AALove2~7

15.8K 1.9K 58
                                    

~Sisi Point Of View~

"Ihh dede Ima lucu banget," Aku menowel pipi sepupu kecilku yang berada dalam gendongan mamahnya. Istri dari om-ku,Tante Tia, ketika kami bertemu saat berkunjung kerumah oma.

"Nggak pingin punya sendiri, Si?" tanya Tante Tia memandangku dan Digo yang sedang ada dibelakangku memperhatikan Ima.

"Pingin tante," jawab Digo membuat aku menyikut perutnya.

"Tuhh, Abang Digo aja pingin punya kayak Ima, cepetlah resmi biar punya!" suara Om Sina, papahnya Ima menyeletuk membuat aku tersipu sambil mengambil Ima dari gendongan mamahnya.

"Ini yang nggak siap kayaknya Kak Sisi deh ya Ima," towel Tante Tia kepipi Ima yang menggeliat digendonganku. Ima terlihat menguap.

"Ihh, Ima ngantuk Tante..." ucapku.

"Empuk ya Ima, kak Sisi makanya jadi ngantuk!"'kata Tante Tia. Aku ingin menyerahkan Ima kembali.

"Tunggu dulu kak Sisi, foto dulu sama Ima..." pinta Tante Tia.

"Yuk yuk foto..." sahutku sambil siap difoto dengan Ima yang agak terkantuk digendonganku.

"Sama Kak Digo juga, ayoo!" Tante Ima mendorong bahu Digo mendekati kami dengan kamera handphone yang sudah siap ditangannya.

"Siap ya, satu dua tigaaa...."

Cekrek!

"Hmm...hmmm udah kayak keluarga kecil aja inii..." Om Sina yang ada dibelakang istrinya memperhatikan aku yang sedang menggendong Ima dan Digo yang berdiri disebelah kiriku sambil beralih kehasil foto.

"Cieeeee.....pas ya pah!" Seru Tante Tia sambil menunjukkan handphonenya.
Aku dan Digo saling melirik sambil tersenyum. Aku malu.
Selalu banyak godaan seperti itu  ketika kami bertemu diacara keluarga.

Menjalani hubungan dengan komitmen yang serius tetapi tak diumbar-umbar itu bukanlah hal yang mudah, apalagi usiaku dan Digo masih muda. Setahun, dua tahun, tiga tahun tak mudah kami lewati.

Posisi Digo sebagai satu-satunya pria diantara dua wanita yang menjadi tanggung jawabnya yaitu umi dan Flo juga ditambah dengan aku plus usahanya yang dimulai dari awal lagi membuat Digo harus bekerja keras untuk hidupnya.

Orangtuaku cuma minta dia memiliki usaha tetap, bisa bertanggung jawab dan dia harus dekat dengan Tuhan agar bisa membimbingku kearah yang lebih baik, aku rasa bukan hal yang terlalu berat bagi Digo meskipun Digo harus berusaha keras.

"Biar aku aja yang kaya..."

Aku pernah berucap begitu didepan mama ketika aku merasa kasihan pada Digo saat melihat dia susah payah ikut terjun menyebar bibit ikan kecil ditambak barunya. Ikan-ikan kecil ditempatkan terpisah dengan ikan yang besar agar yang kecil tidak dimangsa yang besar.

Aku tak tega melihat Digo kepanasan dengan topi lebarnya menyebar bibit dengan kaos lengan pendek dan celana pendeknya.

"Ncit, sini dulu istirahat," aku menghampirinya dengan membawa payung.
Hari itu udara benar-benar panas. Sinar matahari serasa menusuk kulit. Aku melihat kulit lengan Digo mengkilap beradu dengan cahaya matahari. Aku menyentuh lengannya dengan telapak tanganku.

"Panas Digo..."

"Dikit lagi," sahut Digo.

"Buka tambak baru berapa?"

"Lima, sayang," Digo sambil terus mengerjakan menyebar bibit ikan kecil dari dalam ember.

"Lima? Kamu sendiri yang ngerjain?" Aku membelalakkan mata.

All About Love 2 (Setia & Jaga Hati)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang