2.1.1 Definisi Trauma Abdomen
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk.
2.1.2 Etiologi Trauma Abdomen
1. Penyebab trauma penetrasi (Trauma tajam)
1) Biasanya berkaitan dengan tikaman atau luka tembak
2) Mungkin berhubungan dengan luka pada dada, diafragma atau retroperitonial
3) Hati dan usus kecil biasanya organ yang paling sering rusak
4) Luka tikaman bisa tidak menembus peritoneum dan sering ditangani dengan konservatif (Caterino,2003;251)
Mekanisme : Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong. Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka tusuk tersering mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan colon (15%). Luka tembak mengakibatkan kerusakan yang lebih besar, yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan seberapa besar energi kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering mengenai usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%) dan pembuluh darah abdominal (25%) (American College of Surgeon Committe on Trauma,2004).
2. Penyebab trauma non-peneterasi (Trauma Tumpul)
1) Biasanya dikarenakan karena kecelakaan lalulintas
2) Kasus lain disebabkan karena terjatuh (Caterino,2003;251
Mekanisme : Suatu pukulan langsung, misalnya terbentur pinggiran stir ataupun bagian pintu mobil karena tabrakan, bisa menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury terhadap organ viscera. Kekuatan seperti ini dapat merusak organ padat maupun organ berongga, dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ yang distensi (misalnya uterus ibu yang hamil), dan mengakibatkan perdarahan maupun peritonitis. Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ viscera sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman (misalnya seat belt jenis lapbelt ataupun komponen pengaman bahu) tidak digunakan dengan benar. Pasien yang cedera pada saat suatu tabrakan motor bisa mengalami trauma deselerasi dimana terjadi pergerakan yang tidak sama antar suatu bagian yag terfiksir dan bagian yang bergerak, seperti suatu ruptur lien ataupun ruptur hepar (organ yang bergerak) dibagian ligamentnya (organ yang terfiksir). Pemakaian air-bag tidak mencegah orang mengalami trauma abdomen. Pada pasien -pasien yang mengalami laparotomi karena trauma tumpul, organ yang paling sering mengalami trauma adalah lien (40-55%), hepar (35-45%) dan usus halus (5-10%). Sebagai tambahan, 15% nya mengalami hemetoma retroperitoneal. (American College of Surgeon Committe on Trauma,2004)
2.1.3 Klasifikasi Trauma Abdomen
Trauma pada abdomen dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :
Trauma penetrasi (Trauma tajam) : luka tusuk dan luka tembak menyebabkan kerusakan jaringan karena laserasi atau terpotong. Luka tembak kecepatan tinggi mengalihkan lebih banyak energy pada organ-organ abdomen mengingat peluru mungkin berguling atau pecah sehingga menambah efek cedera yang lebih berat (Modul Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)
Trauma non-penetrasi (Trauma tumpul) : akibat trauma benda tumpul dapat mengakibatkan rusaknya organ padat atau berongga yang menyebabkan rupture, dengan perdarahan sekunder dan peritonitis. Pada penderita yang dilakukan lapaorotomi oleh karena trauma tumpul organ yang paling sering terkena adalah limpa (40-55%), hati dan hematoma retroperitoneum (Modul Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat, 2008)