"Aku tidak bisa tersenyum, aku tidak ingatbahkan ketika aku tersenyum
hari ini juga merasa seperti itu mungkinmenghilang seperti mimpi ketika aku membuka mataku
Bahkan ketika aku melihat, aku merasa seperti kamu tidak dengan ku lagi
Kurasa aku masih canggung dalam mengekspresikan perasaan ku, untuk mencintaimu"batin alvin berbicara dengan nada perih.alvin berjalan dengan sempoyongan, dia menghampiri sivia, kemudian alvin tidak mengekspresikan apapun kepada sivia.
"selamat ulang tahun ya vi.."ucap alvin datar, bahkan saat menyebut nama sivia lidah alvin terasa kelu, setelah mengucapkan kata itu alvin melepaskan ikatan yang menguncir rambut sivia. sivia sedikit terkejut dengan sikap alvin.
"jangan di ikat, gue gak suka liat rambut lo di ikat.."ucap alvin dan langsung berlalu dari hadapan sivia, alvin kembali berhenti tepat di depan rio, dan tersenyum sinis kearah rio. Begitupun rio, mereka berdua tidak terlihat seperti kakak adik, melainkan musuh.
"gue harap lo bisa jaga sivia dengan baik-baik, gue mohon lo harus janji sama gue, jangan pernah lo buat sivia sedih, kalo itu sampai terjadi gue bakalan bunuh lo.."ucap alvin dengan nada berbisik agar sivia tidak bisa mendengarnya, mendengar ucapan alvin seperti itu rio menatap alvin dan tersenyum.
"lo tenang aja, gue bakalan jagain dia kok.."ucap rio santai. Rio tidak menganggap serius ucapan alvin, namun tanpa dia sadari di dalam lubuk hati alvin yang dalam ia benar-benar ingin membunuh rio.
Setelah puas alvin langsung pergi dari hadapan rio dan sivia.
"jangan kira gue main-main sama ucapan gue yo.."batin alvin yang sambil berjalan jauh dari mereka.
"gue salah, kenapa gue gak pernah bisa bersabar menunggu, gue emang salah, kalo aja gue lebih sabar sedikit pasti gak bakalan kayak gini jadinya.."lirih sivia, rio langsung memeluk sivia dan memberi ketenangan pada sivia, tetapi sivia langsung mendorong tubuh rio, rio terkejut, sivia berlari menuju kue tart yang jatuh itu dan mengambil kado dari alvin yang mungkin sudah rusak, tetapi sivia tetap memungutnya dan perasaan bersalah sivia terhadap alvin semakin memuncak baginya.
~
Pagi menjelang, semua melakukan aktifitas mereka masing-masing.
Alvin dan agni berjalan berdua menuju depan rumah untuk berangkat sekolah bersama-sama, saat mereka tepat di depan pintu alvin dan agni melihat rio bersama sivia naik motor ke sekolah.
"udah ya vin, gak usah lo pikirin, yaudah yuuk ntar telat lagi..."ajak agni, dia tau kalo perasaan alvin sedang terluka, agni tidak ingin membawa suasana lebih dalam. Dan Alvin hanya mengangguk.
~
Setelah sampai di sekolah, rio langsung memarkiran motornya di parkiran sekolah, hari ini mungkin hari pertama rio masuk ke sekolah SMA Jeonju ini.
"thanks ya yo.."ucap sivia tersenyum sambil turun dari motor rio.
"sippp, ntar lo pulang ikut gue gak ??"Tanya rio.
"hmmm..."sivia terlihat berfikir."gue kan udah lama gak nebeng cakka, mending ikut cakka aja deh,..."batin sivia komat kamit gak jelas dan senyum-senyum tak jelas di depan rio, rio bingung dengan tingkah laku sivia.
"vi.."panggil rio.
"eh.. oh itu gak deh yo, gue nebeng sama temen kelas gue aja, gue gak mau ngerepotin lo lagi hehe"cengir sivia.
"yakin ? gak papa lagi, lagiankan gue juga sahabat lo.."seru rio.
"iya juga sih, tapi beneran gak usah deh, yaudah gue ke kelas dulu yaa byeee.."pamit sivia, sivia langsung ngancir masuk ke dalam kelasnya. Di dalam kelas hanya ada alvin dan cakka yang lebih dulu datang.