Dear Ali,
Terima kasih sudah mau menjadi bagian dari hidupku. Bagian dari hatiku.
Aku menulis ini semata-mata hanya karena aku sangat amat cinta kepadamu. Aku sadar, bahwa aku sebenarnya tak pantas bersanding denganmu. Kau tampan, multi talenta, jenius, mapan dan lainnya. Sementara aku? Hanya seonggok sampah yang tak berguna. Aku penyakitan, aku jelek, aku tidak sejenius kamu bahkan aku sering merepotkan kamu dan keluargaku hanya karena penyakitku. Maaf.
Jika aku dapat merubah takdir, aku ingin menyembuhkan penyakitku dan hidup bahagia bersamamu dan bersama cinta kita. Aku ingin kita menikah, bukan hanya menyandang status 'bertunangan'. Tapi sayang, aku terlalu lemah. Tuhan terlalu sayang sama aku, Li. Dan sepertinya, hidup aku nggak akan lama lagi.
Aku mohon, jika aku pergi nanti, kamu jangan menangis. Kamu tidak perlu menangisi kepergian cewek kayak aku, Li. Kamu lebih pantas dengan yang lain. Aku mohon, jangan menutup hatimu. Bukalah sedikit jalur untuk seseorang masuk kedalam hatimu.
Nanti, ragaku memang sudah hilang, tetapi jiwa dan cintaku akan tetap berada dihatimu. Percayalah.
Terima kasih untuk 15 Oktober paling spesial waktu itu. Dimana kamu menembak aku. Maaf, aku belum bisa jadi yang terbaik dan belum bisa membahagiakanmu. Sesungguhnya, waktu itu aku sangat amat bahagia, Li. Aku sangat berterima kasih dan berhutang banyak sama kamu.
I love you.
— Prilly Latuconsina•••
Jakarta, 15 Oktober 2014
Ali dan Prilly telah sampai ke restoran mewah berbintang lima yang sangat mahal. Mereka akan dinner berdua. Ini adalah kedua kalinya Ali mengajak Prilly makan di restoran mewah, walau yang pertama tak semewah yang sekarang. Mereka memang sering makan di kaki lima atau di foodcourt karena mereka berpendapat bahwa makanan disana lebih murah, lebih mengenyangkan dan tentunya rasanya jauh lebih lezat. Entahlah, apa kalian berpikir seperti itu juga kah?"Watch your step, Prill." Ali menuntun Prilly menaiki tangga sebelum masuk ke dalam restoran. Prilly hanya tersenyum melihat perlakuan Ali terhadapnya.
"Mbak, reservasi atas nama Ali." ucap Ali, sambil memberikan kode-kode kepada pelayannya. Sayang, Prilly tak menyadarinya.
"Oh, silahkan, Pak. Diruangan itu, ya, Pak! Semuanya sudah siap." ucap sang pelayan. Ali tersenyum, dan segera mengajak Prilly pergi ke ruangan itu.
Disana, Prilly dan Ali segera duduk di bangku. Prilly sempat heran, mengapa bangkunya ada banyak dan disana hanya ada mereka berdua? Aneh.
"Aku boleh permisi ke toilet sebentar?" tanya Ali.
"Oh, iya! Cepet, ya, Li."
Ali tersenyum, kemudian pergi menuju toilet yang sebenarnya adalah suatu ruangan kecil. Tiba-tiba, lampu ruangan dipadamkan dan menyalalah lampu sorot panggung. Dari ruangan kecil itu, Ali langsung keluar dan duduk. Ia mulai menyanyikan sebuah lagu, dan Prilly menatapnya tanpa berkedip.
Aku bertahan dengan semua yang terjadi
Hanya karena cinta, cinta
Ku selalu teringat dirimu disetiap waktu
Semua karena cinta, cintaKu ingin kau selalu ada untukku
Ku ingin kita kan selalu bersamaCinta ini begitu indah
Ini begitu dalam di hatiku
Jangan sampai tersakitiCinta ingin selalu ku jaga
Cinta ini anugerah yang terindah
Ku ingin bersama dengan cintaPrilly menitikkan air mata, dan Ali tersenyum kepada gadis yang dicintainya itu. Kemudian, Ali langsung melanjutkan nyanyiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last 5 Messages [COMPLETED]
Fiksi Penggemarstat: completed [ tetap hargai karyaku dengan vote/beri kritik saran walau sudah completed] • ali prilly short fanfiction •