Tujuh puluh delapan menit. Ia duduk disini selama lebih dari satu jam. Empat puluh delapan menit lebih lama dari biasanya. Ia sudah mengirim pesan pada Manager Shin sejak ia sampai disini. Dan tugasnya sekarang hanya perlu menunggu sampai pegawai kepercayaan ayahnya itu datang.
Dua menit setelah ia mengamati jam tangannya, kepala polisi -polisi Nam- menyuruhnya keluar setelah diberi jaminan. Ah. Kepala polisi ini, kenapa tidak dari tadi saja menyuruhnya keluar. Toh dia juga pasti tahu kalau dia akan dibebaskan cepat atau lambat. Dia sudah sering datang kemari.
"Nona, apa yang terjadi kali ini?"
Kim menerima manthel putih bulu yang disodorkan Manager Shin dan memakainya dalam satu gerakan cepat. Jadi ia tidak perlu repot menarik dress hitam mini yang panjangnya dua jengkal diatas lututnya.
"Kau tahu apa yang terjadi Manager Shin."
Tersenyum sambil lalu dan berjalan mendahului Manager dengan melepas anting - anting perak bulat dengan bandel kupu kupu ditengahnya. Ditambah 'killer heels' metalik limabelas senti penampilannya cantik. Terkesan seksi dengan lipstick tebal merah menyala yang membuatnya tampak beberapa tahun lebih tua dari usianya yang baru menginjak 17 tahun.
"Nona muda... Anda."
Hening sejenak, "Anda tidak bisa bersikap begini terus." Ucapnya lirih pelan nyaris tak terdengar.
Tapi Kimberley berhenti, menyimak dengan baik ucapan Manager Shin. Bibirnya tersenyum tipis, tidak melengkung hanya membentuk garis lurus.
"Jadi kau bosan Manager." Ucapnya tak kalah lirih.
Mereka masuk ke dalam Audi hitam dan melaju membawa nona mudanya kembali ke rumah.
- -
"Kau tahu tidak kemarin ada murid sekolah kita tertangkap polisi di bar gangnam."Bisik - bisik yang ia dengar pagi ini gerombolan perempuan yang memandanginya ingin tahu. Tidak banyak yang berani menatap matanya langsung. Sebagian besar hanya berbisik - bisik saat ia lewat tanpa benar - benar menatapnya. Yeah. Hanya mulutnya saja yang besar. Tanpa nyali samasekali.
Ia tersenyum sinis pada gadis berambut coklat yang berdiri beberapa meter di depannya. Gadis itu mengenakan seragam lengkap. Rambutnya dikucir tinggi dan digulung di puncak kepala. Menyisakan anak rambut di sisi kanan - kiri poninya.
"Guru In akan menemuimu sebentar lagi. Bagaimana ini? Apa sebaiknya kau bersembunyi?"
Mimiknya khawatir dibuat - buat dengan suara serak dimanja - manjakan. Terdengar menggelikan bagi Kim.
Kim tersenyum lebar, "Aku akan keluar dari sini. Jadi tenang saja tidak akan ada yang mengganggu Ken-mu." Ucapnya ringan,
"Itupun kalau Ken tertarik padamu."
Ini satu satunya yang dia sukai di sekolah. Hani. Jung Hani. Gadis ini tikus mainan yang bisa ia mainkan kapan saja. Tikus percobaannya yang mudah dikendalikan.
Terang saja mendengar ucapan Kim wajahnya berubah masam.
"Tidak masalah. Kau enyah. Itu sudah cukup."
Cah benarkan? Begitu saja sudah terpancing. Setelah ini tikus mainanya akan berteriak - teriak menyumpahinya. Dan itu bagian yang ia sukai.
Namun tepat saat Hani akan memakinya Guru In datang dan menyuruhnya menemui kepala sekolah. Ah. Ia benar - benar tidak akan dilepaskan kali ini. Jadi selamat tinggal sekolah- emm sekolah apa ini- pokoknya selamat tinggal saja lah.
- -
"Pelayan Cha. Antarkan makan siangku ke kamar."Dari banyak pelayan yang bekerja pada ayah -Tuan Park- hanya sedikit yang kusukai. Maksudku orang itu tidak cerewet mengaturku atau menuruti perintah ayah begitu saja. Salah satunya Bibi Han. Yang sudah bekerja puluhan tahun sejak aku kecil lalu Manager Shin, Martha -putri dari adik bibi Han- Usia Martha tujuh tahun diatasku dan dia sangat cerewet. Aku suka karna dia terlihat seperti kakakku. Sayangnya Martha bukan salah satu pelayan disini. Dia hanya menggantikan Bibi Han jika sewaktu - waktu bibi tidak bisa bekerja. Martha juga sering berkunjung untuk membantu bibi Han. Tapi itu hanya terkadang.
Ah satu lagi. Kepala Staff. Meski aku tidak menyukai banyak pegawai ayah tapi kepala staff, aku membencinya. Sama seperti dia juga membenciku- menurutku. Dia selalu menatapku dengan mata menyipit seolah aku akan terintimidasi. Dan diam - diam aku menertawakannya. Aku Kimberley. Jadi kenapa harus terintimidasi. Seorang putri -pewaris tahta- perusahaan. Erlleano Inc. Yang bergerak di bidang elektronik dan property dan satu satunya pewaris tungal. Aku bisa memecatnya kapan saja. Hanya saja itu sulit kulakukan sekaranh. Kepala staff itu masih menjadi kesayangan ayah sekarwng. Ugh.
Kim tersenyum miring menuruni tangga dengan mata yang terus menatap Hyun Sik. Paman tua yang mungkin umurnya sama tuanya dengan ayah yang sejak dulu menjadi kepala staff itu menyuruhnya turun dan menemui ayahnya atau ia lebih senang memanggilnya Tuan Park.
Ia yakin pak tua ini sudah mengadukannya pada Tuan Park. Eh ayahnya. Tentu saja sehari setelah ia menemui kepala sekolah dia melihat mobil Tuan Park parkir di sekolahnya dan di tahu- mustahil- ayahnya yang datang. Itu pasti kepala staff. Berikutnya adalah legiatannya mengemasi loker dan pulang bersama kepala staff. Lumayan hari itu dia pulang 3 jam lebih awal dari jadwa biasanya.
Tuan Park-maksudku ayahku memberi ceramah sedikit mengenai bagqimana aku harus bersikap. Juga bagaimana ia harus memiliki etika yang baik saat sekolah. Pokoknya tentang ia yang harus menjadi gadis manis, lugu yang sopan. Ugh. Membual saja.
"Bibi Han buatkan aku pasta kacang, telur gulung dan tiramisu yang belum kuhabiskan kemarin."
Kim sudah ,engganti seragamnya dehgan kaus abu - abu panjang serta hotpants putih lengkap dengan sandal rumah warna putih berbulu. Saat menarik kursi makan, ada keganjilan yang dia lihat. Laki - laki dengan seragam hitam berdiri memunggunginya dengan satu tangan memegang spatula dan tangan yang lain menyalakan kompor.
Oh sial. Hyun Sik benar - benar tahu membuat harinya buruk. Tanpa bicara apapun ia mendorong kursinya lagi ke belakang dan pergi begitu saja ke kamarnya.
- -
Tidak sampai lima menit setelah ia membuka komputer, pintunya diketuk seorang pelayan dengan nampan penuh makanan yang dipesannya tadi juga jus jeruk."Lusa anda akan kembali sekolah. Besok seragam baru Anda akan diantar."
Kim memandangi pelayan laki - laki itu dan membuatnya salah tingkah dengan tatapan menelitinya.
Kata - katanya tidak lancar saat mengatakan, "I..itu..Yang dikatakan Kepala Staff. Saya permisi." Ucapnya menunduk dan terburu - buru keluar kamar.
Kim mendengus. Dalam satu hari ia berganti sekolah. Hari ini dikeluarkan, lusa sudah berangkat lagi. Hebat. Itu yang dinamakan kekuasaan?
- -
Gossip itu benar. Maksudnya jika begitu, itu bukan gossip tapi memang fakta. Hari ini ia berangkat ke sekolah baru dengan Kepala Staff sebagai supirnya."Nona ini sekolah kedua dalam tiga bulan terakhir. Saya harap anda betah disini."
Kimberley menatapnya datar dari spion, bibirnya tersenyum sinis, 'Berdoa saja kalau begitu.'
Lalu bibirnya tersenyum lebar begitu keluar mobil. Kira - kira hal seru apa yang bisa kulakukan disini.
Langkahnya berhenti, pandangannya mengitari gedung sekolah barunya. Hal pertama yang menyelinap dalam pikirannya membenarkan gossip teman - temannya disekolah lama. Ia berada di pelataran sekolah dan melihat murid - murid lain yang memarkirkan mobilnya rapi. Sepertinya terlalu berlebihan jika untuk sekolah saja mereka membawa Lexus yang pada akhirnya hanya akan teronggok di tempat parkir menunggu majikannya selesai sekolah. Tapi baru saja Lamborghini Reventon melewatinya dan juga berhenti di tempat parkir. Ooh ia mulai paham. Mobil mewah untuk sekolah. Sepertinya itu adalah budaya. Peduli apa dia.
Langkahnya terhenti saat menemukan wanita dengan rambut sebahu berdiri di depannya. Ia berdiri di koridor kelas. Dengan loker - loker di kanan kirinya. Ah sepertinya ia akan diganggu di hari pertama masuk.
To be continue
Hallo..hallo
My first story, btw.
Tolong vote + commentnya ya
Kalo perlu dishare sekalian 😁😁
T U for read my storyAh lupa. Itu masih belom ada tokoh tokoh yang lainnya yaa.
Yang lain nyusul di next part dehh.
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Guarantee
RandomDia dingin. Kepribadiannya buruk. Tidak ramah. Kurang ajar. Sombong. Dan semua hal buruk memang pantas untuknya. Dia ramah. Cantik. Anggun. Sopan. Juga cerdas. Dia gadis polos yang manis--- cucuku itu gadis baik. Kakeknya sangat bangga padanya. Cant...