7. Sedikit Kekhawatiran, Dan Kesedihan Yang Terungkap

41 2 1
                                    

"Tanda tangan pengunjung dulu dik." Tegur penjaga perpustakaan saat aku ingin duduk di salah satu tempat duduk di perpustakaan

"Eh—iya lupa hehe" Ucap Aeliyn terkekeh kembali bangkit dan menuju kearah meja penjaga perpustakaan aeliyn melangkahkan kakinya setelah dia menandatangani buku pengunjung disekolah.

Aeliyn mengambil buku Tere Liye yang berjudul Berjuta Rasanya Entah, dia sangat menyukai beberapa novel-novel dari Tere Liye, Dan dia bukan adalah salah satunya penggemar novel Tere Liye, Bundanya termasuk.

Aeliyn membuka lembar demi lembar membacanya dengan saksama, Sering kali ia menaikkan kacamata yang terasa longgar.

Tiba-tiba Aeliyn terpaku dengan satu kata oleh novel Tere Liye yang satu ini di salah satu halamannya.

"Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu. Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian dari hidup kita. Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah cara terbaik mengatasinya. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan dia akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru yang lebih bahagia.

Apakah mudah melakukannya? Itu sulit. Tapi bukan berarti mustahil."

Kata-kata itu membuat udara di permukaan atmosfer didunia ini serasa direbut, membuatnya kesulitan bernafas.

Berdamai dengan masa lalu? Tidak, itu tidak semudah yang kalian fikirkan. Berdamai dengan hati kalau dia sudah pergi, melapangkan dada jika dia sudah pergi bersama yang lain, Berdamai dengan kenangan-kenangan yang baginya sekarang adalah kenangan yang menyesakkan, tidak perlu diingat. Berdamai memantapkan hatinya kalau ia suatu saat akan pergi meninggalkan dirinya layaknya dia meninggalkan kamu? Tidak, Itu tidak mudah. Tapi benar, bukan berarti mustahil. Ah—entahlah sulit.

BUGH

Aeliyn tersentak langsung menyeka air matanya yang tidak sadar sudah ada diujung pelupuk mata

Tiba-tiba ada cowok yang datang membanting dirinya dipojok lantai perpustakaan dengan baju yang berantakan, darah diujing bibir dan lebam-lebam, dan nafasnya ter engah-engah

Tubuh Aeliyn menegang melihat cowok itu dan mencoba menghampiri perlahan melihat siapa cowok tersebut

"Lo—lo gapapa?" Ucap Aeliyn dengan takut-takut menepuk pundaknya

Cowok itu langsung menegakkan badannya

"Revaldy?!" Mata Aeliyn terbelalak sempurna melihat lelaki didepannya kali ini. Aeliyn menatap revaldy dengan tersentak. Entah, dapat keberanian darimana Aeliyn melangkahkan kakinya menghampiri revaldy yang tersungkur di lantai sambil meringis memegangi ujung bibirnya yang terdapat luka lebam disana.

"Lo kenapa?" Ucap Aeliyn bersimpuh lutut kali ini menatap sepersekian detik wajah revaldy

Revaldy hening sejenak menatap sinis kedua mata cokelat legam milik Aeliyn "Ya menurut lo gue kenapa?"

"yakan maksud gue gara-gara apa" Ucap Aeliyn memelankan nada suaranya, Aeliyn tau revaldy sedang diujung puncak amarah jadi Aeliyn lebih baik mengalah saja.

"dicipok setan." Tutur revaldy asal

"Apaansih anjing orang lagi serius." Ucap Aeliyn emosi nya meledup juga karna suasana lagi begini, revaldy malah bercanda yang menurut Aeliyn tidak lucu sama sekali.

"Ya anjing orang kan yang serius." Ucap Revaldy lalu kembali meringis

"Revaldy!"

"Apaansih, lyn?" Ucap revaldy kali ini mendongak dan menatap aeliyn yang sudah amarahnya memuncak

Revaldy & AeliynTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang