Author : minsoo kim
Pairing : JungkookxJimin (kookmin)
Genre : Angst, Romance, Drama
Rate : T
Length : 1k words
.
.
Dimanakah kau berada? Kumohon, kembalilah...
Tanpamu aku bukanlah apa-apa..
Maafkan kebodohanku yang membiarkanmu untuk pergi...
Jauh dariku...
Jauh dari sisiku...Aku yang terlalu naif untuk mengatakan jangan...
Jangan meninggalkanku...
Sendiri...
Tergelung dalam kepahitan yang nyaris membunuhku...
Membuatku sadar bahwa dirimu yang kubutuhkan...
Tak lagi ada seseorang selain kamu...
Kamu...
Hanya kamu seorang...
.
"Kusut banget muka lo, sat. Udah berapa lama lo gak mandi, huh?" Tak kunjung digubris, seseorang yang mempunyai niatan untuk mengajak bicara si empu rumah, tempatnya menginjakkan kaki saat ini. "Ck, Kook. Dengan lo kayak gini gak akan ngerubah apapun. Lo harus tau dia gak mungkin mau lo kayak gini, kucel, demek, brangasan begini. Kacau banget tau gak sih lo." Lanjutnya, menistakan, berusaha memancing reaksi dari seseorang didepannya yang menatap dia kosong, terlalu lesu untuk menanggapi cacian yang ditujukan untuknya, berjalan lunglai melewati sesosok manusia berdosa dihadapannya, menuju kamar mandi.Membasuh wajahnya pelan, ia menatap pantulan wajah yang tak berekspresi, kantung mata yang jelas terlihat, dan bibir pucat pasi akibat tak makan selama beberapa hari silam. Kulitnya pun ikut berubah menjadi sangat pucat, menunjukkan bahwa dirinya benar-benar sakit dan tak terurus.
Aliran mata tak urunglah dapat ia tahan untuk keluar, dengan isakan pelan dirinya bergantung pada keramik beralaskan warna putih dari wastafel untuk menopang tubuhnya yang tak kuat untuk tetap berdiri tegap.
"Jungkook, please, lo gak bisa kayak gini terus...," dibawanya tubuhnya yang sangat lemah ke dalam rengkuhan hangat milik seseorang yang sedaritadi berusaha menyadarkan dirinya bahwa tak usahlah dia terlarut dalam masa lalu. "Gua tau lo sangat mencintai Jimin, tapi lo harus tau, lo yang menyebabkan dirinya pergi, tanpa lo sadar bahwa dialah segalanya buat lo."
Jimin...
Nama itu terujar dari mulut sahabatnya yang harus diakuinya berkata dengan benar.
Dialah yang membuat kekasihnya.., pujaan hatinya pergi. Meninggalkannya. Sendiri. Yang terlarut dalam penyesalan tak terdefinisikan rasanya. Atau mungkin dapat dikatakan bahwa perasaan yang dialaminya kini adalah... Sakit. Perih. Pedih.
.
-Fb-
"Jungkook... aku ingin mengatakan sesuatu... bolehkah?" Jungkook menengadahkan kepalanya, menatap manik indah, mengarungi dalamnya samudera dalam pantulan matanya. "Bicara saja..."
Dapat dilihatnya, sosok lelaki manis dihadapannya memainkan jarinya, gugup dan ragu menjadi satu, yang dialami sesosok itu. "Aku menyukaimu. Maukah kau menjadi pasanganku?" Menunduk malu, ia tak berani menatap Jungkook yang balik menatapnya dalam, seberkas seringai menghiasi wajahnya. "Ya."
"A-apa?" Terpelonjak kaget, ia refleks mundur dan menatap mata Jungkook, berusaha mencari kebenaran dalam matanya. Jungkook mendecak yang diikuti dengan kekehan ringan, yang keluar begitu saja dari mulutnya. "Aku bilang iya, Jimin sayang."
.
Sudah seminggu lamanya, Jimin dan Jungkook berpacaran, dan kabar itupun sudah tersebar, hampir semua mahasiswa di universitas mereka mengetahuinya, tak sedikitpun yang merasa patah hati saat mendengar Jungkook sudah termiliki orang lain.Sungguh pada kenyataanya, sosok Jungkook adalah kesempurnaan yang tak bisa diraih oleh sembarang orang. Jungkook yang mempunyai banyak talenta dengan karisma dan juga sosok figur yang sangat dikagumi banyak kalangan, baik wanita maupun laki-laki.
Dan Jimin... bukanlah siapa-siapa. Maka dari itulah, banyak yang tidak menyangka bahwa Jungkook menyetujui tawaran Jimin untuk menjadi pasangannya, semua tahu bahwa Jiminlah yang meminta, karena yang mereka kira sosok Jungkook hanya akan memilih pasangan yang sebanding dengannya, berpenampilan menarik dan berkuasa, dengan limpahan harta yang menggunung tak terhitung jumlahnya, bukanlah sesosok Jimin yang kelewat biasa, bahkan sama sekali tak menarik bagi orang-orang, sangat kasual dan terlihat seperti orang tertindas, dalam artian tak terurus.
Kali ini, Jimin kembali diajak Jungkook untuk menemaninya balapan mobil di sirkuit yang banyak dikunjungi para pembalap ahli di negaranya. Jungkook mempertaruhkan banyak hartanya demi memenangkan pertandingan ini, dan bukan Jungkook namanya kalau ia akan menyerah sebelum berjuang.
"Jungkook, kumohon, aku tak ingin kau celaka. Jangan paksakan dirimu." Nasihat Jimin yang sungguh khawatir dengan keselamatan Jungkook menghadapi pertandingan itu.
Jungkook mendecih. "Tak perlu banyak komentar, aku akan menang dan kau hanya perlu duduk manis, menunggu kelipatan harta yang akan kuraih akibat memenangkan pertandingan rendah ini." Selesai memakai perlengkapan balapannya dengan rinci, iapun berjalan, menuju mobilnya, sebelum berhenti tepat di depan Jimin dan menangkup pipi sang kekasih, mengecup bibirnya pelan dan lama. "Jangan khawatir, aku akan menang." Mengusak rambut kekasihnya sayang, ia mengulum senyum melihat Jimin menatapnya berharap.
.
"Kelihatannya kau jatuh cinta beneran dengan Jimin, apakah aku benar, Jungkook?" Jungkook tersenyum miring menatap lawan bicaranya. "Tak sudi. Mana upahku?"Sang lawan bicara balik tersenyum miring menatapnya, "Apa kau yakin, Jungkook? Tak pun timbul sebersit benih cinta saat kau bersamanya? Sudah 3 bulan lamanya kalian berhubungan, tetapi tak ada sedikitpun rasa kau punya untuknya?" Memberikan amplop tebal berisikan uang itu, ia berujar.
"Sudah kubilang, taruhan hanyalah taruhan. Aku menerimanya hanya demi uang yang kau janjikan. Aku tak peduli kepadanya. Dan tak ingin mengetahui apapun tentangnya. Dia bukanlah siapa-siapa aku. Dia hanya kuanggap sebagai manusia gampangan yang berhasil masuk ke dalam perangkapku, layaknya whore they are."
Prang...
Jungkook menoleh, mendapati Jimin yang memegang handle pintu dengan tangan bergetar, berusaha menahan tangis untuk keluar dari matanya. Sial... aku dijebak! Brengsek!
Tak mampu menahan dirinya lagi, Jimin berlari keluar, meninggalkan tempat perkara dilangsungkan.
Jungkook memutar tubuhnya, menatap seseorang yang melihatnya dengan kuluman senyum yang jelas terlihat, "keparat kau, Jinyoung!"
.
"Tunggu, Jimin. Tunggu...," napasnya terengah, meraih tangan mungil untuk digenggamnya erat. "Aku bisa jelaskan."Jimin tak berbalik, ia mencoba melepaskan cengkraman Jungkook pada tangannya. "Lepas!" Perintahnya dengan suara serak, akibat tangis yang tak kunjung berhenti.
Jungkook tak menyerah, mengeratkan genggamannya dan terengah. "Jimin..."
Jimin berbalik dan menatapnya murka, menghentakkan tangannya sehingga cengkraman Jungkook terlepas. "Aku.bilang.lepas!" Bentaknya pada Jungkook yang tercengang, menatapnya nanar dan melihat kepergiannya yang makin menjauh darinya, dari kehidupannya.
Dan semenjak itu, Jungkook terlihat bagaikan mayat hidup, yang begitu tak bernyawa namun raganya masih berkeliaran di dunia. Jiminlah yang merubahnya. Banyak merubah dirinya. Dirinya yang terselimuti rasa sesal, dan segenap hatinya terus berdoa untuk Jimin dapat kembali, ke dalam pelukannya.
.
.
End.
.
Mind your own business and explore the ideas outta your mindJan jadi siders, please.
Give out your thoughts by commenting and dont forget to vote.
Inspired by the songs of blink - tanpa kamu.
Peace and love,
kimmie
KAMU SEDANG MEMBACA
Without You
FanfictionKu tak bisa, ku tak mau, tanpa kamu... Tolonglah kembali.