Dont be a silent reader guys, review dan vote kalian sangat berarti untukku, Happy reading :)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Regent Park tampak ramai sore ini, banyak warga London yang terlihat beristirahat di bangku-bangku taman melepaskan penat sejenak dari hiruk pikuk pusat kota London yang seperti tiada matinya. Harum menyerbak dari bunga-bunga yang tumbuh di Queen Mary’s Gardens. Alunan Dvořák terdengar lembut menembus susunan tumbuhan perdu indah, tepat di salah satu sudut Queen Mary’s Gardens tampak seorang pria mengenakan coat coklat muda menahan terpaan angin awal November pertanda bahwa musim dingin sudah dimulai. Kerumunan orang dari segala usia tampak menikmati permainan pria tersebut. Matanya tertutup tampak menikmati tiap alunan nada tercipta dari Cello yang kokoh bersandar di bahunya. Senyum tersimpul dari wajah tampannya, ia bagaikan salah satu patung lilin Madame Tussausd di masa depan.
“Luna ada yang mengambil tempat kita,” seorang pria dengan rambut blonde dan mata azure yang memukau meneriaki gadis dibelakangnya.
“Benarkah? Siapa Kii,” mata hazel gadis pirang tersebut menerawang menembus kerumunan manusia di depannya. Dengan bertumpukan pada ujung-ujung jarinya ia melihat pria itu, pria dengan mata azure yang meneduhkan dan senyum yang berbeda saat ia bermain musik dibandingkan ketika ia menyapanya kemarin.
“Ohh, aku kenal dia. Dia tetanggaku,” Luna memberitahukan kepada teman sebandnya. Kemudian dengan langkah pasti ia menerobos kerumunan manusia di depannya. Dengan kata maaf disetiap gitar yang dapanggulnya itu mengenai seseorang.
Begitu ia sampai di barisan terdepan, jari-jari Jared sedang memainkan part-part klimaks dari lagu tersebut. Kelopaknya menutupi iris azure yang indah itu. Walau dalam keadaan terpejam tampak sorot mengesankan darinya.
Jared menyelesaikan part akhirnya disertai tepukan riuh rendah dari penonton sekitarnya. Senyum menghiasi wajahnya, dua lesung pipitpun menambah pesona lelaki tersebut.
Jared membungkuk berterima kasih kepada penonton, kemudian dua iris berbeda warna itu bertemu. Azure dan Hazel. Luna tersenyum saat mata mereka bertemu, demi menjaga kesopanan Jared tersenyum membalasnya.
“Permainan yang indah, dan kali ini kau tidak memukul cello-mu,” Luna tertawa renyah. Jared sebagai tersangka pemukulan cello tersebut hanya bisa tersenyum malu.
“Maafkan ucapanku kemarin, umm...,” Jared berusaha mengingat sesuatu.
“Luna, ingat namaku Luna Goyle. Masa kau lupa, apa kau sudah pikun huh?” Luna tertawa melihat wajah Jared yang sedikit memerah.
“Oii, Luna!” seorang blonde yang lain meneriaki namanya.
“Brian! Kian! Sini kalian,” Luna melambaikan tangan, dengan kerumunan manusia yang masih mengitari mereka agak sedikit sulit untuk masuk menerobos dengan Kian membawa Cajon dan Brian yang juga memanggul gitar berserta amplifier dan mic.
“Oh god Luna, can you help us?” lelaki dengan rambut blonde dikuncir, memelas dengan wajah pasrah.
“Hahaha, maaf Brian,” Luna pun berlari menuju lelaki tersebut dan mengambil alih gitarnya dan berusaha menerobos kerumunan itu lagi, yang kini dengan berbaik hati memberi mereka jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vie
RomanceApa kau percaya kalau La Sylphide itu ada? Jared Durand tidak percaya pertemuannya dengan makhluk sebesar telapak tangan itu akan mengubah hidupnya juga membangkitkan kenangan yang ingin ia lupakan. Pertemuannya dengan wanita bermata hazel tersebut...