8. Kepingan yang Hilang

1.3K 85 14
                                    

Ai Haibara PoV

Aku menyaksikan kasus pembunuhan di depanku. Sebuah peluru merekat dengan sempurna di kepalanya. Hanya seorang sniper berbakat atau terlatih yang bisa menembak dari jarak jauh.

"Peluru RSASS," ucap Conan kepada kepolisian dan Detective Boys.
"Korban ditembak dengan senjata sniper jenis RSASS," lanjutnya.
"Apakah... Ada pembunuh berantai di sekitar kita?" tanya salah satu pengunjung.
"Tenang saja, tidak mungkin ada hal seperti itu," balas Inspektur Megure menenangkan seraya melihat Conan yang terus menginspeksi tubuh korban.

Saat aku masih lengah, ada seseorang yang membungkam mulutku dari belakang. Aku merasakan sapu tangan di tangan yang membungkamku berisi kloroform. Sial!

Kesadaranku mulai pudar...

"Haibara/Haibara-san/Ai-chan!" Teriak semua anggota Detective Boys.
"Uh?" Ucapku seraya perlahan membuka mata.

"Kau tak apa-apa, Ai-chan?" tanya Ayumi khawatir.
"Uh... Aku tak apa-apa," ucapku mencoba mengembalikan seluruh kesadaranku.
"Kenapa kau bisa pingsan disini, Haibara-san?" tanya Mitsuhiko.
"Aku... Aku tidak yakin," jawabku ragu, antara memberitahu atau tetap bungkam tentang serangan tadi.

Aku melihat ke sekeliling. Disana ada semua anggota Detective Boys Teitan High dan juga Kevin, Luna, Akechi, David dan Lucy. Aku juga melihat aku sedang duduk di kursi.

"Syukurlah," ucap David.
"Setidaknya dia tidak apa-apa," ucap Akechi dengan tatapan seriusnya.
"Baiklah, sebaiknya semuanya pulang. Staff hotel akan membersihkan ruangan ini," ucap Lucy memecah momen ini.

"Baiklah!" Jawab semua yang ada disana, kecuali Akechi yang diam.
***
"Kau diserang, ya kan?" tanya Kudo dengam berbisik saat kami berjalan berdua menuju rumah Hakase.
"Darimana kau tahu?" tanyaku pelan.
"Assassinate tidak menampakkan dirinya. Peluru senjata yang dipakainya adalah sebuah peluru termodifikasi yang didesain sebagai painter. Korban diracuni oleh temannya. Dan Mojito yang memberitahuku bahwa dia membuatmu tertidur agar kau tak bereaksi," jelas Kudo. Aku terkejut mendengar nama Mojito.
"Hah? Kenapa?" tanyaku kesal. Kenapa aku tak boleh tahu?
"Korban dikenal sebagai pecandu Sherry. Mojito dan Assassinate sepertinya bekerjasama untuk membongkar sebuah rencana jahat yang akan terjadi malam ini," celetuknya dengan sedikit pelan yang membuatku menyorotnya tajam.

"Kau mengatakan... Bahwa Mojito adalah orang baik?" tanyaku serius, aku masih tidak percaya.
"Mungkin jadi dia sebenarnya baik." Ucap Kudo yang membuatku ingin muntah.

"Oh ya, selain itu Akechi-san memberiku sebuah kertas," lanjutnya lagi seraya mengeluarkan sebuah kertas.

Untuk Conan

Aku megnwaasi sumenaya

Jgaa kpeignan ynag hlinag

- Mojito

"Surat dengan beberapa huruf. Sebuah pesan dari Mojito..." Gumamku pelan.
"Ya, dan dia sepertinya menggunakan bahasa yang tak aku pahami." Balas Conan.

"Dia multilinguist ya?" ucapku pelan.
"Sepertinya," balas Conan pelan.

Kami tiba di depan rumah Hakase.

"Porsche..," ucapku pelan.
Terlihat sebuah mobil hitam Porsche terpakir didepan rumahnya. Namun itu bukan Porsche 356A milik Gin, yang membuatku menghela nafas lega.
"Terima kasih, Agasa Hakase," ucap seseorang yang keluar dari rumah Hakase dengan Hakase melambaikan tangan kepada orang itu.

"David-san..," gumamku dalam hati.

"Eh kalian?" David tampaknya cukup terkejut dengan keberadaanku dan Conan.
"Kalian tinggal disini? Aku kira kalian hanya sering main disini," ucapnya heran.
"Jadi... Haibara tinggal disini bersama Hakase dan aku tinggal di Mouri Detective Agency," jelas Conan kepada David dengan santai.
"Soka, (Begitu ya)" balas David. Dia beranjak masuk ke dalam Porsche itu.

"David-niisan, Porsche itu-" ucapan Conan dipotong David.
"Salah satu warisan pamanku di Jepang ini. Dia seorang pengoleksi mobil lama," balas David dengan senyumannya.
"Mobil apa saja yang dikoleksinya?" tanya Conan.

"Aku tak hafal mobil dan hanya Porsche ini yang aku tahu namanya, Conan-kun," jawabnya santai.
"Sampai nanti ya," ucapnya lagi seraya menyalakan mesin lalu menancap gas.

"Nee, dia tampak janggal," bisikku setelah Porsche itu menghilang dari pandangan kami.
"Aku tahu itu," jawab Conan serius.

Author PoV

Sementara itu, di sebuah rumah...

"Jadi, kau gagal melindungi Sherry, Akechi," ucap seseorang melalui telepon kepada seseorang yang sedang duduk. Yang ditelepon hanya tenang-tenang saja.

"Dia belum mati, Oda-sama. Anda tidak perlu cemas," balas orang bernama Akechi itu.
"Begitu ya... Aku akan kirim Toyotomi jika kau mau bantuan," balas orang diseberang menawarkan.
"Tenang, Oda-sama. Tuan tak perlu repot. Misi ini masih berjalan dengan baik," balas Akechi.
"Baiklah. Apakah kau tahu dimana Sherry?" Tanya orang diseberang yang dipanggil Oda-sama.
"Belum, Oda-sama. Aku masih mencarinya, namun korban tadi tidak cocok dengan data dari MiB," balas Akechi.
"Aku menunggu hasil, Akechi. Jangan gagalkan aku," titah orang itu lalu dia menutup telepon.

Sebuah mobil Subaru 360 putih terlihat parkir di dekat orang itu.
"Ah, sepertinya tetangga kita telah datang," gumam Akechi seraya mengeluarkan sebungkus permen.
Dia melihat ke jendelanya dan melihat ke arah orang yang baru keluar dari mobil.
"Sepertinya FBI telah mengeluarkan seorang Silver Bullet," ucapnya lagi lalu menutup gorden jendelanya.

Dia terlihat menelpon seseorang.
"Assassinate, kau tahu bahwa tetangga kita telah datang?" tanya Akechi kepada orang diseberang.
"JSPF Atau CIA?" tanya Assassinate dari seberang.
"Bukan, Silver Bullet," balas Akechi.
"Jadi, FBI telah memulai pergerakan," balas Assassinate," tenang, kita tak akan tertangkap oleh JSPF, CIA maupun FBI dan seterusnya. Sebuah Silver Bullet tidak cukup untuk menangkap kita," lanjut Assassinate.
"Kau tampak percaya diri, Assassinate," balas Akechi.
"Tidak separah seorang Peluru Mati dari Pedang Emas. Dia itu yang pantas kau sebut percaya diri, membunuh dari 600 yard tanpa scope untuk seorang sniper. Selain itu, dia bertugas di siang hari tanpa terlacak," balas Assassinate.

Di rumah lain yang tak terlalu jauh dari rumah dimana Akechi berada, terlihat Assassinate sedang menelpon Akechi.
Di mejanya terletak sebuah kertas artikel bergambarkan wajah seorang remaja laki-laki 15 tahun dengan tulisan Peluru Mati. Tatapan Assassinate menajam saat dia membaca artikel itu, masih dengan teleponnya tersambung ke Akechi.
"Dan dia adalah ancaman bagi kita karena dia akan ditugaskan disini. Selain itu Fairy (Peri) juga memberitahuku bahwa mereka juga diperintahkan bergerak," lanjut Assassinate.
"Shadow Walker mulai ya? Kau sepertinya akan diawasi oleh dua grup sebentar lagi," balas Akechi.
"Tenang, aku siap dengan semuanya." Balas Assassinate dan dia menutup telepon.

Metantei Conan : Assassinate [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang