"Una! Sarah! Sini kumpul!" Panggil Popo sambil melambaikan tangan menginstruksikan mereka untuk segera berkumpul dengan kelompok.
"Baru juga makan sesuap udah disuruh kumpul ck! Kumpul apaan sih istirahat kan masih setengah jam lagi!" Keluh Aruna sambil melirik jam dipergelangan tangan kananku. Segera Aruna membungkus makanannya yang baru ia makan satu sendok.
"Tau tuh si Rio, ganggu orang makan deh! Dah yuk kumpul keburu diomeli ketua kelompok." Sahut Sarah sambil membereskan nasi bungkusnya yang malah baru ia buka.
"Apaan si Io. Lagi makan juga, kalo keselek ntar gimana? Emang lu mau tanggung jawab?" Protes Tatang dengan logat lu-gue nya yang lebih terdengar medog.
"Hehe maaf ya teman-teman sebelumnya. Nanti makannya bisa dilanjutin kok. Ini pengumuman cuma sebentar dan kata panitia kelompok kita harus segera disampein ke kelompok karena penting." Jelas Rio yang sopan dengan logat Jawa halus.
"Yaudah cepet-cepet keburu habis waktu istirahatnya." Timpal Noval yang badannya kayak buto.
"Jadi gini, masing-masing orang tiap kelompok harus mengumpulkan 50 tanda tangan panitia ospek secara lengkap beserta nama dan jurusan panitia ospek." Selesai Rio mengumumkan pengumuman langsung saja banyak anak-anak mengeluh.
"Kalo gak lengkap emang kenapa sih? Iya kalo diperiksa satu-satu. Kan yang ospek bocahnya ratusan Io." Tanya Tasha.
"Maaf Tasha, Rio kurang tau juga nih hukumannya soalnya gak dikasih tau secara detail. Tapi intinya tetap ada punishment dan PASTI dicek satu persatu. Jangan sampek buat tanda tangan palsu senior kalo gak mau kena masalah." Jelas Rio.
"Oh iya minta tanda tangannya yang sopan dan bisa dilakukan saat ini juga sampai ospek hari ketiga. Semangat gaes!"
Langsung saja setiap anak di kelompok justru tidak bersemangat menjalani setengah acara ospek hari ini. Ada yang langsung panik dan tidak melanjutkan makan lagi tapi sibuk meminta tanda tangan panitia ospek.
Tapi itu tidak berlaku bagi Aruna.
Ia sudah sangat lapar karena tadi pagi tidak sarapan."Na, gak minta tanda tangan panitia ospek? Anak-anak yang lain pada ngerubutin panitia tuh. Kok kamu anteng-anteng aja sih malah lanjut makan?" Tanya Sarah melihat kelakukan Aruna dengan heran.
"Sar gue laper. Makan aja kali. Toh ini waktunya istirahat, nanti makanannya keburu basi kan mubazir." Jawab Aruna dengan santai dan lebih memperdulikan makanannya daripada berlarian meminta tanda tangan panitia ospek.
Tapi akhirnya Sarah memilih ikut duduk dan menikmati makanannya tadi bersama Aruna. Aruna yang melihat Sarah memilih makan hanya bisa tertawa kecil.
================================
"Gila ya masih aja ada tugas ospek yang konyol kayak gitu." Aruna langsung mencak-mencak sehabis makan dan baru saja ia akan meminta tanda tangan salah satu panitia namun ia sudah ditubruk dari belakang oleh pasukan maba yang juga ingin minta tanda tangan.
"Adoohhh! Woy ati-ati dong lu pada!" Teriak Aruna pada mahasiswa-mahasiswi yang menabraknya namun teriakannya tidak digubris sama sekai.
"Kan sakit." Lirih Una dan ia memutuskan mencari tempat duduk untuk menepi agar tidak ditubruk lagi. Una membersihkan kerikil dan pasir yang menempel pada dengkulnya.
"Ngapain kamu lesehan disitu?" Tanya seseorang.
"Gak liat apa habis jatoh nih ditabrak kawanan badak tadi, perih banget!" Jawab Aruna asal tanpa melihat siapa yang bertanya dengannya.
"Nih diobatin pake ini aja." Tiba-tiba orang itu menawarkan sebuah plester luka untuknya. Aruna langsung menengok yang menawarkannya plester luka dan detik berikutnya ia bengong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Novela JuvenilJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.