Jam 12:45
pagi yang sempurna. Jam tangan Laras menunjukan pukul 06:30. Ini tidak terlalu pagi.Dengan santai ia berjalan melewati koridor dengan earphonnya seperti biasa. Musik membuatnya bertambah semangat. Gadis yang bisa dibilang cantik, jutek, cuek, ceroboh, kasar dan galak. Entah cowo mana yang menyukainya.
Tiba-tiba seorang dari belakang mencopot earphonnya. Dinda.
" Hei.. Laras kau keliatan cantik hari ini" sanjung Dinda sambil senyum penuh kemenangan.
"tentu! sebelum kau merusak semuanya"
Dinda.Manis, pintar, cerewet, lugu dan rajin. Sahabat Laras.
"Hai..Pagi semua..ada apa dengan rambutmu Laras?"
Riani, gadis yang berbeda dari Laras dan Dinda. Feminim, ceria, ceroboh, masa bodo namun cantik. Dan Riani yang paling pengertian diantara Laras dan Dinda. Pagi ini sempurna, mereka kini sudah lengkap seperti biasa dengan bersenda gurau dan tingkah biasa mereka menuju kelas 8-5.
" Ah..Matematika..apa ada PR?" tanya Riani yang juga paling malas mengerjakan PR
" Tentu,ini soal yang mudah Rin." saut Dinda dengan menunjukan buku catatannya yang rapi.
Sementara Laras memejamkan matanya tanpa peduli PR Matematika. Earphonnyapun masih terpasang rapi. Beberapa saat pak Amin masuk ke kelas dan memulai pelajaran yang menguras tenaga. Berhitung.. mengira dan menulis angka. Walau dengan bersemangat sekalipun, jika pak Amin menerangkan tidak akan ada yang mengerti. Semuanya menyerah terlebih dahulu dan tentunya tidur dimeja. Tentu ini adalah Riani, Laras dan satu kelas lainnya kecuali Dinda. Entah ada apa di otaknya.
Syukurlah matematika telah usai. Isrirahat. Untuk mengobati kantuk tentu ini adalah waktu yang bagus untuk itu.
"Bagaimana ini?" Dinda tiba-tiba histeris. Seketika semua mata tertuju pada meja 12. Laras dan Rianipun melebarkan matanya seketika.
"Wae?" Bahasa korea yang sedang Riani pelajari. Riani memang demam film korea. Satu hari ia dapat menonton film tanpa bosan.
"PR matematikanya susah.." Dinda merengek dan membuat kaget semuanya hanya karena Pr matematikanya... Hufttt.. .
" Aku kira itu hal yang penting tadi" Omel Laras sembari meminum jus mangga kesukaanya.
"Haruskah bicara sekeras itu?" Lanjut Riani.
"Bukankah ini memang hal penting? Apalagi minggu depan ulangan. Bagaimana ini?"
Laras dan Riani masih saling pandang begitu heran. Pr matematika yang sangat penting bagi Dinda.
🕐
Pandangan Laras sekarang tertuju pada nomor 13. Seorang siswa tinggi, manis, dan tanpa disadari memikat hati Laras perlahan lahan. Mata Laras seolah meneliti setiap inchi yang ia lihat dari lelaki itu. Herannya, kenapa ia baru sadar ada siswa ini. Dari mana saja mata Laras. Seolah tau Laras melihat sesuatu yang buat matanya terus tertuju, Riani menyadarkannya." Hei!"
" Hah" Laraspun tersadar dari pandangannya tadi.
"Apa yang kamu lihat?"
" Tidak ada" Laras menutupi dengan kembali fokus pada jus mangganya.
Rianipun mengulangi pandangan Laras. Matanya melihat obyek yang mungkin Laraspun melihatnya.
" Diki Pramana...." nama itu Riani sebut untuk memancing Laras. Benar. Mata Laras melebar mendengar nama itu.
" Apa?"
" Siswa dimeja nomor 13, tepat garis lurusmu. Dia adalah cowo terfaforit disini. Kau tak tahu? Namanya banyak dikenal oleh kalangan kakak kelas karena kegantengannya. Dia juga dikabarkan sedang dekat dengan Lita, anak kelas kita." Jelas Riani sebelum Laras bertanya.
Laras terdiam dan tak memandang diki kembali.
" Dari mana kau tahu?" Laras bertanya akhirnya.
" Itu bukan rahasia lagi Laras. Makannya sekali kali copot earphonemu dan dengarkan berita disini!''
Ya. Riani adalah salah satu orang ter up to date untuk masalah seperti ini. Semua berita yang sering dan sedang panas diperbincangkan. Rianilah sumber terpercaya.
Pelajaran kedua. Walau sekuat tenaga agar fokus, nyatanya tetap saja tak bisa. Pikiran Laras belum terlepas dari Diki.
Aku?Diki? Itu kata yang terus terngiang dipikiran Laras.
"Laras, itu tulisan apa?" Tanya Dinda sambil menunjukan ke papan tulis. Lamunan tentang diki pun buyar seketika.
" Ya?"
🕐
KAMU SEDANG MEMBACA
12:45
RandomAnggaplah aku tak pernah hadir dalam hidupmu dan mimpimu. Bila kau terlalu membenciku,aku benar benar akan keluar dari hidupmu dan tak akan muncul lagi didepanmu,namun izinkan aku untuk terus mengkhawatirkanmu