Suasana pagi di kantor jurnalistik saat itu cukup menyibukkan para karyawan media. Beberapa di antaranya sedang mondar-mandir di sekitar ruangan kerja dan di antara lainnya sibuk berhadapan dengan layar komputer. Di salah satu bangku yang sudah menjadi tempat kerja Fila. Gadis itu mengenakan setelan kaus lengan panjang dan rompi berwarna biru- rok panjang putih dan kerudung bermotif polka.
Jemarinya sibuk mengotak-ngatik keyboard komputer di hadapannya. Sesekali ia menenggak beberapa tegukan caramel hangat di sisi komputer dan beberapa map yang terlihat berceceran. Dengan santai Fila membereskan semua tugasnya di pagi itu.
"E'hem.."
Sontak suara itu menghentikam aktifitas Fila sejenak. Perlahan gadis berkerudung itu menoleh ke samping. Tampak seorang gadis seumurannya dengan setelan busana muslim serba warna jingga berada jelas di sampingnya. Gadis itu sedikit tersenyum tipis menatap Fila. Gadis itu Laila, sahabat dan sekaligus teman ngobrolnya di kantor.
"Kamu serius amat, Fil? Kerja sih kerja, tapi masa nggak ada nyantainya? Dan satu lagi, hari ini kamu nggak ada senyuman sama sekali. Kamu ada masalah? Atau apa-apa?" ucap Laila, dengan kening bertautan sekaligus. Ia memandang ke arah Fila. Gadis itu selalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Nggak apa-apa, La. Kamu curigaan amat sama aku. Bukannya tiap hari aku gini-gini saja? Hem.." kata Fila seolah berdehem. Laila terdiam sejenak, kedua bola matanya terus saja menangkap mata Fila. Seakan-akan ia seperti menemukan sesuatu yang tersembunyi. Meski Laila tak mengerti itu apa.
"Udahlah, La. Nggak usah terlalu ngelihatin aku segitunya. Aku benar nggak apa-apa." kata Fila dan mengalihkan pandangan ke arah sekitar.
"Serius?" masih saja Laila mencoba ingin menguakkan perkataan yang akan Fila lontarkan nanti. Laila kepo soal ini.
"Iya, La. Ok, ada keperluan apa kamu ke sini? Atau kamu hanya ingin menanyakan hal itu saja?" tanya Fila, ia beradu pandang kembali pada sahabatnya. Dengan pelan, Laila meletakkan surat yang masih terbungkus rapi dengan lapisan amplop berwarna cokelat di atas meja.
"Apa ini?" Fila menanyakan sebelum ia membuka surat di dalam amplop tersebut.
"Buka saja, suatu kejutan untuk sahabatku Fila." gumam Laila.
Jemari itu menuntun Fila, perlahan ia membuka amplop surat yang kini beralih ke genggamannya. Manik matanya masih menuntun pandangannya pada amplop surat yang diterimanya.
Untuk saudara Fila,
Berdasarkan file dokumen yang kami terima kemarin, beberapa foto yang anda kirimkan ke redaksi kami. Jujur saja, kami sangat mengagumi hasil koleksi foto-foto jurnalistik anda.
Dengan itu, redaksi kami berniat untuk mengirimkan hasil koleksi foto-foto anda ke salah satu pergelaran pameran foto jurnalistik di Ankara, Turki.
Bersamaan dengan surat ini, tim redaksi kami mengirimkan satu tiket untuk anda. Agar anda segera menghadiri acara pergelaran pameran foto tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
POTRETAN UKIRAN TASBIH [Sudah Terbit]
Spiritüel[Cerita sudah tidak lengkap || Versi revisi lengkap ada di novel cetak || Sudah Terbit] √ NB: (Pemesanan novel silakan chat personal author 👉 harga Rp, 85.000) [WARNING! Dilarang mengcopy paste isi cerita per-bab hingga keseluruhan. Cerita "POTRETA...