Kekaguman biarlah tetap menjadi kekaguman. Apa kalian semua pernah merasakan jatuh cinta? disaat hati berbunga-bunga melihat seseorang yang kita sukai lewat di depan kita, membuat jantung ini serasa berdegub kencang. Itulah sekilas perasaan yang kurasakan ketika diriku melihat sesosok gadis bernama Christine. Gadis yang begitu sempurna dimataku.
"Hayooo... lagi liat siapa tuh?" bisik Kevin dari belakang yang mendekatkan mulutnya di telingaku. Tatapan sinis kini ku tunjukkan kepada si benalu Kevin yang seketika membuatnya salah tingkah dan lari terbirit-birit ketakutan tanpa berani bicara apapun. Begitulah Kevin, dia selalu memojokkanku untuk segera mengatakan perasaanku ini pada Christine.
Oh ya! perkenalkan namaku Dhian Hani, tapi cukup panggil Ian sajalah tak usah repot-repot. Aku duduk di bangku SMA kelas 2 jurusan IPA. Sehari-hari pekerjaanku hanya diam di kelas, tidak pernah keluar kecuali saat pulang sekolah. Mr. Cuek, begitulah sebutanku di kelas ini. Hanyalah Kevin yang mau berteman dengan ku, aku juga heran si Kevin itu betah sekali berteman dengan orang yang pendiam seperti aku, apa karena nama kami sama-sama ada merasa senasib ya? Padahal kalau di pikir setiap harinya dia selalu kutindas seperti barusan. Dan gadis yang ku bicarakan tadi dialah sang pujaan hatiku. Cinta pertama hingga saat ini, teman mulai dari TK hingga SMA, rumah kami pun salin berdekatan. Apalagi untuk mengutarakan suka, tegur sapa saja bahkan kami tidak pernah padahal aku satu kelas dengannya. Tapi aku tak pernah berani mengutarakan isi hatiku padanya, yang kulakukan hanyalah memberinya sepenggal puisi setiap pulang sekolah yang ku taruh di laci mejanya dengan memberi inisial I. Itupun kulakukan secara diam-diam agar tidak ketahuan olehnya.
"Christine" teriak seorang cowok yang bertengger di depan pintu kelas ku dengan gayanya yang sok cool. Dialah Fabio pacar Christine saat ini. Alasanku selain tak berani mengungkapkan perasaan ku ini pada Christine juga karena aku tahu Christine sudah ada yang punya, aku tak ingin merusak kebahagiaan Christine. Meski beda kelas setiap hari Fabio selalu datang menjemput Christine kemari. Dibandingkan dengan cowok kutu buku seperti diriku, mungkin Christine lebih cocok dengan Fabio yang tampan dan juga terkenal di sekolah. Cemburu? Iya sih, tapi berusaha ku pendam mengingat aku bukan siapa-siapanya Christine.
"Sabar ya sob" ungkap Kevin sambil memegang bahu kananku yang entah sampai kapan berdiri di belakangku.
"Apa kau hantu?" tanyaku bercanda namun tetap menunjukkan wajah yang amat serius pada Kevin. "Bercandamu gak lucu sob. Tuh liat pujaan hatimu pergi sama cowok lain, sampai kapan seperti ini?" ujar Kevin menasehatiku. Kata-kata yang sudah terlalu sering ku dengar dari mulut manis Kevin namun tak pernah ku anggap hanya kujadikan sebagai angin lalu.
"Hey An.. kau dengar tidak sih?" bentak Kevin yang mulai jenuh dengan sikapku yang dari tadi tak merespon ucapannya. "Kau itu cerewet sekali sih" dumelku yang kemudian meninggalkan Kevin tidur.
"Yaaah! malah tidur. Terserah padamu" ujar Kevin yang sedikit kesal lalu meninggalkan ku pergi. Jujur, jika bisa aku ingin menghilangkan perasaan ku ini pada Christine. Melihatnya dengan laki-laki lain membuatku tak tenang di dalam lelapnya tidurku. Andai aku ini bukannya seorang penakut yang mau mengungkapkan isi hatinya sejak dulu, dan apa yang dikatakan Kevin memanglah benar, sampai kapan hidupku seperti ini jika aku tak mau mengutarakan perasaanku yang sebenarnya pada Christine.Ting... ting... ting...
Bel masuk berdentang yang artinya pelajaran IPA akan segera dimulai.
"Selamat pagi anak-anak?" sambut bu Indah dengan gaya yang dibuat manis yang baru memasuki kelasku.
"Selamat siang bu! ini kan sudah jam 12" ralat salah seorang murid wanita kepada bu Indah. Kalian tau? dengan gampangnya bu Indah mengiyakan perkataan murid itu tanpa merasa sedikit bersalah pada kami dan kembali menunjukkan gayanya yang sok manis. Tak usah heran, begitulah sifat bu Indah yang kadang kala tak kami mengerti. Cerewet sih iya, tapi yang aku herankan sifat centilnya itu looh kok gak berubah-berubah ya! Kenapa jadi gosipin bu Indah, kita kembali ke topik awal. Kali ini bu Indah meminta kami untuk membuat sebuah proposal yang terdiri dari 2 orang. Tugas yang mudah itu menurutku, tapi yang kuyakini adalah pastinya aku satu kelompok dengan Kevin, itu yang membuatku sedikit kesal.
"aadduuuhh... tugas lagi males aku" keluh Kevin lirih sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "nanti pastilah aku juga yang mengerjakan" umpat ku dalam hati lalu mengalihkan perhatianku kini pada Christine yang tengah asyik bicara serius dengan Jessica teman sebangkunya. "Christine, kau satu kelompok dengan Ian, ya" seuntai kata yang tiba-tiba keluar dari mulut bu Indah yang mengejutkan ku dan membuat perhatianku kini terfokus hanya untuk bu Indah. Rasa tak percaya, benarkah aku bisa satu kelompok dengan Christine, hati ini seakan melayang-layang mendengarnya. Di saat hatiku sedang berbunga-bunga mendengar kabar gembira, si Jessica teman sebangku Christine menolak tegas keputusan bu Indah dengan berbagai alasan itu karena setiap harinya Jessica selalu bersama Christine dalam mengerjakan tugas apapun. "dia itu gak bisa lihat orang seneng apa?" dumelku lirih tapi sepertinya Kevin tetap bisa mendengarkan apa yang kukatakan.
"tenang sob, aku bantu, okey" celetuk Kevin tiba-tiba memberi semangat padaku yang tak pernah ku tahu apa maksudnya. "bu Ian biar sama Christine, Jessica dengan aku saja bagaimana?" ujar Kevin yang tiba-tiba mengacungkan tangan dan berpendapat seperti itu.
"hiii... ooouuuggaaahh. Mimpi apa aku semalam kok bisa satu kelompok denganmu?" tolak Jessica yang spontan membuat seluruh siswa di kelas tertawa melihat tingkah konyol mereka yang saling beradu mulut.
"sudah.. sudah, keputusan ini sudah diratifikasi jadi jangan ada yang protes" sela bu Indah di tengah perang mulut antara Jessica vs Kevin yang kini mulai redup.
"tapi bu..." ungkap Jessica yang masih tak terima dengan keputusan bu Indah tapi sepertinya beliau tak mau menerima masukan apapun.