2. Khasanah Ku

133 10 0
                                    

Aku akan menceritakan kisah kehidupanku di 3 tahun sebelumnya..

Waktu itu, hari Senin 21 April 2010, sore menuju senja, guratan kemuning dari ujung awan yang berarak menyinari raut wajahnya, aku menatapnya terpana, dan disaat itu juga aku melihatnya pertama kali.
Merah merona bak mawar yang ranum bermekaran.
Bisa saja disebut cinta pada pandangan pertama.

Ketika itu aku bermain ke rumah seorang sobat karibku sejak SD, entah sejak pertama aku bermain ke rumah Rio, aku tak pernah sesekali menemui atau pun melihat dia, hingga pada hari itu, aku masih ingat jelas bagaimana ekspresi ku dan dia saat saling bertatap muka, senyuman nya mengalihkan pandanganku terhadapat langit jingga.

Kata Rio, Khasanah adalah wanita paling pendiam yang pernah Rio ketahui, ia tak pernah mencoba bermain jauh dari rumah kecuali sekolah, ia tak mau bergaul dengan teman-teman yang sekira nya tidak baik untuk kehidupan nya.

Hingga pada seorang pria, ia tak pernah peduli sama sekali, ia tak mau memikirkan hal apapun tentang seorang pria.

Di saat itu dia sedang menyapu halaman rumahnya, aku mencoba memberanikan diri untuk berbicara dengan nya.

"Hai, anak baru kah?", Ajak ku berbicara.

"Enggak kok, kamu aja yang gak pernah lihat aku, aku yang sering lihat kamu malahan.. hehe", Sahutnya. Seraya aku menatap wajahnya yang putih, bersih, dan benar-benar membuatku terkagum, karna pertama kali ini aku melihat perempuan se-anggun dan se-lembut ini.

Ku sambarkan tangan kananku untuk berjabat tangan dan saling berkenalan.

Dibalasnya tanganku dengan lemah gemulai.
Aku benar-benar merasakan tiap inchi telapak tangan yang halus dan lembut, tak ingin kulewatkan sedikitpun per mili dari bagian tangan nya yang menyentuh tanganku.
Kita saling menatap, dari bola mata nya yang begitu sempurna, cahaya nya menyejukkan sukma kalbu ku.

Tatapan mata itu, menerjang angin, menyapu awan, meledakkan berjuta harapan.
Tatapan mata itu, mangalahkan kehangatan saat terik matahari di ufuk barat perlahan tenggelam.

Aku menikmati nya, layaknya disaat aku menikmati langit senja.
Dimata itu, kutatap masa depan yang cerah.
Secerah putih nya halimun saat fajar baru menghamparkan jubah emasnya.

Saat itu aku benar-benar tak sadarkan diri bahwa tangan nya masih melekat ditangan ku, tatapan mata nya masih menatap mata ku.
Sore itu kurasa dunia hanya milik kita berdua, yang sedang bercengkrama menatap langit senja.

"Aku Kemal, kalo boleh tau nama kamu siapa?", Saling berjabatan seraya tersenyum pada nya.

"Nur Khasanah, sering dipanggil Nur..", Lirih jawab nya. Perlahan-lahan suara nya yang menyentak telinga, menciptakan nada-nada yang tak seperti biasa, membangkitkan semangat dalam dada, membuat darah mendesir dan mengalir lebih gesit yang tak pernah kurasa.

"Bolehkah ku panggil dengan sebutan, Khasanah?..", Balasku dengan lirih, mengikuti nada yang keluar dari mulut mungil nya.

"Boleh saja kok..", Tersenyum manis.

Perlahan kulepaskan tangan kanan ku dari genggaman nya, tak sadarkan bahwa kita saling menggenggam dan bertatap selama beberapa menit.
Dari sekian banyak wanita yang pernah ku temui dan ku ajak berbicara, hanya satu. Dan baru saja aku menemui nya kala senja menjadi saksi bisu pertemuan kita berdua.

Dan hingga saat itu kita duduk berdua dibawah sinar mentari saat aku, dia, dan senja menjadi satu.

"Apa kamu suka senja?", Tanya ku pada nya yang penuh dengan rasa penasaran saat itu. Berharap kita sama-sama dapat menikmati langit senja, dan bersyukur pada-Nya.

Senja Untuk KhasanahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang