Aku turuni setiap anak tangga dengan hati hati. Mataku terus mengawasi keadaan yang ada di bawah sana.Tidak ada siapa siapa disini. Tapi aku yakin, sumber suara itu berasal dari ruangan tamu ini.
Kriiiieeetttttttt..
Pintu terbuka dengan sendirinya dan angin dari luar langsung menerpa wajahku.
Ya ampun bibi Lamia, kenapa dia lupa mengunci pintunya? Bagaimana kalau ada seseorang yang masuk.
Langsung saja aku meraih gagang pintu itu dan menutupnya. Tapi, aktivitasku berhenti ketika mataku menangkap seseorang sedang berjalan di luar.
Aku menyipitkan mataku agar aku bisa melihat lebih jelas ke arah luar."Hah? Bukankah itu kakek Marcus? Sedang apa dia malam malam berada di luar?".
Karena penasaran, akhirnya aku mengikutinya dari belakang. Aku tidak kemana tujuan kakek itu pergi. Lalu kenapa dia harus sembunyi sembunyi?
Aku terus mengikutinya sampai ke halaman belakang rumah. "Ya Tuhan, di luar dingin sekali". Gumamku sambil memeluk tubuhku sendiri agar sedikit hangat. Aku bahkan lupa memakai jaket. Hanya piama putih yang aku kenakan.
Langkah kakiku berhenti ketika kakek Marcus juga menghentikan langkahnya. Kemudian dia menatap ke atas.
"Apa yang sedang dia lihat?". Aku rasa aku harus berpindah tempat untuk melihat apa yang kakek itu perhatikan.Aku berjalan mengendap ngendap di balik semak semak atau bahkan batang batang pohon. Sampai aku menemukan posisi yang tepat untuk melihat.
Pria tua itu ternyata sedang memperhatikan deretan deretan jendela yang ada di lantai 2 entah maksudnya apa. Lalu pandangannya berhenti di salah satu jendela yang aku lihat berada di paling pojok dekat balkon. Dia melambai lambaikan tangannya ke atas.
"Tidak ada siapa pun disana. Ya Tuhan, aku rasa kakek Marcus itu gila...". Dia terus melambaikan tangannya. Aku yakin tidak ada apapun disana. Bola mataku terus memeriksa jendela di atas sana. Sampai aku melihat sesuatu muncul dari balik jendela itu.
Penampakan itu membuatku tersentak dan membuatku melangkah mundur.
"Kreeekk"
Aku menginjak sebuah ranting pohon. Sial, kakek Marcus pun langsung menoleh ke arah tempatku bersembunyi. Kalaupun aku lari, dia pasti akan tetap mengenaliku. Lebih baik aku diam saja disini sambil menutup mataku. Akupun berdoa..
Ya Tuhan, semoga saja dia tidak kemari. Jantungku pun mulai tidak beraturan. Tunggu, sepertinya aku pernah mengalami hal seperti ini, tapi kapan ya?
Sudah beberapa menit, tapi tidak ada yang terjadi. Aku pun membuka mataku kembali dan mencari sosok kakek itu.
"HILANG"
Yap, kakek Marcus tidak ada di tempatnya dan penampakan itu juga sudah tidak ada. Kemana kakek Marcus? Cepat sekali hilangnya.
Yasudahlah Ini sudah terlalu malam, lebih baik aku kembali ke kamar.
Setelah sampai ke depan pintu, aku lihat pintu sudah tertutup.
Jangan bilang kalau pintu itu sudah dikunci dari dalam!
Ceklek
Ceklek
Ceklek
Ya Tuhan, pintunya benar benar dikunci. Bagaimana ini? Aku tidak mungkin tidur di luar. Aku takut.
Aku sudah coba mengetuk dan mendobrak pintu ini berulang kali. Aku panggil nama mereka satu persatu juga tidak ada jawaban. Mungkin, karena rumah ini terlalu besar aku rasa itu semua sia sia.
Aku ingin menangis, sesekali aku tengok ke belakang. Aku hanya melihat air mancur tua yang lama kelamaan berubah menjadi mengerikan.
"Tidak ada apa apa Leia. Tenanglah, itu hanya imajinasi". Gumamku.
Oh iya aku baru ingat, kenapa aku tidak menekan bel saja? Gara gara aku panik, sampai tidak terfikirkan.
Tapi belum sempat aku menekan bel itu, seseorang membekap mulut dan hidungku dengan saputangan. Aku terus meronta tapi bau yang ada di dalam saputangan itu membuatku pusing.
Sampai akhirnya semuanya gelap.
To be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Born For This (Now, you know) [Revisi]
TerrorLeia Gwyneth Gedeon, seorang remaja berusia 16 tahun yang baru saja terbangun dari komanya. Keluarganya pun merasa bahagia karena bisa melihat Leia membuka matanya kembali. Namun, tidak dengan Leia sendiri. Dia merasa ada yang aneh dengan pengelihat...