Pt. 5 Serendipiti

11.3K 1.8K 215
                                    

Coba jelaskan apa yang lebih membahagiakan dari berkumpul bersama keluarga dan menikmati kimchi kering dan makaroni yang dimasak oleh Ibu dengan microwave atau bahkan hanya duduk bersandar pada birai jembatan tanpa melakukan apapun karena mobil Ayah yang tiba-tiba saja mogok saat dermaga diangkat. Bukankah hal-hal itu termasuk kategori "bahagia itu sederhana"?

Sejak kecil Jungkook sudah hidup di daerah pesisir. Lautan sudah menjadi latar belakang kisah hidupnya. Bahkan ketika seseorang pernah mengatakan padanya. "Dibandingkan hidup dengan beban penyakit, lebih baik kau mati saja." Lautan lah yang mendengar isak tangis Jungkook kecil.

Hubungan Jungkook dan laut adalah sejenis hubungan cinta tapi asing.

Lautan dan pantai menjanjikan keindahan yang sempurna.

Saat berdiam diri di pantai, Jungkook dapat melihat langit yang berwarna senada dengan lautan, dengan deru ombak yang menemaninya dan awan yang berarak pasrah terhadap angin, berkali-kali lebih luas dibandingkan ia melihat langit dari tempat lainnya.

Lautan juga menjanjikan apa yang tidak di janjikan di tempat lain. Kalau tidak percaya coba saja tanyakan pada Poseidon.

Tetapi lautan tetap lautan. Suasananya berubah-ubah, terkadang tenang dan terkadang bergejolak. Dan itu sungguh mengerikan.

Bagi Jungkook lautan adalah tempat untuk melarikan diri, untuk menyendiri, menjadi diri sendiri ketika tidak ada orang yang melihat, atau melarikan diri dari siapa pun yang meneriakinya.

Malam ini hujan turun, dan yang paling buruk adalah Jungkook dan Yerim terjebak di kediaman keluarga Jung.

Bagi adiknya jelas itu bukanlah sebuah masalah besar. Tetapi bagi Jungkook keadaan itu sungguh mengerikan karena tiba-tiba saja ia menjadi sangat merindukan orangtuanya.

"Jungkook-ah," kata seorang wanita paruh baya yang sedang menyiapkan makan malam di atas meja.

"Terimakasih sudah membawa anakku pulang," lanjut wanita paruh baya itu.

Jungkook bergeming, tidak tahu harus menjawab apa. Alih-alih memberikan jawaban, Jungkook hanya tersenyum canggung.

Jungkook mengalihkan pandangan ke arah ruangan lain, tempat di mana Hoseok, Seungyeol dan Yerim sedang berkumpul. Samar-samar diantara suara hujan, Jungkook mendengar tawa adiknya.

"Yerim-ah," panggil Jungkook dan menggeser tubuhnya ke dekat pintu.

"Oppa, aku sedang menggambar dan lagi pula di luar hujan," sahut Yerim yang masih sibuk menggores buku gambarnya.

"Bi, kau punya payung?" Pertanyaan itu Jungkook ajukan pada wanita paruh baya yang masih menyiapkan beberapa makanan di atas meja.

Wanita paruh baya itu mengalihkan pandangannya, menatap bingung Jungkook. "Kau tidak ingin mencicipi kimchi buatan bibi?"

"Oppa aku sedang menggambar, dan aku ingin mencicipi Kimchi buatan bibi Han," kata Yerim lagi yang masih sibuk menggambar.

"Makan malamlah disini," seru seorang pria paruh baya yang tidak lain adalah paman Jung, ayah Hoseok.

"Aku akan pergi ke toko paman Gong sebentar."

Jungkook masih bergeming di dekat pintu ketika Seungyeol datang membawakan sebuah payung untuknya.

"Gomawo..." kata Jungkook lalu menghilang di balik pintu.

" kata Jungkook lalu menghilang di balik pintu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[AKAN DIREVISI] CIGARETTES • JJKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang