Keputusan

152 25 9
                                    

Hy namaku Airen putri rahardi, usiaku 17 tahun. Hari ini aku sedang sibuk dengan barang- barang yang akan ku bawa pindah. Yap...aku akan pindah sekolah, lebih tepatnya pindah dari bandung ke jakarta. Hal ini karna orang tuaku yang punya pekerjaan di sana dalam waktu lama jadi ya..aku juga harus ikut pindah.

Kembali lagi ke aktivitasku, semua hampir selesai hanya tinggal satu sebuah kotak di lemari bajuku, aku mulai membuka kotak itu. Setelah ku buka, semua kenangan itu kembali berputar di otakku lagi.

Kenangan yang membuat hatiku hanya terpaku pada satu nama saja. Ku mulai lihat satu persatu isinya. Ada beberapa surat di dalamnya, kubuka dan ku baca.

Sebuah surat berwarna biru laut, di tulis rapi dengan tinta hitam.

Tanpa ku sadari air mata ku mulai menetes saat membacanya, rasa rindu yang mulai sembuh kini kembali lagi.
Isi surat itu.


Airen, bagaimana kabarmu, maaf gak pernah memberimu kabar. Aku baik- baik saja di sini dan aku juga minta maaf karna gak ngasih tau kalau aku mau pindah. Aku janji aku bakal ngunjunginkamu kalo liburan, kita masih bisa berteman kan Ai?. Oh,ya Ai kamu masih inget kan kita pernah ke taman yang ada kolamnya dan kamu suka banget lihat teratai di kolam itu. Kalau aku ngunjungin kamu aku bakal ngajak kamu ke sana lagi. I miss you Ai
Jakarta, 16 agustus 2013
Dari: Avian

Air mataku bertambah deras saat membacanya, entah sudah berapa kali aku membaca nya sejak 3 tahun yang lalu tapi rasanya tetap sama, yaitu rasa rindu. Kalau di tanya surat dari siapa. Itu surat dari teman kecilku, kami berteman sejak umur 7 tahun.

Dia teman yang paling berkesan bagiku, bukan hanya sekedar teman tapi juga sahabat. Dulu kami selalu bermain bersama, berangkat sekolah bersama sampai menangis bersama.

Sebenarnya aku yang menangis karna kucing peliharaanku mati, tapi dia juga ikut menangis. Katanya sih gak tega lihat aku nangis.

Tapi semua berubah saat dia memutuskan pindah, saat itu kami baru lulus sd dan mau melanjutkan smp. Kita sudah buat janji akan masuk ke smp yang sama, tapi... Tuhan berkata lain, kita berpisah tidak lama setelah pengumuman kelulusan dan yang lebih menyedihkan dia bahkan tidak mengatakan padaku tentang hal itu.
Sekitar satu bulan setelah itu dia baru mengirimku surat dan terkadang menelpon ke rumahku. Namun beberapa tahun- lebih tepatnya-3 tahun yang lalu, dia tidak pernah menelpon atau mengirim pesan padaku lagi. Entah apa yang terjadi, aku sudah berusaha menhubunginya namun hanya kekecewaan yang ku dapat.
Beberapa bulan setelah itu aku memutuskan untuk menjalani hidupku dengan normal dan mulai melupakannya, yaa...walaupun terkadang aku masih membaca surat- surat dari dia hanya untuk sekedar melepas rinduku. Lamunanku tentang masalaluku buyar ketika ibuku mengentuk pintu
"Airen, apa sudah selesai kita akan berangkat sebentar lagi?" seru ibuku
"Iya bu, sebentar lagi" jawabku
"Kalau sudah langsung kedepan ya ayah, ibu dan kakak tunggu di depan. Dan jangan lama-lama airen!" teriak ibuku
"Siap bu"
Aku segera membereskan kotak itu dengan cepat dan menaruhnya lagi di lemari. Aku memang sengaja tidak membawanya dengan harapan aku bisa membukanya kembali bersama Ian. Semoga

Dengan semua barang-barangku, Aku berjalan menuju halaman belakang. Disana sudah ada orang tua dan kakak perempuanku.
"Iren, kenapa lama sekali. Apa kamu gak tau kalau jakarta itu macet hah?!. Kita bisa sampai disana malam hari iren"omel kakakku
"Maaf kak, kalau begitu ayo berangkat" jawabku sambil tersenyum dan membentuk tanda peace dengan tanganku
"Kebiasaan molor waktu jangan di pelihara dong" ketus kakakku
"Rena, sudah jangan marah terus, ayo kita berangkat" kata ibuku bijak
Aku dan kakakku langsung masuk mobil, ibu dan ayah duduk di depan, sedangkan aku duduk di belakang bersama kakakku. Oh ya aku cuma punya satu kakak namanya Rena Sari Rahardi, usianya 5 tahun di atasku dan tadi adalah sedikit adegan perdebatan kami.

Kalau di bandingkan dengan perdebatan yang lain sih itu tadi masih biasa, kadang kita berdebat seperti 2 bela pihak dari negara yang berbeda sedang merapatkan gencatan senjata.

Hehehe gak itu sih terlalu lebay tapi hampir mirip sih suasana tegang dan gak ada yang mau ngalah, pokoknya gitu deh susah buat di jelasin.

Kembali ke cerita

Di sepanjang perjalanan kami di sibukkan dengan pikiran kami masing-masing. Termasuk aku, pikiranku masih berada di rumah yang aku tinggalkan di Bandung, sulit rasanya meninggalkan tempat penuh kenangan terutama kenangan bersama avian.

Sekali lagi aku menghela napas panjang saat mengingat semua masalaluku, kemudian pikiranku berpindah pada kotak berisi surat dari avian.

Aku memutuskan untuk tetap menaruh di tempatnya, keputusan ini bukan hanya karna harapan itu tapi juga agar aku dapat sedikit melupakaknnya. Aku akan memulai hidup baruku di Jakarta tanpa bayangan avian, tadinya aku ingin membakar semua surat darinya tapi karna di dalam hatiku masih berharap dia kembali maka kuputuskan untuk tetap menyimpannya di sana. Pikiran ku tentang kotak itu pun berakhir saat mobil kami berhenti
"Kita sudah sampai, ayo turun" ajak ayah dengan bersemangat
Kami hanya mengangguk untuk menjawab ayah. Sekarang aku berdiri di depan rumah baruku, rumah ini di cat warna biru di luarnya halamannya cukup luas dan pagar berwarna putih. Aku menghela napas dan mulai melangkahkan kakiku masuk ke rumah itu.

Di sini aku akan memulai hidup baruku. Selamat tinggal masalalu dan kuharap bisa bertemu denganmu
Avian

PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang