Di bangku SMP ini aku termenung melihatmu dihadapanku. Entah sejak kapan aku selalu memperhatikanmu. Padahal dari SD aku sangat membencimu karena kau tak pernah bisa kukalahkan.
“Farah”, teriak Nita teman semejaku.
“Ada apa?”,“Mengapa kamu memperhatikan Iman terus? Bukannya ia adalah cowok yang kau benci?”, tanyanya.
Aku berpikir sejenak, ‘mungkin tak ada salahnya memberitahu isi hatiku pada Nita’.
“Nit, kayaknya aku menyukai Iman deh…”
“Benarkah? Kok’ bisa?”,”Padahal dulu kamu sangat membencinya karena ia selalu mengalahkanmu dalam peringkat di SD kan?”, Tanya Nita yang membuatku hampir tertawa.
“Ya ampun Nit, sebenarnya aku tidak terlalu membencinya. Lagipula ketika kami kelas 5 dan 6 aku mendapatkan peringkat pertama, dan itu membuatku tak membencinya lagi!”, jawabku menerangkan.
“Lalu, apa yang membuatmu menyukainya?”
“Entah mengapa, setelah kami tidak sekelas dikelas 6 dan 7. hatiku terasa sepi. Pernah aku terpikir ‘apa aku merindukannya?’ Hingga dikelas 8 dan kelas 9 ini kami sekelas lagi. Aku merasa senang dan selalu memperhatikannya.”
“Apa kau yakin dengan hal itu?”,Nita memastikan padaku.
Aku tak ingin mengatakan bahwa sebenarnya baru pertama kali aku merasa seperti ini, tak tenang saat dia izin sakit dan akupun ikut sakit esoknya. Malu ketika ia memandangku begitu dalam. Dan senang disaat ia tertawa dan bercerita bersamaku.
“Aku sepertinya yakin Nit, bahwa aku telah jatuh cinta kepadanya!”,”Dan ini baru pertama kalu aku merasakan debaran yang kencang saat memikirkannya”, jawabku pada Nita.
“Aaaah… mungkin Iman memang cinta pertamamu Farah! Bagaimana kalau kau utarakan perasaanmu padanya?”, seru Nita.
Mukaku memerah mendengar perkataan Nita.
“Bagaimana jika aku ditolaknya? Apa aku bisa mengutarakan perasaanku dengan baik?”
“Kau pasti bias Farah! Kumpulkan keberanianmu, sebelum orang lain merebutnya!”
“Memangnya Iman barang apa? Rebut-rebutan!”
“He he he… bercanda far” ulasnya.
Teng … teng …
Bel pulangpun berbunyi. Secepat kilat aku menuju pintu keluar dan …
BRUUK!!
Aku terjatuh!
Seketika aku memperbaiki posisi jatuhku yang agak memalukan dan melihat siapa yang menjadi penyebab semua ini.
“Maaf Farah, aku yang salah. Kamu baik-baik sajakan?”, tanya seseorang dihadapanku.
“Iman!! Kamu ada-ada aja deh!”,”Tiba-tiba masuk kelas tanpa melihat orang yang ingin keluar”.
Jantungku langsung berdegup kencang saat Iman meraih tanganku hingga berdiri dan mengambil tasku yang terjatuh.
“Yasudah kalau kamu tak mau memaafkanku. Baju pangsiku tertinggal dilaci makanya aku terburu-buru masuk kelas untuk mengambilnya!”,”Ternyata masih ada kamu Farah”, penjelasannya membuatku malu.
“Baiklah kalau begitu, kumaafkan kali ini. Tapi lain kali kamu harus hati-hati ya Iman!”, nasihatku padanya.
“Oke ibu Faraaah…”,Jawabnya disertai senyuman manis yang membuat kakiku terlemas. Dengan terburu-buru aku meninggalkan kelas. “Daripada didekatnya terus, bisa-bisa aku meleleh”, seruku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
"BROKEN HEART IN FIRST LOVE"
Short StoryKisah asmara seorang remaja yang baru merasakan kasmaran pada teman masa kecil. Cinta yang datang tiba-tiba, namun dia tak pernah menganggap ada. Rasa cinta yang tertutupi kebencian dan rasa cinta yang dipendam, tak akan bisa selamanya dikubur. Cer...