabukan hingga sistem penciumannya memberikan sinyal yang aneh ke otaknya. Rasanya aneh, tapi Ia tau pasti wangi apa itu.
Menuruni ranjang berukuran king size yang bahkan tidak dapat Ia beli jika mendapakan bonus akhir tahun yang sangat-sangat besar. Melewati deretan jendela yang dapat di lebur menjadi kaca pelapis atap The Breeze BSD city yang sangat besar, dan melihat sesosok pria tertidur dengan tenang di atas ranjang berlapis kain sutra kualitas Eropa.
Sampai sekarang Ia masih bertanya-tanya bagaimana dirinya bisa mendapatkan sesosok pria yang begitu berkelas sekaligus tampan tanpa melakukan usaha sedikitpun, hingga begitu banyak wanita ingin membunuhnya.
Ia memasuki kamar mandi berlapis granit Gold Black yang dapat berfungsi sebagai ruang pesta kalangan kelas atas dan memutar keran air, lalu menunggu bathtub berwarna pearl white modern itu penuh terisi air, dirinya mulai berbicara sendiri " Hidupku sangat gila hingga dapat di kutuk Tuhan yang Maha Esa ."
****
Memejamkan mata di dalam bathtub berisi gelembung sabun yang melimpah merupakan salah satu hal yang paling Ia sukai, ditambah heningnya kota Jakarta pada tengah malam yang membuat dirinya hanyut terlelap dalam lautan gelembung sabun yang wanginya bagaikan Lime segar.
Sinar matahari menyeruak masuk melalui jendela, membawa kehangatan yang dapat membagunkan siapapun.
"Aku heran kenapa orang sepertimu dapat tidur bagaikan bayi di dalam gelembung sambun yang wangi." Ky membuka matanya.
"Karena lebih lembut dari kain sutra mahal milikmu yang merampas hak para ulat untuk menyimpan rumahnya sebagai kenang-kenangan." cetus Ky tersenyum kejam.
"Sejak kapan Kau peduli dengan kehidupan para ulat sutra ?" tangan Steve mengelus pundak Ky.
"Sejak Kau membeli Silkwood company. Kau harus membuangnya karena tidak begitu bagus."
"Tapi perkembangan sahamnya bagus." balas Steve sembari mencium dahi Ky.
"Bukan Silkwood, tapi semua yang berbahan sutra, karena...." ky diam sejenak " ...Karena pria tidak boleh memakai apapun yang berbahan sutra." ucap Ky malu menyadari dirinya berkata sesuatu tentang agama.
"Anggap saja semuanya sudah di urus. "
sekarang bibir Steve menempel perlahan dengan bibir Ky yang penuh dan manis.
Ky hanya diam, membiarkan Steve meluapkan semua cintanya dalam ciuman bermandikan cahaya pagi yang hangat agar dirinya nyaman. Dan Ky mengetahui itu.
****
Satu Hal yang paling Ky sukai dari apartment Steve-atau yang lebih cocok disebut Penthouse adalah Walk in closet-nya yang di lengkapi Wall Mounted Monitor sehingga bisa Ia gunakan untuk mencari refrensi pakaian yang cocok untuk memulai aktivitasnya yang super sibuk.
Walaupun Ky hanya seorang akuntan di kantornya, kegiatan Ky bisa dibilang sangat sibuk - sehari bagi Ky adalah 48 jam - Ia selalu mengutamakan penampilannya yang rapih, tapi tetap fokus dengan pekerjaannya.
Dengan tingkah laku yang sedikit tertutup, kehidupan Ky bisa sangat memusingkan bagi orang lain. Tapi itulah yang membuat Steve memilih dirinya.
Ky memilih Spiewak Naval Pea Coat hitam dengan atasan H&M classic shirt putih dan sepatu Sperry Top Sider Original Grey Corduroy 2-Eye Boat Shoe milik Steve untuk akivtiasnya hari ini.
Ky keluar dan berjalan menuju dapur bersih dengan kitchen set berwarna Chrome black yang berlantaikan marmer Lampung putih yang mewah.
Ia melihat Steve yang sedang membaca laporan jurnal saham dari iPad miliknya di counter dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Velvet on The Suite
RomanceKy menghadapi sebuah dilema ketika sang kekasih Steve berasa di NYC dan seorang pria lain datang mengisi hidupnya. Kehadiran teman baiknya Zara juga tidak terlalu membantu mengubah keadaan menjadi lebih baik, heck, justru jauh lebih gila karena wani...