Ankara, Turki- 2015
"Ini buku yang kamu cari?" Ucap Ali, sembari menunjukkan cover judul buku pada Mika.
Mika menatap menyelidik buku tebal yang sedang Ali pegang. Secara langsung Mika mengambil buku itu hingga beralih tepat ditelapak tangannya. Mika masih saja menatap buku yang dipegangnya dengan seksama. Lalu beralih pandang kembali pada Ali. Ia mulai menampakkan senyumannya pada Ali.
"Thanks to you Ali, kamu baik banget. Udah deketin aku, udah mau kenalan sama aku. Apalagi udah mau bantu aku untuk cari buku ini. Aku nggak tau lagi, kalau seandainya nggak ketemu kamu. Soalnya aku dari tadi bingung banget cari-cari buku diperpustakaan. Apalagi untuk cari buku diruangan segede ini, agak kesulitan gitu. Ehmm ... by the way, karena kamu udah bantuin aku. Coba sebutkan, kamu mau minta apa dari aku? Nanti kalau bisa aku kasik, anggap saja permintaan dan pemberian aku nanti, jadi hadiah dari aku untuk kamu." Kata Mika, ucapannya masih terlihat cerewet seperti biasanya.
"Alhamdulillah kalau begitu, makasih untuk tawaran imbalannya. Tapi insha allah aku ikhlas bantu kamu. Kamu nggak usah repot-repot untuk ngasik aku hadiah atau apa gitu, sekali lagi terima kasih." Balas Ali.
"Eh, yang seharusnya terima kasih itu aku tau. Bukan kamu Ali. Oh ya, kalau kamu maunya gitu, ya udah aku nggak bakalan maksa. Tapi rasanya nggak enak gitu, kalau aku nggak ngasik atau membalas bantuan kamu. Atau gini aja, kalau kamu nggak keberatan. Ini ada undangan fashion show modelling se-asia jagat. Kamu jangan lupa nonton ya, acaranya dua minggu lagi." Kata Mika, ia menjulurkan sebuah kertas yang berisikan undangan ke hadapan Ali.
Dengan tatapan teduh, Ali menatap kertas undangan digenggaman Mika. Dengan sikap tenang, Ali mengambil kertas undangan itu dari tangan Mika.
"Insha allah aku datang, Mika." Kata Ali, ia melempar senyuman kembali pada gadis berpostur tinggi dihadapannya kini.
"Maaf, boleh saya tanya? Berarti Mika ikutan acara ini?" Ali menanyakan lagi, dengan heran.
"Iya benar sekali, aku udah lama ikutan acara fashion show. Setiap kali ada acara pergelaran modelling inter dan sejagat asia ya pasti aku ikutan manggung. Pasti kamu nggak nyangka kan? Seorang anak filsafat bisa jadi model terkenal di Turki? Percaya nggak? Hehe.." Mika terkekeh pelan.
"Iya aku percaya saja, Mika kan gadis blasteran indo dan Turki. Postur tinggi dan wajah cantik seperti Mika, pasti banyak orang yang mengira Mika seorang model. Ya sekitar delapan puluh persen aku bakal percaya. Kalau mau nambah dua puluh persen lagi, kayaknya aku harus nonton acara ini dulu." Balas Ali, seolah-olah ia membalas senyumannya pada Mika.
"Aku nggak nyangka aja ya, seorang pemuda yang lagaknya alim kayak kamu. Ternyata bisa gombal juga walau itu sedikit saja, hehe.. Pokoknya kamu wajib nonton acaranya. Biar delapan puluh persen itu bakal nambah seratus persen." sahut Mika lagi.
"Hehe.. Ya sudah, kalau gitu aku permisi dulu ya. Assalamualaikum." Gumam Ali, ia mulai menarik langkahnya pergi dari tempat Mika berdiri.
Mika masih menatap punggung Ali dari belakang. Terlihat pemuda berkemeja putih itu masih berjalan lurus setelah melewati Mika. Dari arah sana, Mika masih mesem-mesem sendiri melihat Ali yang sudah berjalan agak jauh darinya.
***
Semarang, Indonesia- 2015
"Abi mau bicara apa?" Tanya Fila, setelah beberapa menit ia mendapati abinya yang masih memperhatikan jendela.
"Dia tidak datang, dia masih banyak urusan dinegerinya. Abi akan mengizinkan kamu untuk pergi, tapi kamu harus hati-hati dinegeri orang." Ucap Abi, penglihatannya masih fokus ke arah jendela luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
POTRETAN UKIRAN TASBIH [Sudah Terbit]
Spiritual[Cerita sudah tidak lengkap || Versi revisi lengkap ada di novel cetak || Sudah Terbit] √ NB: (Pemesanan novel silakan chat personal author 👉 harga Rp, 85.000) [WARNING! Dilarang mengcopy paste isi cerita per-bab hingga keseluruhan. Cerita "POTRETA...