(*)Sekuel dari "MEET NOT GREAT(MAYBE)"
.
.
.
Entah sejak kapan Aomine jadi begitu sentimentil sehingga ia berfikir untuk bertanya pada Tuhan, tentang mengapa alam di Jepang akhir-akhir ini begitu tak bersahabat. Namun, pada akhirnya itu hanyalah sebuah pemikiran kosong, lantaran sang pemilik kulit gelap itu sama sekali tak berminat untuk sambang barang sebentar ke kuil, padahal letaknya tak begitu jauh dari tempatnya hidup dan beraktifitas sehari-hari.
Ya~ marilah kita lupakan saja masalah Aomine dan pertanyaan-pertanyaannya, karena sekarang ada yang lebih perlu lebih ia pertanyakan.
Sebut saja kegarangannya yang sudah tidak diakui lagi di Too Gakuen.
Aomine masihlah seorang Daiki yang begitu disayangi dan dicintai oleh sang bunda. Tak percaya?
Buktinya tadi pagi, tepat setelah ia selesai mennyimpul tali sepatunya sang bunda berpesan agar ia membawa serta payung lipat miliknya.
Awalnya Aomine ogah.
Masa sih~
Pemuda tampan nan kekar, dengan surai navy, dan tatapan mata yang lebih sadis dari emak tiri kudu bawa-bawa payung lipat. Tapi, akhirnya ia mengalah dan memilih menuruti wangsit terakhir yang bunda sebelum beliau pergi berpetualang(?) bersama sang ayah ke ujung dunia/eh.
Beruntung saat itu Aomine tidak jadi anak durhaka, karena saat ia berhenti di lampu merah, langit kembali tak bersahabat, hal itu dibuktikan dengan turunnya rintik bening yang kian lama kian menderas.
Sayangnya, itu hanya awal dari kejengkelannya sekarang.
Aomine masih ingat, bagaimana ia melipat payungnya yang berwarna hijau ngejreng (hasil berburu diskon emaknya di supermarket terdekat) dengan begitu hati-hati.
Bukan karena harganya, tapi malasnya. Ya, ia cukup malas jika saat terburu-buru tapi malah di repotkan dengan hal sepele seperti itu.
Kembali ke masalah awal.
Ia yang ingatannya lumayan tajam, dikejutkan dengan hilangnya sang payung saat hendak pulang kerumah.
Padahal Aomine tengah diburu waktu untuk sesegera mungkin pulang kerumah.
Dengan mendesah pelan, akhirnya ia pun berjalan pulang tanpa perlindungan.
*-*)
Aomine mengkerutkan dahi makin dalam kala tetesan air mata langit jatuh semakin banyak ke bumi, pakaian seragamnya sudah seperempat basah, namun untung masih layak dipakai.
"Mungkin....lain waktu........baiknya aku tak menaruh payung disana lagi,"gerutunya sebal.
Sejak keluar dari areal sekolahan pikiran Aomine sudah dipenuhi oleh pemikiran untuk mengirimkan teluh (as santet :3) pada sang pencuri hati/salah maksudnya sang pencuri payung.
Hoho~
Tampaknya si tukang ngutil yang kayaknya mirip kutil itu tak tau jika kenalan Aomine ada yang jadi dukun santet di Kyoto.
Lama berkutat dengan pikirannya membuat Aomine tak sadar jika ia tengah berdiri sendirian tanpa payung ditengah lautan manusia yang tampak berlindung pada benda warna-warni.
Aomine mendengus, nampaknya niatan untuk segera pulang dan menelfon kawan lamanya itu benar-benar bulat.
Pemikiran sadisnya baru berakhir kala ia menemukan sebuah halte bus berukuran kecil tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] MR. RAIN DROP [AoKaga]
FanfictionHujan kembali menyatukan mereka, dengan semilir angin malam, payung, dan atap halte bus mungil.