Pagi ini seperti biasa, Ryan menjemput Rara untuk berangkat sekolah bersama. Padahal semalam keduanya habis bertengkar, tapi pagi ini seperti tidak ada beban bagi Ryan.
"Pagi Raraaa" sapa Ryan sambil tersenyum lebar ketika Rara sudah keluar dari rumah dan berjalan menghampirinya.
"Ya." Jawab Rara jutek. Karena baginya, kejadian tadi malam adalah sesuatu yang membuat dirinya marah. Sangat marah. Banyangkan saja bagaimana rasanya jika sedang marah lalu malah ditinggal begitu saja?. Ugh, good job, Ryan. You deserve it.
"Yaampun Rara ini masih pagi lho, jangan marah dong. Nanti dijalan kita cari pokemon deh, gimana?"
"Gak lucu." Jawab Rara singkat, sambil menaiki motor Ryan. "Udah deh jalan buruan. Gue nggak mau telat."
"Sorry, Ra" kata Ryan sambil menunduk, ia merasa bersalah. Lalu Ryan-pun menyalakan motornya dan melajukan kendaraannya itu menuju Sekolah.
*****
"Ra, Ryan minta maaf ya.... Maaf semalem Ryan kayak anjing" kata Ryan memecah keheningan diantara mereka selama diperjalan.
"Hm" jawab Rara singkat.
"Ra, tapi suer deh semalem gue beneran baca komik kok, bukan macem-macem kayak yang Rara pikirin"
"Gue nggak suka aja sama cara lo, Ryan." Jawab Rara sambil membuang pandangannya ke jalan. "Lo tau kan gue paling nggak suka kalau lo salah tapi malah pergi gitu aja, bukannya minta maaf, eh malah turn off hape."
"Iya gue tau, Ra, gue tau. Mankanya gue minta maaf, Ra."
"Hm" jawab Rara singkat (lagi).
"Yaudah, kita baikan yaa?" Tanya Ryan memastikan.
"Ya."
"Makasih Raraaaaaa" kata Ryan, sambil menggenggam tangan Rara menggunakan tangan kirinya. Sementara tangan kanannya masih fokus memegang stir motor.
Tak sadar, senyum Rara mulai mengembang. Ia blushing.
Ryan memang juara. Mampu membuat Rara dipuncak emosi, tapi mampu membuat Rara tersenyum kembali.
*****
Kali ini kelas Rara sedang pelajaran Bu Dwi, guru Bahasa Indonesia. Sedangkan Ryan sedang pelajaran biologi. Rara terkenal sebagai anak yang pintar dan hormat kepada guru-guru di Sekolah ini. Tak heran jika Bu Dwi sangat menyukai Rara. Bahkan bukan hanya beliau yang menyukainya. Hampir seluruh guru disini menyukai Rara.
Berbanding terbalik dengan Ryan. Dari kelas 10, ia memang terkenal bad boy. Langganan keluar-masuk ruang BP. Kerjaannya cabut pelajaran, dan lebih memilih ke Gudang sekolah bersama teman-temannya untuk merokok. Kadang, bahkan Ryan suka bolos sekolah dan nongkrong di warung tongkrongannya bersama teman CSannya, yaitu Dirga, Refin dan Bayu.
Kalau ditanya dimana peran Rara saat itu? Tentu saja Rara sudah melarangnya habis-habisan. Bahkan tak jarang pula mereka harus bertengkar karena masalah itu. Rara melarang Ryan untuk bolos ataupun cabut, tetapi Ryan tidak mengikuti perintah Rara dan lebih memilih ikut bersama CSannya. Alasannya, 'alah baru pacar aja udah ngelarang-ngelarang mulu'.
Mungkin Ryan melakukan hal tersebut karena masih terbawa oleh sikap bocahnya saat ia masih SMP. Tetapi bukan Rara namanya kalau harus menyerah untuk membuat Ryan jadi lebih baik. Segala cara sudah dilakukan Rara sejak mereka kelas 10, awalnya Ryan selalu melawan. Tetapi sekarang, saat menginjak kelas 11 Ryan sudah mulai berubah. Ia sudah tidak pernah bolos sekolah, cabut pelajaran pun sudah jarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFIDELITY.
Teen FictionApakah hubungan ini seolah-oalah hanyalah lelucon bagimu? Bertahun-tahun bersama namun hanya hitungan bulan bagimu? Entah apa yang membuatmu pergi, saat ada ratusan cara untuk tetap tinggal. Apakah kekuranganku yang akhirnya meruntuhkan kesetiaanmu...