10

127 13 1
                                    

Aku membawanya ke taman sekitar sungai Han, berharap ia tidak keberatan aku mengajaknya ke tempat seperti ini.

Kami berjalan di sekitar taman sambil berpegangan tangan. Aku lupa membawa topiku, walaupun begitu aku bahkan tidak peduli jika orang memperhatikanku dengannya, aku bahkan merasa bahagia.

"Apakah kau baik-baik saja berjalan di sekitar taman seperti ini?" tanyanya padaku.

Wow, dia bisa membaca pikiranku?

"Kenapa? Apa kau malu?" godaku.

"Tidak, tidak, bukan itu yang kumaksud. Kau adalah publik figur, apa baik-baik saja untuk membuka diri dihadapan orang-orang seperti ini?" ia mengangkat tangannya tingi sehingga aku bisa melihat tangan kami yang menaut berpegangan satu sama lain.
Aku tertawa, "tidak apa-apa dik."

Ia menghentikan langkahnya.

"Apa kau masih menganggapku sebagai adikmu?" tanyanya terlihat kesal.

Aku menarik tanganku dan menangkupkan tanganku diwajahnya.

"Dengar oke? Kau adalah segalanya bagiku. Adikku, sahabatku, musuhku." jawabku.

"Bukan orang yang kau cintai?" ia mengerutkan alisnya dan melangkah meninggalkanku.

Aku berjalan tetap mengikutinya dari belakang.

"Kenapa kau mengikutiku?" tanyanya sambil tetap berjalan tanpa menengok kearahku, suaranya terdengar lucu.

"Kenapa? Tidak ada tanda untuk tidak mengikutimu," jawabku meledek.

Tiba-tiba ia menghentikan langkahnya, membuatku menabrak punggungnya dan membuatnya hampir terjatuh.

"Hah, bisakah kau berjalan dengan mata mu?" ia cemberut, mukanya nampak kesal.

"Aku minta maaf, tapi aku berjalan menggunakan kaki ku," godaku.

Ia tampak bertambah kesal.

"Kalau begitu perhatikan langkahmu," tambahnya lagi.

"Maaf, tapi yang ku perhatikan sedari tadi hanya kau."

Ia memukul pelan lenganku lalu berlari pergi.

Aku tertawa begitu kencang, bagaimana mungkin aku bisa membuat lelucon payah seperti itu?

Ia duduk di salah satu bangku dan menyenderkan punggungnya dikursi.

"Apa kau lelah sekarang?" tanyaku.

Ia hanya menganggukan kepalanya.

"Nah, jangan bilang kau marah padaku."

Sekarang, ia hanya menggeleng.

"Aku hanya mengerti apa arti tanda plang yang berada dijalan raya. Bukan apa yang perempuan coba katakan," aku berdiri meninggalkannya.

Tidak, aku tidak meninggalkan ia sendirian. Aku hanya ingin membeli minuman untuknya.

"Ini," aku kembali dan menyerahkan botol minuman padanya, ia mengambil dan langsung menenggak isinya.

"Hya, bisa kau berhenti melakukan itu? Aku tahu kau merindukanku," kataku.

Ia melemparkan tatapan sinisnya kearahku.

"Apa?"
Aku mengangkat alis merasa bingung.

----

A/n:
Hai! Tbc yaaa😛

Seize Her.Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin