Rindu yang Kusimpan Untukmu

3 0 2
                                    


Hujan baru saja reda seiring langkah ringan milik seorang gadis yang membawa tubuh rampingnya melewati sebuah gerbang masuk yang terbuat dari kayu. Di balik gerbang setinggi 3 meter itu terhampar sebuah pekarangan dengan bangunan rumah megah di ujungnya. Payung putih yang masih basah sudah terlipat dan tergenggam erat di tangan kiri. Setelah berjalan beberapa meter dari gerbang, melewati taman dengan kolam di sebelah kiri dan barisan pepohonan di sebelah kanan, gadis yang masih memakai seragam sekolah itu berhenti tepat di depan beranda. Selepas berganti alas kaki dari sepasang sepatu hitam menjadi sandal dalam ruangan, dengan kaos kaki yang masih terpakai, dia berjalan menyusuri koridor yang mengarah ke bagian sebelah kiri rumah besar tersebut. Menuju ke sebuah ruangan berukuran 4x5 meter yang terletak di ujung koridor.

"Ah, hari ini sungguh melelahkan," gumam gadis itu sambil merebahkan diri. Rambutnya yang panjang sudah terurai setelah tangannya dengan cekatan melepaskan ikat rambut yang dari tadi pagi mengubah rambut hitam berkilau itu menjadi gaya ekor kuda.

Setelah beberapa menit tak bergeser dari atas kasur, tangannya meraih sesuatu dari atas meja. Sebuah ponsel berwarna hitam yang langsung dia serang dengan hentakan kedua jempolnya. Sebuah pesan baru saja terkirim ke salah satu ID yang ada di daftar kontaknya.

To : Rka

Text : Apakah kau sudah sampai rumah?

Tak butuh waktu lama, ponsel itu bergetar. Sebuah pesan baru telah masuk.

From : Rka

Text : Ya, baru saja. Masih rebahan di atas tempat tidur. Bagaimana denganmu?

To : Rka

Text : Aku juga. Sedikit malas untuk beraktivitas. Hari ini aku benar-benar lelah.

From : Rka

Text : Dasar, hari ini kau terlalu bersemangat. Beristirahatlah. =]

To : Rka

Text : Ah, soalnya tadi benar-benar menyenangkan. Ya, terima kasih. ^_^

"Dasar," ucap gadis itu lirih. Ada senyum ditambah rona merah di wajahnya.

Sesi obrolan singkat itu berakhir. Ponsel hitam itu tak lagi bergetar tanda tak ada lagi pesan masuk, sementara pemiliknya nampak mulai kehilangan kesadaran. Rasa kantuk mulai menyergap gadis itu dan perlahan menariknya ke alam mimpi.

Airin yang nampak begitu tenang dalam tidurnya tak menyadari kehadiran seseorang yang dari tadi memperhatikannya sejak memasuki pekarangan. Sosok yang tak lebih tinggi dari Airin itu berjalan mendekat ke tempat tidur Airin. Mengusap pucuk rambut Airin sambil tersenyum. Dengan lembut, sebuah kecupan menyentuh dahi Airin yang tak tertutup poni. Membuat Airin terbangun.

"Hah?" Airin mengucek kedua matanya. Perlahan, tangan kanannya bergerak mengusap dahi yang kini tertutup poni panjangnya yang menjulur turun. Dia tersenyum. "Mungkin hanya perasaanku saja."

***

"Selamat siang," sapa seseorang dari arah pintu. Seorang pemuda yang dari tadi duduk sendirian di dalam ruangan itu menoleh sembari menutup buku di hadapannya.

"Siang, Airin. Kau sendirian?"

"Hai, Raka. Andi mendapatkan tugas piket perpustakaan hari ini, jadi dia akan terlambat." Airin mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan sambil duduk tepat di hadapan Raka yang perlahan mulai membuka kembali buku bersampul hijau di hadapannya.

"Kau sudah cukup beristirahat bukan?"

"Ah, iya. Praktek olahraga kemarin benar-benar melelahkan. Tapi menyenangkan." Airin menunduk berusaha menyembunyikan rona merah di wajahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dan Hujan pun BerlaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang