33. LDR Mulai Membosankan

1.4K 114 1
                                    

Asma menghubungi Aditya mengenai kondisinya. Dia meminjam laptop Bang Ucup untuk video chat dengan Aditya.

Sinyal wifi dikost agak lemot. Asma bersabar menunggu sinyal membaik. Dan setelah menunggu hampir satu jam, dimulailah video chat dengan Aditya.

"Kenapa sayang?" Tanya Aditya tanpa salam. Asma merasa agak aneh disaat ini. Ia pun melihat Aditya tengah menulis dan sesekali meneguk minumannya.

"Yank, ngomong atuh. Masa diem aja." Aditya masih sibuk dengan tugasnya tanpa menatap monitor.

"Gimana aku mau ngomong kalau kamu aja sibuk sendiri?"

Aditya menghentikan pekerjaannya. Ia menatap Asma di monitor.

"Ok... Ada apa? Jangan buang waktu. Tugasku banyak."

"Tanganku luka nih." Asma menunjukkan punggung tangannya yang terbalut.

"Aduh... Kamu self-harm lagi ya? Ya ampun Asma, jangan karena kamu rindu sama aku, kamu jadi begitu. Apa gak cukup luka di lengan kirimu itu?" Aditya langsung marah.

"Aku kecelakaan, Mas..." Kata Asma lirih.

"Oo..."

"Cuma O aja nih..."

"Ya ehm.. Haduh... Diobati lah. Udah kan? Terus dapat cuti gak kamu karena insiden ini?"

"Dapat. Dua hari."

"Ya udah. Beres dah." Aditya menoleh ke jam dinding, "Udah jam dua belas disini. Aku sudah ngantuk. Udah dulu ya Say... Bye..."

Layar pun mati. Tega. Cuma itu yang ada di otak Asma. Kok Aditya secuek itu sih? Atau dia emang sibuk? Atau ada sesuatu yang lain? Semua pikiran negatif mulai muncul dikepala Asma. Dia jadi uring-uringan sendiri.

LDR mulai membosankan ketika salah satu pihak mulai sibuk dan pihak lain merasa diabaikan. Dan ini lah yang dirasakan Asma. Aditya mulai cuek. Ini fase LDR yang paling berbahaya dalam sebuah hubungan.

*****

Hari-hari berikutnya Aditya jadi jarang menghubungi Asma, kadang bisa seminggu sekali, dua minggu sekali atau sebulan sekali. Sebulan tanpa kabar juga pernah. Sebenarnya Aditya memang sibuk dengan tesisnya di Jepang. Cuma Asma saja yang tak tahu. Kadang ia main ke rumah Aditya dan mendapatkan jawaban yang sama kalau Aditya juga jarang menghubungi keluarganya dirumah.

"Ibu juga jarang chat dia kok sekarang. Kadang ibu kirim pesan, dibalas tiga hari kemudian. Berasa pake pos kan? Lama." Keluh ibu sambil mengajari Nabilah bicara. Usia Nabilah yang sudah setahun lebih dirasa gak sebanding karena dia belum bisa bicara. Padahal dia sudah bisa berjalan.

"Iya, Bu... Aku juga sekarang jarang lihat dia. Sekalinya dia mau chat, pasti kondisinya lagi kacau banget. Buku disana sini lah, Adit lagi nulis lah. Jarang tengok layar. Kan rasanya kayak dicuekin."

"Sabar aja, sayang. Ini si Ita juga mau ditinggal Bagas."

"Bagas mau kemana,bu?"

"Mau dimutasi ke tambang di Kalimantan." Jawab ibu.

Ita keluar sambil membawa minuman dingin. Ia duduk bersama Asma dan Ibu.

"Bener tuh Bagas mau dimutasi?"

"Bener, Kak... Aku mau ikut tapi takut gak betah. Nanti aja ikutnya kata Bagas. Kalau keadaannya memungkinkan, baru aku diajak kesana."

"Ya udah, ditunggu aja."

"Kak, Mas Adit itu udah masuk tahun kedua kan ya?"

"Iya. Kenapa?"

"Cepat ya. Iya kan, Bu? Bentar lagi sekolahnya selesai, terus tinggal magangnya aja." Jelas Ita.

AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang