Chapter 16

7.2K 550 22
                                    

Chapter 16

-----------------

Emily's Point Of View

"Masuklah. Kau pasti akan terlambat jika kau bersikukuh untuk menunggu kedatangan bis selanjutnya."

Aku mengerutkan alisku, kemudian berjalan pergi dari halte menuju mobil sedan yang menepi tidak jauh dariku. Ucapannya benar juga. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima belas menit, sementara bis pertama baru saja pergi. Sedangkan kedatangan bis selanjutnya sama sekali tidak pasti kapan.

Aku menutup pintu mobil Harry, kemudian memasang seatbelt. "Um, Emily?"

Aku yang merasa dipanggil pun segera menoleh. "Ya?"

Harry berdeham. "Kau sudah punya pacar?"

Aku terdiam. Kenapa tiba-tiba dia bertanya begitu?

"Memangnya..kenapa?"

Harry terlihat gugup, kemudian menggeleng. "Maaf, lupakan saja." Ia pun kembali menatap lurus ke depan, kembali dengan ekspresi angkuhnya yang menyebalkan itu.

"Tidak. Aku tidak punya pacar." Jawabku.

Harry kembali menoleh padaku, ekspresinya berubah menjadi berseri-seri. "Oh ya?"

Aku mengerutkan alisku, menatapnya bingung. Kenapa dia jadi aneh begini? Ekspresi angkuhnya tiba-tiba saja hilang, digantikan dengan ekspresi bocah laki-laki polos yang minta dibohongi.

"Kau aneh." Ungkapku jujur.

Harry mendelik, tersadar bahwa ekspresi angkuhnya menghilang. Ia kembali menyetir, kali ini lebih cepat dari sebelumnya. Aku hanya terdiam menatapnya bingung, kemudian memainkan ponselku. Ada yang aneh dengan Harry pagi ini.

***

Aku membanting lokerku kasar. Aku benar-benar kesal sekarang. Sharon Annabelle--anak dari Mr. Emerson alias kepalas sekolahku--menyuruhku untuk menggantikan tugasnya untuk merapikan buku di perpustakaan. Padahal aku harus segera pergi ke kafe tempatku bekerja sekarang.

Sesungguhnya, aku bisa saja menolak perintahnya itu. Tapi masalahnya, aku sudah terlebih dahulu memikirkan resiko yang akan menimpaku jika saja aku menolaknya.

Perpustakaan. Tempat yang paling jarang kukunjungi.

Berada di perpustakaan dan membaca berbagai buku dalam kediaman sama sekali bukanlah gayaku. Aku lebih memilih berada di ruangan klub drama dan berlatih terus-menerus. Masalahnya, bulan depan akan diadakan pertunjukkan drama di auditorium sekolah, sementara aku sama sekali tidak diberitahu mengenai peranku.

Dan yang lebih menyebalkan lagi, Sharon Annabelle juga merupakan anggota klub drama yang berpotensi mendapatkan peran tokoh utama. Aku tidak boleh kalah darinya, tentu saja. Bagaimanapun juga, aku yang lebih dulu masuk ke klub drama. Iya, aku sadar kok. Wajah Sharon memang manis. Tubuhnya langsing dan tinggi semampai, sementara kulitnya berwarna hitam manis. Dia pintar, aktif, dan sangat sering memenangi kejuaraan renang.

Kekurangannya hanya satu; sifatnya benar-benar menjengkelkan.

Uh, lupakan soal Sharon untuk saat ini. Sebaiknya aku segera pergi ke perpustakaan, sebelum si 'Kumis' alias guru penjaga perpustakaan itu datang memarahiku.

Setelah melewati lorong yang cukup panjang, aku masuk ke dalam perpustakaan. Banyak buku-buku berserakan di lantai dan meja, serta buku-buku yang ditaruh asal di setiap rak.

"Emily Jones?" Aku menoleh, melihat si kumis sedang berkutat dengan layar komputernya.

Aku berjalan menghampirinya.

"Kau yang akan menggantikan Ms. Sharon, bukan?" Tanyanya singkat. Cih, kenapa Sharon dipanggil 'Miss' sedangkan aku tidak?

Aku mengangguk, kemudian langsung beranjak pergi menuju meja-meja perpustakaan. Aku mengambili buku-buku dongeng terlebih dahulu, kemudian menaruhnya di rak buku dongeng. Aku merapikan buku-buku di rak tersebut, ketika tiba-tiba saja muncul wajah seseorang dari sisi depan rak.

"Hai."

Aku sempat terkejut dalam hati. Kenapa dia bisa ada disini?

"Harry! Kau bisa muncul dengan cara yang lebih mungkin, kan?" Keluhku padanya. Dia membuatku kaget, sungguh. Seharusnya disini tidak ada orang sama sekali selain aku dan Si 'Kumis'.              

Harry terkekeh pelan, kemudian berjalan memutari rak untuk menghampiriku. "Butuh bantuan?"

"Tentu saja." Jawabku singkat.

Aku dan Harry merapikan semua buku-buku yang berantakan atau ditaruh di rak yang salah, tapi rasanya jadi tidak menyenangkan. Maksudku, kupikir dengan adanya Harry disini, bisa membuatku tertawa sedikit karena candaannya. Tapi yang terjadi adalah aku dan dia sama-sama bungkam mulut.

"Em, kudengar kau ikut klub drama, ya?" Tanyanya tiba-tiba, memecah keheningan yang memenuhi ruang perpustakaan selama 15 menit yang lalu.

Aku mengangguk pelan. "Iya. Memangnya kenapa?"

"Apa ada tempat kosong untuk satu orang lagi di klub drama?"

Aku terdiam, berpikir. Seingatku ada. "Iya, sepertinya ada."

Harry tersenyum. "Baiklah. Aku akan masuk ke klub drama."

Mataku melebar. Harry masuk ke klub drama? Apa aku tidak salah dengar?

"Kau..serius?" Tanyaku memastikan. Bisa saja Harry hanya bercanda. Iya, kan?

Harry terkekeh pelan, kemudian menaruh buku terakhir yang ada di meja. "Iya, aku serius. Ya sudah, ayo ikut aku. Kau harus pergi ke kafe sekarang, bukan?"

Aku teringat kembali tentang pekerjaanku itu, kemudian berlari pelan menyusul Harry yang ternyata sudah berjalan jauh di depanku. Yaampun, kenapa jalannya cepat sekali, sih?

"Hei! Tunggu aku!"

***

Jade's Point Of View

"Jade!"

Aku menoleh, dan menemukan sesosok laki-laki dengan jambulnya yang semakin lama semakin lucu dilihat sedang berlari kearahku. Duh, rasanya aku ingin tertawa.

Dia berdiri di hadapanku, senyumnya mengembang. Ia menyelipkan helaian rambutku kebelakang telinga, kemudian menciumku singkat. Aku tersenyum sambil menggeleng malu. "Dasar."

Zayn terkekeh, kemudian menggandeng tanganku. "Kuantar pulang, ya?"

Aku hanya mengangguk, masih tersenyum. Yaampun, aku merasakan banyak sekali kupu-kupu yang berterbangan di perutku sekarang. Rasanya..uh. Entahlah. Aku juga bingung untuk menjelaskannya.

"Zayn, apa kau serius mencintaiku?" Ucapku pelan. Aku terlalu malu untuk mengatakan hal seperti itu, sungguh.

'Tentu saja. Hey, apa kau meragukan kata-kataku? Perlukah kuungkapan sekali lagi agar kau percaya?"

Aku tersenyum, kemudian menggeleng. "Aku percaya. Tapi..maukah kau berjanji satu hal padaku?"

Zayn mengerutkan alisnya. "Apa?"

Aku menunduk. "Berjanji untuk tidak akan meninggalkanku begitu saja."

Zayn tersenyum, kemudian mengecup puncak kepalaku. "Tentu saja. Aku tidak akan meninggalkanmu."

---------------

End Of Chapter 16!

PS : Maaf karna late update, jelek, ga menarik, typo, pendek, dll. Cuma author amatiran, jadi tolong maklumin yah ;) Makasih yang udah nyempetin baca, vote, dan comment. Semuanya dihargainn <3 Saran dan kritik selalu diterima :D:D

Shay Mitchell as Sharon Annabelle >>

Thankyou for reading and see you in the next chapter! xx

The Story Of Us (One Direction Fan Fiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang