"Penyekapan di toko perhiasan 'Jewelry', jalan X. Ulangi ...." Terdengar pengumuman dari handy talkie Ketua Tim 3 Divisi Kriminalitas Kepolisian Seoul.
"Tunggu apa lagi? Cepat tangkap pelakunya!" Ketua Tim memberikan gestur kepada empat anak buahnya. Dan mereka langsung berangkat ke tempat terjadinya pencurian.
Kelima orang tersebut buru-buru masuk ke dalam mobil patroli. Seorang yang berwajah seperti orang asing mengambil kemudi dan menjalankan mobil dengan kecepatan maksimal ke alamat tujuan.
Suara sirine yang memekakkan telinga berhasil membuat para pengguna jalan menyingkir dan memberi jalan untuk mereka. Setidaknya hal tersebut berhasil membuat para polisi, yang ada di dalam mobil, tersebut tenang. Namun, sebuah suara berhasil mengalahkan suara sirine tadi.
"Cepat matikan sirinenya! Kau mau si penyandera tahu kalau kita datang dan malah berusaha melukai sandera?" Sang Ketua Tim mulai mengomel.
"Baik, Ketua." Polisi lain yang berwajah sangar hanya menurut. Karena kebetulan ia berada di samping jendela yang paling dekat dengan sirine yang dimaksud oleh ketuanya.
Tak lama kemudian, mobil tersebut sampai di lokasi penyekapan, toko perhiasan bernama 'Jewelry'. Di depan toko tersebut telah diberi batas dengan menggunakan pita polisi. Beberapa polisi pun tampak berkerumun di sana dan di antara mereka ada yang menghalau warga sipil agar tidak mendekati TKP.
Para polisi yang ada di dalam mobil pun segera turun dan ikut berkerumun bersama dengan polisi lain. Sedangkan seorang polisi, yang didaulat sebagai ketua tim, langsung mencari polisi lain yang tadinya memberi pengumuman lewat handy talkie.
"Detektif Jo, bagaimana keadaan di dalam? Dan siapa tersangkanya?" tanya sang Ketua Tim.
"Penyandera adalah Kang Seungwon, tersangka pembunuhan di Apartemen Gangnam Suite. Sepertinya korban menyadari kalau tersangka adalah Kang Seungwon dan ia pun disandera.
Untuk saat ini, kami berusaha mencari pintu lain yang mengarah ke tempat tersangka menyekap korban," jelas Detektif Jo panjang lebar.Detektif tadi pun memberikan denah toko perhiasan tersebut kepada ketua tim yang baru saja menanyainya.
"Di sebelah sini, ada jalan yang terhubung ke pintu belakang. Namun rupanya, tersangka sudah memblokir akses pintu tersebut, Detektif Cha," lanjut Detektif Jo.
Detektif Cha, sang Ketua Tim, memijit kepalanya yang mendadak pusing. Bagaimana caranya mereka bisa masuk kalau semua akses masuk ditutup oleh tersangka? Banyak pertanyaan muncul di pikirannya, sampai akhirnya matanya menangkap sesuatu.
Saluran udara.
"Di mana ujung saluran udaranya?"
***
"Kenapa harus aku?" Salah satu dari anggota perempuan dalam tim tersebut mengeluh. Bagaimana ia tidak mengeluh kalau ketua timnya menyuruhnya untuk masuk lewat saluran udara?
"Karena badanmu kecil, Lee Ahreum." Detektif Cha berusaha meyakinkan --atau mungkin lebih tepat jika disebut memaksa-- anak buahnya itu.
"Tapi, Kihyun ...."
"Kau sudah senior, sedangkan dia masih baru lulus dan belum memiliki pengalaman."
Ahreum pun mendengus sebal sebelum akhirnya menaati perintah ketuanya. Ia merangkak masuk ke dalam saluran udara yang sempit, pengap, dan bagaikan tanpa ujung, sampai akhirnya ia mendengar suara seorang perempuan.
"Tolong ... tolong lepaskan aku. Aku tidak akan melaporkanmu kepada polisi ...." Perempuan tersebut menangis sesenggukan karena pisau Kang Seungwon, tersangka, sangat dekat dengan kulit lehernya.
"Ucapanmu tidak ada gunanya! Lihat di sana! Banyak polisi yang siap menangkapku kapan saja!" Kang Seungwon menjepit leher perempuan itu semakin erat dengan lengannya. Membuat perempuan tersebut kesusahan untuk bernafas.
'Sial!' gumam Ahreum kesal. Ia buru-buru sekaligus hati-hati saat membuka penutup saluran udara, karena kalau tidak, nyawa sandera akan semakin terancam.
Setelah saluran udara tersebut terbuka, Ahreum mencari posisi yang pas untuk turun. Beruntung baginya karena saluran udara tersebut dekat dengan rak pajangan yang tinggi, sehingga ia bisa mendaratkan kakinya di sana. Sayangnya, saat akan menginjak lantai, ia tersandung dan akibatnya ia membuat perhatian Kang Seungwon mengarah padanya.
"Kau polisi?!" Kang Seungwon berseru kencang. Ia pun mendekatkan pisau di tangannya ke leher perempuan yang ia jadikan sandera. "Berhenti di sana atau kubunuh perempuan ini!"
Perempuan yang dijadikan sandera tersebut tak mampu berbuat banyak dan hanya bisa berharap agar ia selamat. Ia berulang kali menggumamkan kata 'tolong' dan terus menangis ketakutan.
"Lepaskan dia! Biarkan aku yang menjadi sandera!" Ahreum berusaha memberikan tawaran, yang disambut dengan tawa oleh Kang Seungwon.
"Ide bagus! Kapan lagi aku bisa menjadikan polisi sebagai sandera?" Ia tertawa semakin kencang. Dengan mudahnya, ia mendorong perempuan yang ia sandera ke arah lain dan berjalan mendekati Ahreum.
"Berikan tanganmu! Aku akan mengikatmu dan memastikan supaya kau terikat dengan benar," ucapnya.
Ahreum tersenyum licik. "Sebaiknya kau memastikan supaya kau bisa keluar tanpa luka dan lebam di tubuhmu."
Tanpa ada peringatan apapun, Ahreum menendang tulang kering Kang Seungwon dan menyebabkannya mengaduh kesakitan. Sebelum ia balas menyerang, Ahreum sudah berdiri dan mengacungkan pistol kejutnya.
"Diam atau kau akan merasakan ngilu yang tidak berbeda jauh dengan tertembus peluru!"
Kang Seungwon tak gentar. Ia berlari menerjang Ahreum sampai akhirnya pistol kejut gadis itu terlempar entah ke mana.
"Sekarang kau yang diam atau pisau ini akan mengoyak isi perutmu!" Kang Seungwon tersenyum sinis.
"Ah, benarkah?" tanya Ahreum dengan nada yang dibuat-buat. Tanpa sepengetahuan Kang Seungwon, ia menerjang laki-laki itu dengan menggunakan kursi sehingga pisau di tangan laki-laki itu pun jiga terlempar.
"Sekarang, kita impas. Kau mau bertarung tanpa senjata yang akan kumenangkan atau menyerahkan dirimu kepada polisi?" Ahreum kembali berusaha membuat kesepakatan dengan Kang Seungwon.
"Hmh, rupanya kau berani sekali menantangku!" Kang Seungwon mengepalkan tangannya dan berniat untuk meninju wajah gadis itu.
Sayangnya, ia tidak mengetahui kemampuan Ahreum.
Ahreum tersenyum tipis sebelum akhirnya menendang dagu, kemudian kepala, dan akhirnya perut Kang Seungwon dengan keras. Laki-laki itu pun akhirnya terkapar lemas di depan Ahreum. Entah bagaimana, ia berhasil menemukan pisau yang tadi terlempar karena Ahreum menendang kakinya. Tapi, sekali lagi, ia juga tidak mengetahui kapan Ahreum menemukan pistol kejutnya.
Saat Kang Seungwon kembali berusaha menusuk Ahreum, gadis itu mengacungkan pistolnya.
Ctek!
Kang Seungwon mendadak seperti kejang-kejang saat efek dari pistol kejut menguasai tubuhnya.
Pada hari itu, akhirnya Tim 3 dari Divisi Kriminalitas Kepolisian Seoul kembali berhasil menorehkan prestasinya dalam menumpas kejahatan.
***TBC***
Bluisherlock☆
16.12.16Keep tagging ma baes: Konata2401, yoon-hana, gimhyeAA, madcha_latte, Jeon_Na_Ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Phantom of The Opera [VIXX - FIN]
Fanfic16 tahun yang lalu, opera adalah salah satu seni pertunjukan yang sangat disukai oleh warga Korea Selatan. Namun, seorang pembunuh misterius bernama Phantom mengubah hal itu. Para pemainnya tewas satu-persatu, menyisakan luka yang mendalam bagi para...