Chapter 20

6.7K 421 0
                                    


"Leia, bangun sayang. Tolong buka pintunya!".

Samar samar aku mendengar suara ketukan pintu yang diketuk secara beruntun.

"Uh? Dimana ini?". Aku perhatikan sekelilingku dan ternyata aku ada di dalam kamarku sendiri.

Lagi, lagi dan lagi! Sepertinya aku memang tidak ditakdirkan untuk tidur nyenyak akhir - akhir ini. Kenapa mimpi buruk itu, setiap hari datang kepadaku? Ah, sudahlah. Kepalaku pusing sekali rasanya.

"Iya, tunggu sebentar". Ucapku kepada seseorang yang ada di luar sana.

"Leia, apa kau baik baik saja? Wajahmu sedikit mengerikan". Ucap pria itu sambil memegang pipiku dengan kedua tangannya. Tentu saja itu kakakku.

"Kak Dylan, ini tidak lucu". Gerutuku kesal.

"Aku serius, lihat saja wajahmu di cermin". Pinta kakakku sambil menarik diriku ke depan cermin. Dan sekarang aku melihat pantulan diriku dan kak Dylan di depan cermin.

Wajahku seperti anak tidak terurus. Kantung mataku mulai menghitam, kulit disekitar mataku turun dan bibirku agak pucat. Mungkin ini karena aku selalu mimpi buruk dan ini mempengaruhi keadaanku.

"Dengar, kurang tidur itu tidak baik Leia, tapi terlalu lama tidur pun tidak ada bedanya. Kau tau ini jam berapa?". Tanyanya sambil menatapku tajam.

Aku melirik jam yang ada di atas pintu kamarku.
Apa? Sudah jam 2 siang? Selama itukah aku tidur? Dari ucapan kak Dylan, sepertinya ia kesal kepadaku. Aku hanya menjawab semua pertanyaannya tanpa berani menatapnya wajahnya.

Dengan nada agak ketus, dia menyuruh ku untuk mandi dan makan. Lalu, dia langsung pergi meninggalkanku begitu saja.

Dengan malas, aku beranjak dari kamarku dan pergi menuju kamar kak Dylan untuk mandi.

Ceklek

Ceklek

Ceklek

Pintunya saja dikunci. Huh, bagaimana sih kakakku itu , dia menyuruhku mandi tapi ia malah mengunci pintu kamarnya.

"Kau sedang apa Leia? Bukankah kakakmu sudah pergi keluar?". Tiba tiba bibi Lamia datang sambil membawa nampan yang diisi dengan makanan dan segelas orange jus.

"Aku ingin mandi bi, tapi kak Dylan malah mengunci pintu kamarnya. Padahal dia kan tau, kalau kamar mandiku itu rusak". Jelasku.

"Sudah sudah sayang, ambil ini". Bibi Lamia memberikan kunci kepadaku.
"Kau mandi saja di kamar mandi bibi, setelah itu aku akan menunggumu di kamar ini".

"Terimakasih bi, tapi tidak usah repot repot aku bisa mengambil makanan untuk diriku sendiri". Ucapku sambil berjalan menuruni tangga. Tumben sekali bibi Lamia bersikap seperti itu.

Aku melihat ayah dan kakek Marcuss sedang mengobrol di ruang keluarga. Mereka memanggilku supaya ikut bergabung dengan mereka, namun aku menolak. Lebih baik aku segera mandi dan makan karena aku merasa sangat lapar.

Setelah masuk, aku langsung mengisi air hangat pada bathup dan berendam disana. Tidak lupa aku tuangkan sabun cair untuk menghasil banyak busa.

Aku melihat ada lilin aroma terapi di ujung bathup, aku rasa bibi Lamia tidak keberatan jika aku menyalakannya.

Aku menyalakan lilin itu dan mulai tercium aroma daun mint dan lemon. Aku pejamkan kedua mataku agar rileks. Kalau dipikir pikir, kejadian di rumah ini benar benar membuatku pusing dan strees. Ayah juga tidak mau aku ajak untuk pulang karena kakek Marcuss.

Ah, sudahlah. Aku ingin menyampingkan semua masalah itu dan mencoba untuk melupakannya.

"Hmm.. Nyamannya..". Gumamku dalam hati.

Wussssshhh..
(Tiba tiba ada angin yang berhembus)

Aku merasa seperti ada angin kencang yang menerpa wajahku, namun seketika menghilang. Keadaan itu langsung membuatku membuka mataku. Aku perhatikan tidak ada jendela atau pintu yang terbuka, bahkan lilinku mati karena angin itu.

Akhirnya, aku nyalakan lagi dan kembali berendam seperti keadaan semula.

Setelah beberapa menit, tiba tiba aku merasakan sesuatu telah menindih kakiku. Aku tatap ke arah kakiku dan ternyata ada

 Aku tatap ke arah kakiku dan ternyata ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"AHHHHHHH!". Kakiku langsung ditarik oleh makhluk itu dan refleks aku tenggelam di dalam bathup itu. Aku cengkram kedua sisi bathup dan berusaha untuk keluar dari sini.

Tapi semua itu percuma, tubuhku malah tidak bisa digerakan dan leherku terasa seperti dicekik oleh seseorang. Aku bisa mati jika terus seperti ini Tuhan..

"Akhhhh..Hah..Hah...Hahhhh".

Dadaku mulai terasa sesak dan tubuhku semakin lemas. Disisa nafasku yang terakhir aku melihat sesuatu di dalam pikiranku. Sekali lagi, potongan potongan seperti film itu terus berputar di kepalaku.

"Lamia! Apa yang kau lakukan?! Apa kau mau membunuh ibumu sendiri?".

"Ya, aku akan melakukannya demi kebaikanmu dan juga semuanya ibu..".

"HAH..HAHHHH.. HAHH".

Akhirnya, aku bisa bangun dari bathup dan langsung menarik nafas dalam dalam. Nafasku terengah engah dan terbatuk batuk. Ya Tuhan, kejadian itu hampir saja membunuhku.

Apa itu tadi? Bibi Lamia membunuh ibunya sendiri di dalam bathup. Dia mencekiknya lalu menenggelamkannya di bathup itu.


To be Continued..

Born For This (Now, you know) [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang