Friend
Aku keluar dari keramaian, melihat sekeliling lalu dari sebelah loket pertunjukan sirkus, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar mulut, aku berteriak, "Angel! Angel!" Aku tak boleh kehilangannya. Dan yang benar saja, aku melihat seorang gadis dengan rambut coklat itu sambil memegang boneka, sedang bermain ring listrik. Aku pun segera menghampirinya. Bisa kulihat wajah lugunya itu sedang fokus mengarahkan ring agar tidak mengenai lintasan. Tak ingin mengganggunya, aku pun melihatnya tanpa kata. Sampai saat itu, "Kringgg" kulihat Angel menampilkan wajah kesal, karena tak berhasil membawa ring sampai ujung lintasan. "Ini yang kamu kerjain dari tadi, bingung nyariin kemana mana tau" sebuah cengiran pun terpasang di wajahnya dan pipinya memerah. "Sorry deh Sam, abis tadi aku liat permainan ini kayaknya seru banget" kata Angel. "Ya sudah, sekarang sudah larut, ayo pulang" "Aku gak mau pulang!" Jawab angel. "Hey... Aku tahu kamu lagi bermasalah sama mama papa kamu. Tapi kamu harus pulang. Mereka pasti khawatir di rumah." Aku menggenggam tangannya. Ia menggenggam balik. "Baiklah. Tapi kamu harus janji ya, kalau aku minta ke sini lagi, kamu harus mau nganter aku." "Pastilah Angel, dari dulu emang pernah aku gak mau?" Kataku sambil mengelus rambutnya. "Sam baik deh!" Kata Angel yang mana melanjutkan perjalanan kami pulang.
Di depan rumah Angel, aku pun mengucapkan selamat tinggal. "Baik baik dirumah ya, Angel, jangan suka buat masalah." "Iya Sam, gak bakal lagi. Makasi ya buat hari ini!" "Iya sama sama, aku pulang dulu ya" Angel menggangguk. Segera kulangkahkan kakiku ke rumah.
Kubaringkan tubuhku di ranjang. Aku tak habis pikir bahwa Angel yang tadi sore mata nya sembam karena habis menangis, tadi sepulang dari karnaval bisa sesenang itu. Setiap ada masalah, teman dari masa kecil sampai sekarangku itu selalu saja menyuruhku menemaninya ke karnaval. Entah apa yang membuat sebuah karnaval begitu menghibur baginya. Apakah komedi putarnya, badutnya, atau permainannya. Yang pasti untukku, satu satunya hal yang menghiburku di karnaval adalah Angel. Tak ada yang lain. Jika tak ada Angel, mungkin seumur hidupku aku tak pernah menginjakkan kaki di karnaval. Tapi semua ini kulakukan agar Angel senang.
Senin adalah hari yang membosankan bagi semua orang. Tapi tidak bagiku. Setiap hari senin, dan hari hari sekolah lainnya, aku merasa senang karena dapat bertemu Angel. Menurutku, hari yang semembosankan apapun tak akan membosankan lagi, selagi aku menjalaninya bersama Angel. Kami satu kelas di sekolah kami, yang mana memudahkan ku untuk menjaganya. Wajahnya yang cerah dan halus itu seperti matahariku. Oh Angel, andaikan engkau tahu...
Bel istirahat berbunyi. Aku yang biasanya mengajak Angel untuk ke kantin, sekarang malah dia yang mengajakku. Wajahnya yang sudah cerah, bertambah cerah lagi karena senyumannya. "Sam! Ke kantin yuk, aku mau cerita nih." Kata angel. "Tumben kamu yang ngajak duluan. Coba kemaren-kemaren, pasti aku aja" kataku sambil menyenggol lengannya. Angel menggenggam tanganku dan segera membawaku ke kantin.
"Sam! Liat nih!" Katanya sambil menunjukkan telepon genggamnya. Bisa kulihat pesan singkat yang bertuliskan, "Nanti sore kita pergi ya, aku udah kangen banget gara-gara kita jarang pergi. Get dressed ya sayang, aku jemput jam 6" Eric. Pacar Angel yg bisa disebut cowo brengsek, karena sudah dua kali membuat Angel sakit hati. Entah kenapa akhirnya mereka selalu rujuk. Tetapi tetap kutunjukkan senyum antusias di wajahku. "Sam, aku harus pake baju apa ya? Apa aku perlu beli baju lagi?" Tanya Angel. "Nggak perlu Angel, pake baju yang udah kamu punya aja udah cantik banget" jawabku sambil berusaha mempertahankan senyum antusiasku. Angel membalas, "Bener nih Sam? Aww Sam you're the best friend ever! Makanan sekarang aku yang bayarin deh."
Friend. Itulah aku. Seorang teman yang bisa diajak jalan-jalan dan tempat curhat. Saat bel masuk berbunyi aku dan Angel memasuki kelas. Aku masih bertanya-tanya apa Eric itu adalah laki laki yang pantas untuk Angel. Apakah Eric mencintai Angel seperti aku mencintai Angel?
Jam pelajaran demi jam pelajaran kulewati tanpa semangat. Angel, apakah nanti kau akan senang? Mungkin sakit bagiku untuk melihatmu bersama Eric, tapi apa yang bisa kuperbuat. Aku hanyalah temanmu. Seharausnya aku bahagia jika engkau bahagia. Sesampai di rumah, aku langsung mengunci diri dikamar tanpa makan siang terlebih dahulu, entah penyakit maag ku akan kambuh lagi atau tidak, aku tidak peduli. Satu-satunya hal yang kupedulikan saat ini adalah Angel. Angel yang aku sayangi.
Jam 20.00. Setelah berlama-lama memikirkan Angel, tak kusadari aku jatuh tidur. Perutku sakit sekali serta badanku terasa lemas. Aku membuka pintu kamar lalu langsung menuju ke lemari obat, mencari obat maag. Kukunyah sebuah tablet obat maag untuk meredakan sakit bawaanku ini. Setelah beberapa saat, aku menghabiskan makan malam yang telah disiapkan oleh ibu. Ketika aku makan, sepertinya ibu tahu kalau aku sedang ada masalah. Tapi entah kenapa ibu hanya melihatku dan diam saja. Mungkin ia tak ingin membuat kepalaku yang sedang mumet ini bertambah mumet lagi.
Ingin menghirup udara segar, muncul ide di benakku untuk pergi keluar rumah. Entah kemana, yang penting aku keluar. Setelah meminta izin pada ibu, aku segera berangkat. Kali ini aku tidak berjalan kaki, melainkan membawa motorku. Setiba di jalan raya, barulah aku menemukan tujuan. Tujuanku adalah mall.
Kukunci motorku dan meletakkan helm ku di spion. Baru saja melangkahkan beberapa langkah, bisa kulihat banyak orang yang sedang bersenang-senang bersama pasangannya. Tapi tak apalah, akan kumanfaatkan suasana ramai ini untuk mengisi perasaanku yang kosong. Kulangkahkan kakiku menuju tempat makan kesukaanku, berencana untuk membeli minum saja. Sesampainya disana... Kulihat seorang lelaki ber-style keren sedang duduk dengan seorang wanita cantik. Laki laki itu adalah Eric. Dan yang lebih mengherankan lagi, wanita yang diajaknya bukan Angel. Aku masih belum habis pikir. Bukannya Eric seharusnya sekarang bersama Angel? Kulihat jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.15. Oh aku baru ingat. Eric tadi mengajak pergi Angel jam enam sore. Yang aku pikir jika Eric hanya mengajak Angel makan, paling tidak jam delapan sudah selesai. Tak ingin diriku dilihat oleh Eric, aku mengangkat kakiku dari sana.
Menjauh dari tempat makan itu, segera kubuka telpon selulerku, berniat untuk menghubungi Angel. Begitu kulihat, sudah ada pesan singkat masuk. Dari Angel. Isinya, "Sam? Kamu dimana? Aku mau cerita nih." Kusimpan telepon selulerku dalam kantong dan segera melangkahkan kakiku menuju tempat parkir. Aku tancap gas motorku menuju rumah. Sesampai di rumah, aku balas sms dari Angel. "Angel, aku dirumah. Kamu mau ceritanya dimana? Dirumahku atau dirumahmu?"
Kubuka pintu rumah, dan yang benar saja. Di ruang tamu, duduk ibukku dan Angel yang sedang berbincang-bincang. Angel berkata,"Ini dia Sam yang aku cari-cari! Masa smsku baru dibaca sampe depan rumah." Bisa kulihat Angel sedang menggenggam telepon selulernys, menandakan ia sudah mendapat pesan singkatku. Melihat aku sudah datang, ibu pergi ke belakang.
"Sam, aku seneng banget tau gak! Tadi Eric ngajak aku ke restoran mewah trus-" "Angel ada yang aku mau kasi tau ke kamu" potongku. "Kok tiba-tiba gitu? Emang ada apa?" tanya Angel. "Kamu jangan marah ya, tapi aku baru habis dari mall." "Trus? Trus?" tanya angel. "Aku liat Eric sama cewe lain. Aku tahu ini sakit buat kamu tapi aku cuma pingin kamu-" Belum sempat ku menyelesaikan kalimatku, kulihat setitik air mata jatuh di pipi Angel. Ia tak berkomentar, hanya terdiam dan menunduk. Bisa kurasakan kepedihannya. Yang bisa kulakukan hanya memeluk dan menemaninya. "Sudah Angel, sudah. Mungkin Eric memang nggak pantas buat kamu. Daripada malam-malam kamu disini, mending aku antar kamu pulang, ya?" Kataku. Angel menggangguk, tetapi masih tetap menunduk. Membuatku tak bisa melihat wajah malangnya.
Sesampai didepan rumah Angel, aku berkata, "Sudah, sekarang kamu tidur ya, jangan dipikirin si brengsek itu." Angel tetap tidak berkomentar. Aku benar-benar mengerti perasaan Angel. Persis seperti sebelum-sebelumnya. Aku hanya bisa berharap suatu saat Angel akan menyingkirkan Eric dari kehidupannya. Dan satu lagi, aku ingin Angel mengetahui perasaanku kepadanya.
3 hari sudah terlewati, namun hati Angel belum juga pulih. Sampai sekarang raut murung masih terpasang di wajahnya. Sebegitukah cintanya Angel pada Eric? Sampai-sampai tak muncul di benak Angel untuk mengajakku ke karnaval. Karnaval yang menjadi tempat pelarian Angel jika ia merasa sedih. Aku ingin Angel membuka lembaran baru di hidupnya, agar aku bisa melihat wajah cerah cerianya lagi. Aku tak apa bila hanya menjadi sebatas teman selamanya, asalkan Angel bahagia dengan seseorang yang bukan Eric.
Malam ini terasa lebih mencekam dari malam-malam lainnya. Aku berpikir, apakah aku harus menyatakan cintaku pada Angel agar ia bisa melupakan Eric? Tapi sepertinya tidak. Apa yang terjadi bila Angel tidak mencintaiku balik? Hubungan pertemanan kami pasti menjadi canggung. Aku tak mau kehilangannya. Menurutku cukup disini saja, menjadi temannya Angel.
Telepon selulerku bergetar dua kali, menandakan ada pesan singkat masuk. Isinya berupa, "Sam. Barusan Eric ke rumahku. Sepertinya dia tau alasan kenapa aku gak mau bales smsnya sama gak jawab telfonnya. Aku kasi tahu permasalahannya, dan dia jelasin semuanya. Aku udah baikan sama Eric sekarang :) Tapi makasi ya buat kamu yang udah nemenin aku saat aku sedih. " Angel dan Eric rujuk. Aku tak percaya kenapa takdir lebih memihak Eric untuk bersama Angel dibanding aku. Ingin kubuang jauh jauh segala perasaanku yang tertuju pada Angel. Sekarang yang bisa kulakukan hanyalah memejamkan mataku, melihat kegelapan tanpa setitik cahaya.
Setelah semalaman itu, aku terbangun dengan perasaan terpuruk. Tapi aku harus ingat kata-kataku dulu. Jika Angel bahagia, aku juga bahagia. Takkan kubiarkan perasaan bodohku ini mengganggu kebahagiaanmu. Dan pagi ini Angel, aku terbangun sebagai temanmu.