t e m p u r a

91 22 8
                                    

🍡

Ada penjual tempura keliling
yang setia mangkal di depan sekolahku.

Bu Ira, guru biologiku,
tak pernah bosan
melarang siswa-siswinya
membeli tempura di depan sekolah.

Ia bahkan tidak segan
menjewer telinga muridnya
yang sedang asyik makan tempura,
lalu membuang tempuranya
secara paksa.

Dan tebaklah,
siapa yang paling sering dijewer.

"Jangan beli tempura,
banyak pengawetnya!"

"Aduh, Nak.
Kalo jajan mbok ya yang sehat,
jus wortel ta, atau stik bayam!"

"Yang ketauan beli tempura nilai ulangannya saya kurangi tiga puluh!"

"Ya ampun, Nak! Kamu kasih saos? Itu racun, Nak! Racun!"

Aku tersenyum mengingat masa-masa itu.

Sekarang, Bu Ira berada di depanku,
bukan untuk memarahiku
tapi untuk menyelamatiku.

"Wah, jadi juga kamu, Dri! Selamat ya! Langgeng sampai kakek-nenek!"

"Makasih, Bu!"

"Oh ya,"
beliau menunjuk ke salah satu
stand makanan,
"mentang-mentang sekarang
sudah bukan murid Ibu
kamu bisa bebas makan tempura ya?
Ngapain pake bikin stand tempura?
Makanan lain kan banyak, Nak!"

"Sssst, sudah, Bu! Tempura itu enak!"

Sekali lagi, Bu Ira menjewer telingaku.

🍡

AppetizerWhere stories live. Discover now