29. Saat Kau Pergi

1.7K 144 28
                                    

Kamis malam, Aditya menjemput Asma dari tempat kerja. Dia sengaja meminta Asma untuk membawa pakaian dan perlengkapan pribadi untuk menginap dirumahnya. Itu dilakukan agar Jum'at pagi mereka bisa pergi bersama ke bandara.

Selama perjalanan pulang ke rumah Adit, Asma memeluk tubuh Adit erat-erat saat dibonceng. Sejujurnya ia tak mau berpisah. Tapi mau bagaimana lagi, dia pun tak berhak melarang Aditya meraih impiannya.

Saat sampai dirumah Aditya, mereka disambut oleh ibu.

"Sayang... Haduh baru pulang kerja. Ayo sekarang istirahat dulu. Mandi. Habis itu kita makan sama-sama." Kata Ibu, "Ita, ini Asma ni. Nanti dia tidur sama kamu malam ini."

Seorang perempuan muda yang nampaknya tak jauh lebih tua dari Asma muncul. Ialah Ita, istri dari Bagas.

"Iya, Bu..."

"Ayo, Kak Asma. Tasnya bawa masuk aja. Kak Bagasnya lagi keluar kok." Ajak Ita sambil mengikat rambutnya.

"Ita tuh umurnya berapa sih?" Asma berbisik pada Aditya.

"Delapan belas tahun." Jawab Aditya tak kalah lirih.

Asma segera mengikuti Ita. Ia masuk dalam kamar Bagas. Aroma khas bayi merasuk indera penciumannya. Ia melihat Nabilah sedang tidur dalam boks bayi.

"Mandi dulu, Kak..." Kata Ita. Ia menyerahkan handuk bersih pada Asma, "Kakak mau tidur pakai kaos atau pakai daster? Ah nanti habis mandi Ita bantu milih ya."

Asma cuma mengangguk. Ita, perempuan ini ramah, tapi kenapa ya dulu Aditya bercerita pada Asma kalau ia benci setengah mati padanya.

Asma masuk ke kamar mandi di kamar Bagas. Ita sibuk merapikan kasurnya.

Setelah Asma selesai mandi, Ia masih pakai kaos putih. Ita memilihkan satu setel baju tidur warna pink milknya.

"Ini mau kak? Celananya panjang kok." Kata Ita sambil menunjukan baju tidurnya.

"Oh... Boleh."

Ita kemudian keluar kamar. Memakai baju tidur seperti itu, Asma seperti ibu-ibu rumahan, yang belum jam tidur sudah pakai baju tidur keluar rumah sambil nyuapin makan anaknya.

"Kak Asma... Yuk kita makan." Ajak Ita.

Asma keluar dari kamar. Di meja makan sudah ada keluarga Aditya. Bagas pun sudah nampak rapi.

"Maaf ya Bagas, jadinya malam ini gak tidur sama istri."

"Ah gak apa-apa, Asma. Aku malah kangen tidur sama Mas Adit kayak waktu aku kecil." Bagas melirik kakaknya.

"Inget ya anak-anak, besok jam enam kita sudah harus pergi dari rumah lho." Kata Bapak, "Kemungkinan jalanan ramai ini."

"Iya kalian tidur lebih awal. Terutama kamu, Dit..." Tambah Ibu. Ia menuang nasi ke piring tiap orang.

"Iya asal si Bagas gak ngorok aja." Sahut Aditya yang membuat Bagas geram.

"Makan yang banyak, nak. Ita, makan yang bener. Si Nabilah masih butuh ASI. Adit juga makan yang banyak, kamu butuh stamina yang kuat. Bagas juga nih, kan udah seharian kerja. Terus Asma juga, jangan malu-malu."

"Iya ibu..." Sahut Bagas.

"Nanti kalau kurang nambah lagi Bagas." Celetuk Aditya.

Mereka makan malam dengan penuh rasa kekeluargaan. Aditya sangat bersyukur disaat terakhirnya dia masih bisa merasakan kumpul dengan keluarganya.

Malam ini, setelah sepuluh tahun, Aditya kembali seranjang dengan Bagas. Tiba-tiba ia teringat masa kecilnya. Dia dulu sangat sebal kalau pagi hari kasurnya basah karena Bagas ngompol.

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang