39. -Another Boarder-

10.2K 1K 228
                                    

Pansy membuka matanya lebar dan melihat perapian, perapian mengejap di depannya saat dia berputar di jaringan floo. Dia menjadi lebih gugup dengan setiap putaran, dia tidak bisa mengingat bahwa dia pernah melakukan perjalanan dengan floo begitu lama. Ketika akhirnya dia berhenti, dia mengulurkan tangannya untuk menjaga keseimbangan menahan pada perapian batu. Setelah dia merasa mantap, dia menatap ke luar memasuki ruangan dengan banyak wajah di dalamnya, dan merasa langsung ingin mengucapkan nama keluarganya agar langsung pergi.

"Oh, dear Pansy, syukurlah, kau baik-baik saja?" seorang wanita pendek dengan rambut merah yang mulai memutih menyapanya. "Masuklah. Kau tidak ingin hanya berdiri di perapian."

Pansy takut-takut melangkah ke dapur dan melirik cepat ke pada setiap orang. Dia melihat gadis berperagai kecil dengan rambut hitam melarikan diri dari ruangan, meninggalkannya bersama dengan si kepala merah. Dia bisa langsung mengenali Ron, Ginny, dan juga si kembar. Disana ada lagi dua pria di dalam ruangan, satu tinggi dengan rambut ikat kuda dan satu lagi agak pendek dan gempal seperti si kembar. Wanita yang tadi bicara padanya, dia mengasumsikan, adalah ibu mereka. Ternyata di sebelah wanita itu ada anak kecil laki-laki dengan rambut coklat lembut, yang awalnya tidak dia lihat. Menatap ke samping, dia mengenali satu lagi wajah yang membuat kecemasaannya agak mereda.

"Pernie?" tanyanya bingung. "Di- dimana aku?"

"Selamat datang di markas besar Orde Phoenix," kata Ron dengan senyum kecil.

Suara lonceng dari belakang dan dia berbalik untuk melihat perapian, berharap Draco yang melangkah keluar. Hermione muncul dan langsung menyikat jelaga dari jubahnya. Itu bukan Draco, tapi Pansy merasa aneh, dia agak lega.

"Draco akan datang sebentar lagi," Hermione memberitahu.

"PANSY?" suara teriakan dari tangga dapur. Beberapa detik kemudian, pintu dapur terbuka dan Blaise masuk ke dalam ruangan. Dia di ikuti oleh gadis berambut hitam yang kemudian dia kenali yaitu manta chaser Gryffindor, mantan pemenang dari Beaubatons, Fleur, dan dua lagi si kepala merah Weasley.

"Pansy, kau tak apa-apa?" Blaise mencengkram lengannya dan menatap wajahnya panik. "Apa mereka di Estate? Keluargamu, baik-baik saja? Ayahmu?"

"Blaise, dia baik," kata Hermione tegas, berharap meredakan kepanikan Blaise.

"Blaise?" Pansy tampak benar-benar bingung, tapi kemudian sadar, tatapan binggungnya menjadi kemarahan. "Kau juga ikut bagian?"

"Ikut bagian? Kau membuatnya terdengar seperti hal yang buruk," Blaise berkedip bingung dan frustasi.

"Hal buruk? Aku di kurung disana dan tidak tau kenapa dan selama ini kau tau! Draco setidaknya bilang padaku dia tidak bisa mengatakan apapun. kau mendengarku dan membiarkan aku percaya kau tidak tau semua ini!" teriak Pansy, matanya berkilau dengan air mata yang tertahan.

"Pansy.." kata Blaise menghibur saat dia melangkah ke arah Pansy.

Pansy mundur ke belakang dan matanya berpaling dari Blaise. Pansy merasa dikhianati dan dipermalukan, yang mana hanya ditambahkan dengan ketidaknyamanan berdiri di tempat yang dia tidak tau, orang-orang yang tidak pernah dia temui dan lebih buruk dari yang dia punya. Dalam pengalihan marahnya dari Blaise, matanya mendarat pada Hermione.

Jantung Hermione bergetar pada gadis itu. Dia dan Pansy tidak pernah menjadi teman. Pada satu titik dalam hidup mereka, mereka hampir tidak pernah sependapat, tapi Hermione merasa kasihan pada Pansy. Air mata di mata Pansy yang merah sama seperti miliknya saat dia menangis beberapa kali hari-hari ini. empati menusuk pedih ke jantungnya dan menciptakan konflik dalam dirinya. Dia menunggu Draco cemas, tapi simpatinya untuk Pansy mendesaknya untuk membawa Pansy keluar ke tempat yang lebih pribadi. Dia menganggap dirinya beruntung ketika mantra di perapian berbunyi dan menyelamatkannya dari membuat keputusan.

Aurelian (Terjemahan) -REVISI-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang