"Sebenernya kita ini maba yang lagi diospek atau petugas kebersihan taman kampus sih?!" Tanya Aruna dengan kesal lebih ke mengomel.
"Udah dikerjain aja jangan bawel." Seru Ari teman satu kelompoknya.
"Ya abisnya kita bukannya pengenalan kampus malah suruh nyapu. Gesrek kali panitianya nyusun acara ginian!"
"Hush! Omonganmu Unaaa nanti kalo ada senior yang denger bisa-bisa kita dikasih hukuman." Popo mulai panik dengan karena Aruna mengucapkan seperti ejekan ke panitia ospek.
"Po, gue dititipin sama ortu di kampus buat dididik yang bener, bukan malah nyapu. Nyapu taman kampus lagi! Ya gak kelar-kelar." Bantah Aruna dan makin tambah kesal.
"Kan emang dijadwal kegiatannya hari ini tuh...." Belum selesai Rita berbicara tiba-tiba salah satu senior ada yang berbicara dengan suara keras, atau lebih tepatnya membentak.
"INGET YA YANG BERSIH! HEY ITU TUH DIBAWAHMU ADA DAUN KERING CEPET PUNGUT! YANG BENER DONG KALO NYAPU, JANGAN LOYO KAYAK GAK DIKASIH MAKAN SEBULAN!" Teriak salah satu panitia ospek cowok berambut gondrong.
Yaelah panitia itu lagi, gak seret apa tenggorokannya teriak-teriak mulu. Batin Aruna melihat panitia yang dulu pernah membentaknya karena ia telat datang saat ospek hari pertama.
Tiba-tiba Aruna punya ide cemerlang.
"Eh eh Unaaa kenapa?? Jangan pingsan disini dong! Aduh kamu bikin repot kelompok kita aja deh!" Ujar Sarah panik sambil menyangga kepala Una yang sebelum membentur rumput taman ia tangkap dulu.
Sialan si Sarah.
Lalu ketua kelompok mulai ikutan panik diikuti anggota kelompok yang lain mulai mengerubungi Una.
"Senior ada yang pingsan!" Teriak Rio, ketua kelompok.
Tiga orang panitia ospek mulai datang, 2cowok dan 1cewek.
"Kenapa nih?" Tanya panitia cowok yang berambut gondrong.
Pingsan lah dikira lagi mabuk apa ya, bego banget sih. Batin Aruna mendengar panitia ospek yang bertanya, padahal jelas-jelas ia bisa melihat kalo Aruna pingsan tanpa perlu bertanya.
"Sie kesehatan mana lagi?" Tanya panitia cewek.
"Cepet-cepet panggilin sie kesehatan!" Perintah panitia cowok yang bersuara cempreng.
Tiba-tiba tubuh Aruna diangkat oleh panitia ospek cowok yang membuat peserta ospek maupun panitia ospek yang melihat kejadian itu melongo dibuatnya.
"Biar saya yang bawa ke klinik." Kata panitia ospek tersebut yang diketahui Aruna bersuara cowok.
Kayaknya pernah denger suara ini deh. Tapi dimana ya? Tanya Aruna heran seperti pernah mendengar suara panitia ini sebelumnya. Ia ingin mengintip siapa yang menggendongnya, namun ia takut akan ketahuan dan malah dihukum. Jadinya, ia memilih tetap menutup matanya.
=================================
Tubuh Aruna perlahan diletakkan ke kasur.
Sepertinya udah sampek di klinik. Akhirnyaaa gue bisa tidur juga.
Beberapa menit berlalu. Ruangan mulai agak sepi.
Mungkin, seniornya udah pergi. Pikir Aruna.
Saat ia akan membuka matanya, suara deheman seorang cowok membatalkan Aruna yang akan membuka matanya.
"Udah, kamu bisa buka mata sekarang."
Lah, ni senior belum pergi juga. Eh tapi, dia ngomong ama sapa? Gak mungkin ama gue. Kan gue lagi pingsan, pura-pura maksudnya. Masa, dia tau gue lagi pura-pura?
"Iya saya tau kamu lagi pura-pura pingsan." Kata senior itu seperti bisa menebak pikiran Aruna.
Gak-gak boleh gue buka mata sekarang, ntar yang ada gue dikibulin terus gue dapet hukuman.
"Kamu bakal dapet hukuman kalo kamu gak buka mata sekarang." Lanjut senior itu lagi yang lagi-lagi seperti bisa menebak pikiran Aruna.
Sialan.
Akhirnya, pelan-pelan Aruna mulai membuka matanya dengan takut-takut.
Ya Allah, semoga hamba abis ini gak kena omelan senior lagi, hamba udah kenyang dapet omelan. Doa Aruna saat akan membuka mata.
Pertama kali yang ia lihat saat membuka mata adalah senyuman seorang cowok yang membuatnya malah jadi kaget.
Orang ini lagi.
"Saya tau kamu lagi pura-pura pingsan." Kata senior itu.
"Lagian masa acara kegiatan ospek disuruh bersih-bersih taman kampus. Kan ospek pengenalan kampus kak bukan bersih-bersih kampus." Kata Aruna dengan sebal.
"Loh kamu lupa ya? Hari ini kan memang jadwal kegiatannya kerja bakti sebagai salah satu upaya meningkatkan kerja sama antar anggota kelompok dan kepedulian terhadap lingkungan. Ini udah dijelasin waktu pra ospek. Jangan-jangan kamu gak dengerin ya waktu saya ngomong?" Tanya senior itu dengan curiga.
"Eh dengerin kok. Cuma.... Lupa." Jawab Aruna dengan senyum malu.
"Ya pokoknya maaf deh kak. Tolong jangan hukum saya senior. Saya beneran capek nyapu taman kampus yang luasnya 2x lapangan bola." Kata Aruna dengan nada memohon sambil menyatukan kedua telapak tangannya seperti seorang narapidana yang meminta keringanan hukuman kepada polisi.
"Tadinya saya gak mau hukum kamu. Tapi berhubung kamu gak panggil saya dengan sebutan yang sudah kamu sepakati dengan saya. Saya bakal aduin kamu ke panitia lain, biar kamu dihukum karena sudah bohong." Putus senior itu.
"Yaaahhh kok gitu? Yaudah maaf senpai. Jangan dilaporin ke panitia lain ya, plissss?" Mohon Aruna.
Senior itu tampak berpikir dan kemudian berkata, "oke."
Aruna tersenyum senang namun hanya sebentar, detik berikutnya, senior itu melanjutkan perkataannya.
"Tapi ada syaratnya."Aruna hanya memutar bola matanya dengan malas.
=================================
28-07-2016
Ditunggu vommentnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kasih Kampus
Novela JuvenilJadi anak kos, maba, adaptasi, homesick, jatuh cinta, sakit hati, individual, persaingan itu semua dirasakan Aruna saat resmi menjadi mahasiswa. "Mau pulang, kangen kasur kamar di rumah." - Aruna, maba gak tau apa-apa.