Can't You Listen? (1)

2.9K 478 9
                                    

Konflik kecil itu ternyata berpengaruh besar terhadap mood liburan Syira. Dalam sekejap, hilang semua keinginan untuk menelusuri keindahan Bangkok. Sesampainya di hotel, Syira langsung beristirahat sebentar sebelum kemudian membereskan barang-barangnya untuk kembali pulang.

"Syira?" Bayu hanya bisa menatap Syira yang sedang sibuk mengepak pakaiannya ke dalam koper. "Kamu mau kemana?"

"Pulang."

"Syira, enggak gini dong. Masa cuma gara-gara itu kamu mau pulang?"

"Ya gimana ya, Bay." Syira menunda aktivitasnya sejenak untuk mengambil napas panjang karena merasa sudah mulai ada airmata yang mendesak untuk keluar. Nggak, dia nggak bisa menangis sekarang. "Aku udah nggak mood sama sekali buat liburan. Aku mau pulang aja."

"Syira, kamu baru tidur dua jam. Mungkin kalau kamu istirahat sebentar lagi mood kamu bisa balik?" Bayu masih berusaha menahan Syira, mereka nggak bisa pulang sekarang, rencana mereka masih banyak, masih ada hal-hal yang mau Bayu lakukan sama Syira selagi nggak ada yang bisa interupsi kegiatan mereka.

"Nggak, Bay. Aku bener-bener mau pulang sekarang. Aku capek."

Bayu hanya bisa menghela napas berat saat mendengar keyakinan dalam setiap kata yang dikeluarkan Syira.

"Yaudah, aku beres-beres dulu."

"Kamu kalau masih mau liburan disini gakpapa kok. Mungkin kamu masih kangen juga sama Tania."

"Syira." Rasanya Bayu hampir marah, kenapa mereka selalu saja bertengkar karena pihak lain? Melelahkan. "Tania itu kebetulan aja ketemu aku, kamu jangan gini dong."

"Iya, begitu juga Jauzan yang waktu itu cuma mau nganter aku pulang tanpa niat lebih."

"Syira Kezya."

Syira berdiri, kopernya sudah siap, begitu pula dirinya sendiri yang sudah tinggal berangkat ke bandara.

"Aku pulang."

Bersamaan dengan kalimat itu, Syira pun berjalan melewati Bayu tanpa menatap matanya lagi. Moodnya sudah hancur berantakan. Menatap mata pria itu akan membuat hatinya semakin kacau karena hanya akan membuatnya mengingat saat pipinya dikecup oleh wanita yang ia benci.

Sementara yang ditinggal hanya bisa duduk terdiam. Hangus semua rencana hanya karena satu hal. Mungkin benar apa kata orang, ketika kita merancanakan sesuatu yang terlalu muluk, justru kemungkinan untuk tercapainya kecil.

---

Setelah apa yang terjadi di Thailand, Bayu merasa Syira menghindarinya. Ini bukan yang pertama kali, sudah pernah Syira seperti ini, hanya saja saat itu masalahnya sepele sehingga Bayu tidak begitu khawatir. Ia hanya menganggap Syira butuh sedikit waktu—dan Bayu memberikannya hingga saat yang ia rasa tepat untuk kembali.

Tapi entah kenapa kali ini berbeda.

Sudah tepat dua bulan mereka tidak berkomunikasi secara wajar. Wajar dalam artian berkomunikasi sesering biasanya atau berkomunikasi dengan bahasa-bahasa yang biasa mereka gunakan—yang seringkali membuat Kenzo meringis kesal. Rasanya normal kalau Bayu merasa khawatir mengenai waktu yang mereka sepakati kali ini.

Dan tepat saat ia mengkhawatirkannya, akhirnya muncul pesan dari Syira.

Mungkin Syira memang harus dikhawatirkan secara berlebihan dulu, baru bisa muncul dengan sendirinya.

From: Cila
Message: Bayu, kita ketemu ya, di tempat biasa aja.

Membaca pesan seperti itu rasanya hanya membuat Bayu semakin insecure. Apa yang mau Syira bicarakan? Kenapa cara menulisnya seperti itu?

Around HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang