Met siang, ini Dek Aram dan si Abang datang lagi. Hehehe...
======000====
"Ayah? Bunda?"
Jalal dan Jodha yang sedang asyik makan siang itu tersentak kaget. Jodha bahkan hampir tersedak. Keduanya mendongak menatap Aram yang berkacak pinggang dengan raut wajah jengkel. Hal yang sudah mereka duga sebelumnya. Sedangkan Rahim yang berdiri disamping Aram hanya bisa mengulum senyum melihat ekspresi kedua mertuanya itu.
"Siang Sayang." Sapa Jalal tersenyum lebar tanpa merasa bersalah sedikitpun. Sedangkan Jodha hanya diam dengan wajah memerah. Dia sebenarnya malu kepergok putrinya, namun sepertinya suaminya terlihat santai saja.
"Ayah, tolong jelasin kenapa Ayah sama Bunda ada disini? apa jangan-jangan tadi malam kalian nginap disini ya?" selidik Aram. Jalal masih tersenyum lebar.
"Duduk dulu Sayang. Nanti Ayah jelaskan. Kalian belum makan siangkan? Ayo duduk, Rahim ajak istrimu duduk dulu." Rahim mengangguk.
"Ayo Dek, duduk dulu. Ayah benar, nggak usah emosi gitu. Bukan masalah besar juga kan?" Aram cemberut, namun menuruti perintah suaminya. Jodha berpindah duduk yang asalnya berhadapan dengan Jalal menjadi duduk disampingnya.
"Gimana nggak masalah besar Bang, Zee sama Fee kebingungan karena Ayah sama Bunda pergi nggak bilang-bilang." Gerutu Aram sembari duduk, dan Rahim duduk disampingnya.
"Siapa bilang Ayah nggak ngasih tau." Sahut Jalal membela diri, "Ayah sudah SMS Zee dan bilang kalau Ayah dan Bunda kamu nggak pulang."
"Ya tapi nggak gitu juga Yah, mestinya Ayah bilang pergi kemana gitu, dan ada urusan apa? Jadikan kami nggak bingung." Jalal terkekeh. Sementara Jodha masih terdiam, dia masih merasa malu. Sedangkan Rahim hanya diam menyimak sembari tersenyum menyaksikan anak dan ayah itu berdebat.
"Apa harus Ayah kasih tau urusan Ayah sama Bunda kamu? Apa saja yang kami lakuin? Hm?" tanya Jalal dengan jahil. Jodha memukul pelan tangan suaminya. Jalal menoleh, kemudian tertawa sebelum mengalihkan pandangannya kepada Aram kembali.
"Emang apa yang Ayah sama Bunda lakuin?" Tanya Aram tidak kalah usilnya. Dia mencondongkan tubuhnya mendekati ayahnya. Alis Jalal naik sebelah.
"Beneran kamu pengen tau?"
"Yah!" tegur Jodha, Jalal menoleh dengan senyuman yang tidak hilang dari bibirnya, "sudah dong, Bunda malu nih." Jodha menatap Aram, "Sayang, sudah ya. Bunda sama Ayah minta maaf karena sudah membuat kalian khawatir. Lain kali Bunda akan bilang kok kalau ingin kemana-mana lagi." Aram mengerucutkan bibirnya masih belum terima.
"Aram cuma pengen tau apa yang Ayah dan Bunda lakuin tadi malam?" wajah Jodha memerah, sedangkan Jalal terkekeh. Benar-benar tidak ada malunya tuh anak. Rahim hanya bisa menggeleng. Mau melarang, gimana lagi? Istri dan ayah mertuanya itu sama-sama mesum. Jadi ya dibiarkannya saja.
"Emang kamu tadi malam ngapain sama suami kamu? Hayoo?" tanya Jalal mengedipkan matanya. Aram tersenyum miring.
"Mencetak gol, dan bikin cucu buat Ayah sama Bunda." Sahut Aram dengan cuek. Jalal kembali tertawa.
"Berhasil?"
"Tentu dong. Menantu tentara begini masa tidak berhasil sih Yah?" Jalal tergelak.
"Ah iya. Kamu benar Sayang. Malu dong kalau sampai nggak bisa menjebol gawang kamu ya?" Aram terkekeh.
"Ayah, Aram. Sudah. Ini tempat umum. Malu didengar orang." Tegur Jodha. Dia sudah merasa jengah dengan pembicaraan suami dan putrinya yang mesum itu. Sementara Jalal dan Aram hanya cengengesan saja. Lagi-lagi Rahim hanya bisa menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIARKAN AKU JATUH CINTA
ФанфикAku bukan ingin mencintai karena nama dan kekayaan. Aku hanya ingin cinta yang sederhana, tidak rumit dan nyaman. Karena itu aku jaga hatiku agar tidak mudah luruh terhadap segala rayuan. Aku hanya ingin mencari yang benar-benar tulus, bukan hanya c...