Meet You

48 1 1
                                    

Manusia memiliki jalan hidupnya masing-masing, disaat takdir tak berpihak padamu, menyerah bagai pilihan yang begitu menggiurkan baginya. Tapi apakah itu yang diinginkan oleh Tuhan? Tidak, Tuhan ingin menguji, menguji sampai dimana batas kesabaran kalian.
-

--------------------------------------------------------

"Hiks...hiks....."

"Naya tak punya ayah...... Naya tak punya ayah!!"

Sorak suara tawa bergema ejekan terdengar dari mulut sekumpulan bocah kecil di sebuah taman bermain. Tanpa mereka sadari, kata-kata mereka telah melukai hati gadis kecil yang sedari tadi menangis dengan menutup kedua telinganya, ia mempertanyakan dalam hati perihal orang yang di panggil ayah tersebut.

Siapakah ayahnya? Kenapa mereka selalu saja membuat dirinya menangis? Ibu siapakah ayahku? Tidak! Aku pasti punya ayah, aku harus bertanya pada ibu.

Semua pertanyaan yang sedari tadi selalu menggema menghiasi kepala mungilnya, dengan tangis yang tak dapat ia bendung lagi ia berlari memecah kerumunan sambil berteriak.

" aku punyaaa .... aku punya ayahhhhh!! Naya akan buktikan pada kalian!!"

Naya, ya gadis kecil itu bernama Naya Fahressy dilahirkan 10 tahun yang lalu oleh seorang wanita dengan jiwa keibuan yang sangat tinggi , dengan tiga kakak yang terpaut umur sangat jauh dengannya.

Ia mewarisi wajah sang ibu,bulu mata lentik yang menghiasi mata hitamnya, bibir tipis, dengan pipi yang sedikit merona menambah aksen wajahnya yang menggemaskan. Kini rona merah itu menghilang dari wajahnya, digantikan dengan pucatnya air mata yang mengalir membasahi dikedua pipinya.

Naya menangis sepanjang jalan ia berlari, yang ada difikirannya saat ini bagaimana cara mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Naya bimbang apa yang harus ia tanyakan sedangkan sosok ayah pun tak pernah ia rasakan.

Hanyalah serangkaian cerita yang di dengar dari sekumpulan anak-anak yang Naya anggap teman entahlah apa mereka juga sama menganggap Naya sebagai teman mereka, hanya angan dan khayal akan sosok ayah yang membawakan boneka dan mainan selepas sang ayah pulang mencari nafkah seperti yang dirasakan anak-anak yang lain.

Masih terisak Naya memasuki pekarangan rumah, ibunya sedang menyirami seorang diri bunga-bunga yang tampak melayu karena teriknya mentari, hanya ibunya yang ada dirumah karena Naya tau pasti kakak-kakaknya sedang bekerja saat ini. Ia masuk kedalam rumah dengan begitu saja melewati sang ibu tanpa menyapa ataupun salam yang biasanya terucap ketika pulang.

Merasakan ada seseorang yang masuk kedalam rumah, ibu nya bergegas melihat dan benar dugaannya, ia menemukan Naya yang sedikit berlari.

" Naya... kau sudah pulang nak?" tanya ibunya yang membuat Naya diam mematung dengan tangis yang di sembunyikan dari balik punggungnya.

"Naya... nak..." Ibunya memanggil anaknya lagi namun Naya tetap diam tanpa menoleh sedikit pun, karena diliputi rasa cemas akhirnya sang ibu menghampiri anaknya, dan alangkah terkejutnya ketika dilihat anaknya menangis.

"Kamu kenapa Nay? Kenapa kamu menangis nak? Apa kamu terluka?" Wajah ibunya yang mulai menua terlihat semakin cemas sambil memastikan dengan mencari disetiap bagian tubuh anaknya.

"Bu... hiks..hiks" panggilan itu terdengar menyayat hati di sela-sela tangisnya.

Naluri seorang ibu muncul ketika melihat sang anak semakin terisak, diraihlah tubuh dan diusapnya punggung sang anak menyalurkan segala penenang agar anaknya tidak menangis lagi.

"Kamu kenapa Nay?"

"Bu kata teman-teman Na--Na--Naya tak punya ayah? Mereka semua mengejek Naya bu.... 'Naya tak punya ayah' apakah benar bu? Kemana ayah, bu?" Ia bertanya dengan air mata yang mengalir tanpa dapat ditahan lagi menambah basah matanya yang sedari tadi memang sudah basah .

Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang