Pada hari minggu ini, seperti biasa aku kembali bersiap-siap untuk kerja sambilan. Aku kerja sambilan setiap hari. Aku tahu, ini memang terdengar melelahkan sekali, tapi aku sendiri tidak punya pilihan. Aku tetap bisa mengatur waktu untuk belajar. Aku akan masuk Universitas Kamii nantinya. Sebelum kerja sambilan, aku mempunyai banyak waktu luang untuk belajar dan lain-lain. Kurasa aku akan rindu rutinitas itu, tapi aku tidak terlalu merindukannya karena aku merasa lebih aktif dalam hidup.
Hari ini aku memakai kemeja putih dan celana jins hitam. Tak lupa aku memakai sepatu bot dan mantel musim dinginku. Ketika membuka gerbang rumahku, Kokoro dan Mika sudah berada di depan gerbang.
"Kokoro, Mika, sedang apa kalian di sini?"
"Untuk apa lagi selain memintamu mengajari kami." Mika tersenyum sambil menunjukkan buku catatan. "Aku sangat kesusahan dalam kimia. Kau benar-benar harus membantuku."
"Bagaimana bila kita belajar di perpustakaan?" tanya Kokoro.
"Maaf, kurasa aku tidak bisa." Kataku tidak enak. "Kalian lupa kalau aku ada kerja sambilan?"
"Ah, benar juga ya..." Kokoro menunduk.
"Bagaimana bila kita belajar bersama sore ini? Aku pasti sudah selesai kerja sambilan."
"Baiklah!" sahut Mika. "Kau selesainya tepat jam berapa?"
"Jam satu siang."
"Kalau begitu kita sekalian keluar untuk makan siang ya." saran Mika. "Kumohon!!"
"Ayo, Akina! Pasti kita lebih serius belajarnya!"
Aku tertawa. "Baiklah, baiklah, jemput aku di café tempat aku bekerja ya."
"Horeeee!!" Mika dan Kokoro berseru kegirangan. Lalu kami bertiga berjalan menuju pusat kota tempat Anteiku berada. Mika dan Kokoro mengantarku sampai di depan Anteiku, lalu mereka berjalan kembali pulang.
Pukul sebelas siang, Anteiku mulai ramai dengan orang-orang yang lapar. Di dapur kami mulai sibuk menyiapkan sup, sandwich, dan makanan khas Anteiku lainnya. Nishiki-san sudah datang dan mulai membantu ini-itu. Hari ini aku tidak melihat Touka-chan, sepertinya ia belajar lagi di kamarnya.
"Konichiwa!" aku melirik siapa yang berseru tersebut, rupanya Hide. Ia datang lagi hari ini. "Konichiwa, Akina-chan." Ia mendekat lalu duduk di bar.
"Konichiwa, Hide." Sapaku balik. "Apa kau berencana merenung kembali seperti hari-hari sebelumnya? Seharusnya kau tidak melakukan hal itu."
"Kau memperhatikanku ya." Hide terkekeh.
"Bukan begitu!"
"Aku tidak pernah merencanakan diriku untuk terus merenung layaknya hari-hari sebelumnya. Perasaan ingin diam dan merenung itu tiba-tiba saja datang."
"Kalau begitu kau harus membuat perisai agar tidak merenung lagi."
"Wah, Akina-chan bisa bercanda juga ya." kami berdua pun tertawa. "Aku mau pesan sandwich."
"Oke." Aku mengeringkan tanganku dengan lap, lalu menuju dapur untuk menyiapkan pesanan. Saat-saat bekerja di Anteiku pun selesai tepat pukul satu siang. Kokoro dan Mika sudah menungguku di luar dengan tas mereka berisi buku-buku pelajaran. Kami berjalan menuju Shibuya untuk pergi ke café.
Sambil makan siang Kokoro dan Mika menceritakan setiap bagian yang membuat mereka kesusahan. Aku mendengarkan mereka sambil makan siang dengan lahap. Hari ini menu makan siangku sedikit berbeda, aku makan hamburger beserta kentang goreng. Memang banyak orang berkata bahwa hamburger itu adalah junk food, tapi aku tidak bisa menahan betapa lezatnya makanan ini.
"Eh, bukankah itu Akina-chan." Aku menoleh ke arah suara itu.
"Tsukiyama-san!" pekikku. Ia tidak datang untuk menyapa, melainkan datang lalu duduk di bangku kosong yang tersedia di meja kami.
"Wah, kalian sedang belajar ya." Tsukiyama-san menatap Kokoro dan Mika bersamaan. Sedangkan mereka berdua hanya terdiam saja menyikapi kedatangan Tsukiyaman-san. "Akina-chan, aku mau minta maaf jika aku menyakiti hatimu ketika kita pertama kali bertemu."
"Eh, tidak apa-apa." Di luar dugaanku dia baik juga.
"Aku ini selalu peka terhadap bau tubuh orang lain. Dan aku suka bau tubuhmu yang seperti aroma vanilla bercampur kesegaran embun pagi. Tapi, ada bau lain yang ada di tubuhmu." Tsukiyama-san tersenyum. "Ada bau Kaneki-kun di tubuhmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
White Apple (Kaneki x Reader)
ФанфикKusajishi Akina adalah anak dari Kusajishi Hiro dan Kusajishi Kikuno. Kikuno meninggal karena kanker, maka dari itu Hiro menikah lagi dengan wanita lain. Namun Akina tetap tidak mau mengakui wanita baru itu sebagai ibunya dan menetap di rumah lamany...