Chapter 17

6.6K 442 4
                                    

"Halo nona Leia, selamat sore". Sapa kakek itu kepadaku. Darimana dia mengetahui namaku? Bahkan aku tidak mengenalnya sedikit pun.

"Kakek siapa?". Tanyaku. Tanpa mempersilahkan kakek itu masuk. Aku perhatikan wajahnya sudah dipenuhi oleh keriput, rambutnya pun sudah tinggal sedikit dan memutih. Sepertinya dia seusia kakekku. Pikiranku sudah dipenuhi oleh pikiran pikiran negatif. Bagaimana jika dia penjahat atau pencuri?

"Jadi, kau tidak mengenalku sama sekali? Apa bibimu tidak pernah menceritakan tentang diriku sekalipun?". Tanyanya heran. Tentu saja dahinya berkerut.

"Bibi? Apa bibi Lamia maksudmu?"

"Ya Leia, dia anakku. Sekarang biarkan aku duduk dan beristirahat. Kaki kakek sudah pegal".

Jadi kakek ini adalah ayah dari bibi Lamia? Kenapa wanita itu tidak pernah menceritakannya.

Tidak lama kemudian, mobil sedan berwarna hitam masuk ke dalam halaman rumah. Seorang pria dan wanita turun dari mobil tersebut, siapa lagi kalau bukan ayahku dan bibi Lamia. Kemudian disusul oleh seorang pria muda yang tentu saja tidak asing bagiku, kak Dylan.

Apa?!  Apa itu benar benar kak Dylan? Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku mengucek ngucek mataku seakan tidak percaya. Lalu, siapa pria yang tadi membawa pisau ke dapur? Bahkan dia mengobrol denganku.

Tanpa banyak waktu aku ingin meminta penjelasan kepadanya. "Kakak, sejak kapan kau bersama ayah dan bibi!?". Tanyaku setengah berteriak kepada kakakku.

"Apa maksudmu Leia? Tentu saja Dylan bersama bibi dan ayah dari tadi pagi". Tiba - tiba bibi Lamia menjawab pertanyaanku.

"Jangan bercanda bi, ini tidak lucu!". Nada suaraku sedikit membentak. Lalu disusul dengan suara ayah yang ikut membentakku.

"Cukup Leia! Kami baru saja tiba. Tidak bisakah kau bersikap lebih sopan?! Kita sedang kedatangan tamu!". Bentak ayahku sambil melirik kakek itu.

Sudahlah! Aku tidak mengerti dengan rumah ini. Kalian itu tidak tahu apa saja yang aku alami di rumah ini, mulai dari mimpi buruk, makhluk makhluk menyeramkan dan apalah itu aku tidak bisa menjelaskannya satu persatu. Lebih baik aku ke kamar dan menenangkan diri disana.

Aku hanya menatap wajah mereka satu per satu dan setelah itu aku berlari menuju kamarku. Tapi kakek itu tersenyum. Apa aku tidak salah lihat, kenapa kakek itu tersenyum ketika aku bertengkar dengan ayah? Mencurigakan.

Tidak lama, aku mendengar suara kak Dylan memanggilku. Sepertinya dia ikut menyusul ke kamar.

BRAAAKKK
(Suara pintu kamar ditutup)

"Leia....". Kak Dylan memanggilku dengan pelan lalu datang menghampiriku dan mengusap kepalaku dari belakang.

"Ya". Jawabku singkat. Untuk sekarang, perasaanku sedang tidak baik. Aku merasa lelah tinggal disini dan aku ingin pulang ke rumah.

"Maafkan kakak Leia, aku tidak mengajakmu pergi ke bandara tadi pagi. Seharusnya kakak berusaha membangunkan mu. Apa kau tidak menemukan surat yang kakak selipkan di bawah pintu kamarmu?". Jelasnya.

Surat? Surat apa? Aku bahkan tidak melihat selembar kertas pun di bawah sana.

Dan sepertinya aku bisa mengambil kesimpulan. Pria tadi itu bukanlah kak Dylan. Kenapa? Karena kak Dylan mengatakan ia pergi tepat pukul 7 pagi untuk menjemput kakek Marcus di bandara dan pukul 3 sore, mereka baru saja pulang. Jadi tidak mungkin kan kakakku itu bolak balik dari sini menuju bandara hanya dalam waktu sebentar?

Aku tidak akan membahas itu semua kepada kak Dylan. Ya.. kalian pasti tau bagaimana respon pria itu. Lebih baik aku simpannya sendiri.

"Kak, aku ingin pulang ke rumah sekarang". Pintaku. Namun, pria itu hanya tersenyum lalu menatapku.

"Baiklah sayang, tapi kau harus minta Izin terlebih dahulu kepada ayah".

Aku yakin, ayah pasti akan menuruti permintaan ku. Ayahkan sayang padaku.

"Leia, bunga Lily milikmu kenapa sekarang menjadi indah sekali?". Tiba - tiba kak Dylan menunjuk vas bunga yang ada di samping ranjangku dan menghampirinya.

Aku juga berfikiran seperti itu. Bahkan, bunga yang kemarin masih kuncup pun sekarang sudah mekar.

"Aku juga bingung kak". Kataku. Entah mengapa, setiap aku melihat bunga itu, aku jadi teringat dengan nenek.


To be Continued...

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang